Pesona Kain NTT

Kain Tenun Nusa Tenggara Timur (NTT)

Wilayah di bagian timur negara kita ini menyimpan pesona tersendiri. Suku-suku bangsa yang tinggal di sana masing-masing memiliki ke-khasan adat budaya. Tentang kain, misalnya, kain tenun Sumba adalah salah satunya. Dalam berbagai upacara keagamaan, kain untuk pria yang disebut Hinggi dan sarung Lau Pahikung untuk wanita, memegang peranan penting sebagai sarana tukar menukar dalam upacara perkawinan, penguburan, atau acara adat lainnya.


Cara pemakaian kain ini pun berlainan antara pria dan wanita. Hinggi dipakai dengan cara diikat sementara sarung untuk wanita tidak diikat. Teknik pembuatan kain Hinggi tergolong paling tua sepanjang sejarah kain di Nusantara. Cara pembuatan Hinggi pun menarik. Dengan mengikat benang lungsi (posisi memanjang) dimaksudkan untuk memperoleh desain gambar ketika benang diberi pewarna. Setelah dicelup dengan warna dan dikeringkan, proses diteruskan dengan membuka kalita (tali gewang) pada pola yang diharapkan akan ditimpa warna berikutnya. Dua warna pada sebuah kain dengan motif tertentu dibentuk dengan cara mengubah posisi bagian yang diikat.

Untuk warna pertama biasanya biru indigo, dilanjutkan dengan merah kombu. Setelah ikatan dibuka, motifnya akan tampak. Karena larutan pewarna meresap sampai pinggir benang yang terikat, maka motif yang terjadi nanti akan bergaris pinggir membaur. Inilah ciri khas motif ikat. Adapun Lau (sarung) Pahikung biasanya memiliki warna dasar dan motif yang disulamkan pada bagian bawah sarung. Proses pembuatan dengan menggunakan lidi untuk membantu menata benang dan motif.


Selain kain Sumba Timur, di NTT juga dikenal motif-motif suku lain seperti Tenun Amarasi dari Timor. Corak tenunan menunjuk pada status sosial alam fikiran serta kepercayaan yang dianut. Sedangkan tenun Sikka umumnya tampil dalam warna gelap seperti hitam atau biru tua dengan ragi yang lebih cerah berwarna putih, kuning atau merah. Kain sarung wanita di Sikka disebut dengan nama Utan Lewak, biasanya dihiasi dengan ragam-ragam flora, fauna dalam lajur-lajur bergaris. Secara harafiah Utan Lewak berarti kain tiga lembar, berwarna dasar gelap dengan paduan-paduan antara warna-warna merah, cokelat, putih, biru dan kuning secara melintang. Wanita Sikka mengenakan Utan dengan menyampirkan sebagian pinggir kain di atas bahu dengan melintangkan tangan kanan (atau kiri sesuai pembawaan masing-masing) di bawah dada seperti hendak menjepit kain. Perlambang warna dan cara-cara menyandang utan berlaku pula pada kaum pria Sikka.

Meski sarat dengan unsur religiusitas, melangkah ke era modernisasi, membuat pakaian adat ini berkembang sebagai produk seni. Pemakaiannya pun meluas. Para desainer juga banyak yang melihat kekayaan corak dan warna kain NTT ini dan kemudian mendayagunakannya untuk busana masa kini dengan menyesuaikan penggunaan benang dan pengayaan warna. Stephanus Hamy, Denny Wirawan, Agnes Budisurya, Taruna Kusmayadi, misalnya, adalah desainer yang ikut memberi ‘warna’ penggunaaan kain NTT sehingga muncul dipanggung-panggung peragaan busana memperkaya busana dan kain Nusantara kita. Busana: Stephanus Hamy


Sumber: Fashionpromagazine

Kain Tenun Nusa Tenggara Timur (NTT) Wilayah di bagian timur negara kita ini menyimpan pesona tersendiri. Suku-suku bangsa yang tinggal di s...

Kain Tenun Buton: Keanggunan Motif dan Warna yang Indah

Oleh Elsa Saroku

Kain Tenun Buton warna cerah

Indonesia bukan saja sebuah negara yang memiliki banyak tempat wisata yang indah serta budaya beragam tetapi juga kaya dengan kreativitas yang seakan tak pernah ada habisnya, baik itu diwariskan atau pun berupa karya penciptaan baru. Kreativitas tersebut dapat Anda lihat langsung pada berbagai hasil kerajinan yang tersebar di seluruh Nusantara. Kemana pun dan dimana pun Anda melancong di negeri ini mulai dari kota sampai pedesaan maka dapat dipastikan akan bertemu dengan beragam buah tangan terampil masyarakat setempatnya.

Salah satu kreativitas bernilai seni tinggi di Nusantara adalah kain tenun yang dapat ditemukan dari Sabang sampai Merauke. Kain Tenun tradisonal Indonesia kaya  dengan ragam warna, corak dan hias yang dipengaruhi oleh budaya dan sejarah daerahnya. Diantara aneka ragam kain tenun Nusantara yang indah tersebut, salah satu yang perlu Anda kenali dan miliki adalah kain tenun khas Buton.

Tenun Sulawesi Tenggara (tenunindonesia.com)

Berkunjunglah ke Pulau Buton, Muna, Kabaena, terutama Rumbia dan Poleang. Di sini Anda dapat menemukan kain tenun khas Buton yang indah. Para pengerajin kain tenun di sana akan dengan senang hati menjelaskan kepada Anda mengenai seluk beluk Kain Tenun Buton. Keunikan Tenun Buton tidak hanya terletak pada corak dan warnanya saja namun dalam fungsinya sebagai media pelekat hubungan sosial bagi masyarakat Buton. Selain itu, kain tenun buton juga menjadi identitas diri dan sosial, ritual agama, juga sebagai media untuk memahami lingkungan alam tempat mereka tinggal.

Makna dan fungsi budaya masyarakat buton melekat pada karya indah kain tenunannya. Salah satunya dapat Anda lihat dalam motif betano walona koncuapa yang terinspirasi dari warna abu halus yang melayang-layang hasil pembakaran semak saat membuka ladang. Ada juga yang fungsinya sebagai penunjuk strata sosial dalam masyarakat Buton seperti pada motif kasopa yang biasa dipakai oleh perempuan kebanyakan. Sementara itu, motif kumbaea yang didominasi warna perak dan biasanya dipakai oleh perempuan dari golongan bangsawan dengan gelar Wa Ode. Kain Tenun Buton digunakan dalam setiap upacara adat dan ritual keagamaan. Menurut mereka jika kain tenun tersebut tidak disertakan dalam setiap upacara adat dan ritual maka hakikat dan nilai dari upacara dan ritual tersebut dinilai kurang sakral.

Tenun Sulawesi Tenggara (tenunindonesia.com)

Karena pentingnya peranan kain tenun dalam kehidupan masyarakat Buton sekaligus juga untuk melestarikannya maka sedari kecil (usia 10 tahun) para wanita Buton sudah diajari untuk menenun. Tidak hanya masyarakat biasa saja yang trampil menenun, bahkan anak dan istri Sultan Buton juga mahir mengerakkan tangan mereka untuk menenun.

Dahulu Kain Tenun Buton dipakai sebagai pelengkap aktivitas budaya dan ritual adat serta agama. Akan tetapi, kini kain tenun khas Buton sudah dapat dijumpai dalam berbagai bentuk dan kegunaan misalnya pada tas, sarung, selendang, tirai, taplak meja, sarung bantal, dan sebagai hiasan dinding. Kain Tenun Buton dapat juga ditemukan dengan mudah di Kota Bau-Bau, Sulaesi Tenggara yang menjadi pusat kerajinan di provinsi ini. Anda juga bisa menemukan buah tangan terampil ini di pulau lain di Sulawesi Tenggara.

Tenun Sulawesi Tenggara (tenunindonesia.com)


Sumber: IndonesiaTravel

Oleh Elsa Saroku Kain Tenun Buton warna cerah Indonesia bukan saja sebuah negara yang memiliki banyak tempat wisata yang indah serta budaya ...

Kembangkan Tenun Buton, Kemenparekraf Gandeng Desainer


Bisnis.com, BUTON, SULTRA-- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggandeng Desainer Ian Adrian untuk memberikan sentuhan modern kontemporer pada tenun tradisional Buton, Sulawesi Tenggara sehingga lebih dikenal baik di Indonesia maupun internasional.

Sebagai langkah awal, pada Desember mendatang akan diselenggarakan fashion show tenun Buton bertempat di Keraton Buton dengan membawa model dan putri Indonesia memperagakan hasil desain yang dikreasikan sang desainer.

Di dalam acara tersebut, benteng keraton sepanjang lebih kurang 3 km yang menjadi kebanggaan masyarakat Buton, akan dibungkus dengan tenun yang dikerjakan oleh 6.000 penenun.

Sebagai fashion desainer yang telah beberapa kali memberikan sentuhan kain-kain tradisional Indonesia, Ian merasa bahwa tenun Buton memiliki potensi yang sangat bagus untuk dikreasikan sebagai produk fesyen.

Tenun khas Buton memang sederhana, bentuknya hanya berupa garis lurus dan kotak-kotak yang hampir menyerupai sarung tetapi ada nilai filosofis yang terkandung di dalam bentuk tersebut.

Bagi perempuan, hanya bisa menggunakan kain yang bentuknya garis vertikal yang menunjukan bahwa perempuan memiliki hati yang lurus.

Adapun laki-laki bisa mempergunakan kain garis lurus yang berbentuk horizontal atau kain dengan corak kotak-kotak yang memiliki garis vertikal dan horizontal. Bermakna bahwa lelaki Buton harus mampu menjalin hubungan yang baik dengan sesama (hablumminannas) dan juga tunduk pada setiap perintah Tuhan (hablumminallah).

Oleh karena merupakan kain tradisional yang banyak digunakan untuk acara adat dan keagamaan, maka penggunaan dan bentuk tenun tersebut harus mengikuti pakem yang berlaku. Hal tersebut membuat penenun dan masyarakat Buton tidak berani merubah dan mengkreasikannya, perbedaan hanya terletak pada warna.

Warna yang sering kali diaplikasikan pada tenun tersebut mulai ialah warna asia tropikal seperti merah pepaya, oranye, dan kuning nanas, marun, biru mulai dari biru muda hingga biru laut, serta putih kerang laut. Di tangan Ian, tenun akan dikombinasikan dengan kain-kain dan desain yang lebih modern sehingga terlihat lebih dinamis dan kontemporer digunakan sebagai fesyen tanpa meninggalkan kekhasan tenun Buton.

“Saya ingin mengeksplore bisa dari warna, teknik menunun, maupun aplikasi kain yang digunakan sehingga tenun ini bisa dikenal dan diterima di semua lapisan masyarakat. Sebab jika sudah diaplikasikan, pakem gari-garis maupun kotak-kotak dapat digunakan baik laki-laki maupun perempuan,” ujarnya. (ltc)

Sumber: Bisnis

Bisnis.com, BUTON, SULTRA-- Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif menggandeng Desainer Ian Adrian untuk memberikan sentuhan modern kont...

12.500 Penari Pecahkan Lima Rekor MURI

Tarian Kolosal melibatkan 12.500 penari

Pemerintah Kabupaten Buton kembali berhasil memecahkan rekor MURI dan Gunnes rekor dunia atas tarian yang melibatkan 12.500 penari. Tak tanggung-tanggung, lima rekor didapatkan dari beberapa tarian tradisional khas Butonyang melibatkan seluruh putra-putri Buton diajang Sail Nasional dikawasan Takawa Kabupaten Buton, Kamis (22/8).

Tarian yang berhasil mendapatkan rekor MURI diantaranya, Potimbe (2.000 orang anak), Ponare (2.000 orang anak khusus laki-laki), Lawati (3.000 orang anak khusus perempuan), Kampero (3.000 orang, terdiri atas siswa SMA, mahasiswa dan birokrat SKPD), serta tari Wandi-wandiu (10.000 yang merupakan gabungan dari peserta Potimbe, Ponare, Lawati dan Kambero).

"Hari ini MURI kembali rekor dunia pagelaran kolaborasi 5 tarian tradisional Buton dengan peserta terbanyak, yakni 12.535 peserta yang diprakarsai oleh Bupati Buton Samsu Umar Abdul Samiun dengan kriteria super latif. Tarian kolaborasi seperti ini didunia lain juga belum pernah ada dengan jenis 5 tarian tersebut," terang Paulus Pangka kepada Koran Tribun usai memberikan penghargaan.

Sebelumnya, Gubernur Sultra H Nur Alam dalam sambutannya mengatakan, persembahan tari kolosal masyarakat Kabupaten Buton yang disajikan diareal Takawa (Takimpo, Kondowa, Wolowa) perkumpulan tiga daerah danetnis di Kabupaten Buton dengan penuh ketulusan dan keikhlasan. Selain itu, persembahan tarian kolosal di Takawa bertujuan untuk memperkenalkan lokasi kompleks pemerintahan Kabupaten Buton yang baru.

"Momentum kegiatan hari ini yang dirangkaikan dengan kegiatan Sail Indonesia Komodo di Pasarwajo ibukota Kabupaten Buton di eks kesultanan Buton kembali membangkitkan semangat kejayaan Kesultanan Buton pada masa yang lalu," kata Nur Alam.

Sementara itu, Bupati Buton Samsu Umar Abdul Samiun ditemui usai pelaksanaan acara mengungkapkan, saat ini Buton sudah menyabet tujuh rekor MURI yang penyerahaan penghargaannya sekaligus diberikan karena waktu yang terbatas.

"Yang diterima tadi bertaraf internasional, kolaborasi dari kelima tarian total pesertanya 12.535 penari tradisional. Memang ada yang lebih banyak penarinya, tetapi cuma satu jenis tarian. Kalau yang di Buton karena hasil kolaborasi dari lima tarian hingga mendapatkan rekor dunia," tegas Umar Samiun.

Dalam kesempatan itu juga, Umar Samiun mengungkapkan rasa syukurnya atas terlaksanaan rangkaian acara dengan sukses. Diapun memberikan penghargaan setinggi-tingginya kepada para peserta tarian kolosal Takawa yang telah mencapai penghargaan rekor dunia. Para penari akan diberikan penghargaan khusus selain ucapan terima kasih dari pemerintah Kabupaten Buton.

"Para penari akan diberi piagam pahlawan budaya. Didalam tarian tersebut juga telah diberi pesan terhadap anak-anak bahwa mereka tidak hanya menunggu, tetapi sudah terlibat langsung sebagai peserta. Pesan-pesan budaya kalau saya sampaikan dalam bentuk ceramah mungkin hanya dua orang yang ikut, tapi hari ini mereka langsung sebagai pelaku dan jumlahnya 12.535 orang. Pesannya itu sudah sampai langsung kepada mereka, dan bayangkan saja kalau mereka mempengaruhi satu orang bisa semakin banyak," terangnya.

Umar mengakui bahwa pembangkitan kelima jenis tarian dan budaya Buton secara kolosal tersebut bukan karena dilatari semata-mata untuk meraih rekor MURI, tetapi itu hanya dampak dari sebuah niat dan proses dalam mendorong kebangkitan kebudayaan Buton secara revolusioner yang mana selama ini seolah mati suri, atau terpendam. (ism/wan)

Sumber: Sultra-Online

Tarian Kolosal melibatkan 12.500 penari Pemerintah Kabupaten Buton kembali berhasil memecahkan rekor MURI dan Gunnes rekor dunia atas tarian...

Discover Indonesia Apps, Suguhkan Segudang Pengetahuan Wisata Indonesia

Aplikasi Mahoni untuk pengguna iOS

Jakarta, CHIP.co.id - Mau menjelajahi Indonesia dari Sabang hingga ke Merauke tetapi dengan biaya yang murah, bahkan juga gratis? Kalau iya, coba deh download aplikasi dari Mahoni, Discover Indonesia yang hadir untuk pengguna iOS device.

Berawal dari sebuah blog, kemudian dibuat menjadi sebuah aplikasi untuk bisa di akses di iPad, Discover Indonesia ini muncul sebagai aplikasi informasi lengkap tentang objek wisata Indonesia.

Terdapat beberapa kategori yang ditampilkan, dan semua kategori tersebut dibuat berdasarkan hal-hal yang ada di Indonesia seperti, masing-masing propinsi, keadaan alam, kota besar dan tentu saja objek pariwisata Indonesia yang begitu melimpah.

Setiap kategori tersebut, berisi tulisan atau ulasan mengenai obyek wisata yang menarik sesuai dengan judul kategorinya. Tak lupa juga, ditampilkan beberapa gambar pendukung yang mendukung deskripsi tentang pariwisata tersebut.

Sesuai dengan blog di websitenya, aplikasi ini menggunakan Bahasa Inggris sebagai bahasa utamanya. Alasannya, demi promosi Indonesia ke luar negeri, agar setiap orang, dan khususnya pembaca Asing atau orang Bule, dapat membaca bisa lebih ‘nyambung’ dan mengenal negeri kita lebih dalam. Walaupun demikian, dipastikan setiap orang yang membaca tulisan dalam aplikasi ini bisa mengerti dengan ulasan yang ditulis.

Aplikasi Discover Indonesia dapat didownload secara gratis di Apple app store, disini!

Sumber: Chip

Aplikasi Mahoni untuk pengguna iOS Jakarta, CHIP.co.id - Mau menjelajahi Indonesia dari Sabang hingga ke Merauke tetapi dengan biaya yang mu...

Kamiran, Panduan Wisata Budaya Gratis dalam Smartphone

Oleh Jannatun Dewi


Citizen6, Surabaya: Indonesia, negara dengan ribuan warisan etnik dan kebudayaan. Warisan nenek moyang berupa candi, arca, hingga barang-barang bersejarah yang disimpan dalam museum, menjadi daya tarik tersendiri bagi para wisatawan di era digital ini. Namun, obyek-obyek bersejarah ini berangsur-angsur mulai kehilangan peminat.

Berupaya menghidupkan kembali wisata budaya Indonesia di hati wisatawan, mahasiswa Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh November Surabaya (ITS) memanfaatkan teknologi Android yang meramaikan pasar smarphone saat ini. Awal Juli 2013 lalu, tim yang terdiri dari Reza Hadafi, Farandi Kusumo, Aang Dyaksa, Annisaa Taradini, dan Jannatun Dewi ini berhasil menyelesaikan sebuah aplikasi panduan wisata budaya Indonesia yang diberi nama Kamus Plesiran (Kamiran). Dalam Kamiran, terdapat fitur spesial yang menarik yaitu Virtual Tour dengan panorama 360 derajat. Dengan fitur ini, pengguna seolah dapat melihat dari dekat dan berkeliling ke setiap sudut lokasi wisata secara virtual.

Dalam aplikasi ini, pengguna akan langsung disuguhkan dengan beberapa pilihan obyek wisata budaya yang dapat dikunjungi, seperti Candi Penataran dan Museum Bung Karno yang terdapat di tampilan awal. Dengan menyentuh obyek wisata yang ditampilkan, pengguna akan langsung disuguhkan dengan virtual tour dan beberapa menu-menu pendukung.

Menu-menu tersebut antara lain informasi yang menjelaskan obyek wisata dan titik paling menarik dari obyek tersebut, video overview berisi panduan berkeliling disertai penjelasan obyek, dan Navigasi yang diintegrasikan dengan Google Map sebagai petunjuk arah menuju obyek wisata dari lokasi pengguna. Hanya dengan sebuah perangkat berbasis Android minimal 3.0, siapapun dapat melihat keindahan lokasi wisata budaya Indonesia dan "berkelilling" di dalamnya.


Aplikasi yang masih dirilis untuk lokasi Jawa Timur ini sudah dipublikasikan di Google Play Store untuk memperkenalkan wisata budaya Indonesia baik secara nasional maupun Internasional.

"Kamiran saat ini masih dalam bentuk prototype, sehingga masih fokus untuk obyek wisata budaya di wilayah Jawa Timur. Namun, kami siap mengembangkannya lebih luas untuk seluruh wilayah Indonesia," kata Reza, ketua tim tersebut.

Untuk inovasi selanjutnya, Kamiran juga akan dilengkapi dengan beberapa informasi penting yang bisa menjadi referensi bagi calon wisatawan terkait rute perjalanan, alokasi biaya, tempat makan, bahkan tempat penginapan dan reservasinya.

"Target selanjutnya adalah Yogyakarta. Kami ingin meng-capture dan menunjukkan indahnya wajah budaya Indonesia pada Keraton Yogyakarta pada dunia Internasional," ujar Farandi, salah satu programmer dalam tim yang akan berangkat ke Yogyakarta pada Agustus ini. Aplikasi yang juga menjadi peserta dalam Program Kreativitas Mahasiswa 2013 dan Indonesia ICT Award 2013 ini digadang mampu menjadi sebuah sarana untuk melestarikan harta warisan bangsa, yaitu budaya nenek moyang Indonesia. (Jannatun Dewi/Mar)

(Red) Penasaran? Dengan mudah dan tanpa dipungut biaya, kita dapat mencicipi aplikasi Kamiran ini dengan mengunduhnya di Google Play , klik disini.

Sumber: Liputan6

Oleh Jannatun Dewi Citizen6, Surabaya: Indonesia, negara dengan ribuan warisan etnik dan kebudayaan. Warisan nenek moyang berupa candi, arca...

Desa Wisata Pagergunung Ngablak Magelang Jawa Tengah

Oleh Tri Agus Yogawasista

Panorama Desa Wisata Pagergunung, Ngablak, Magelang, Jawa Tengah

Desa Wisata Pagergunung di kecamatan Ngablak, kabupaten Magelang yang kawasan pemukiman penduduknya berada dikawasan lereng gunung Telomoyo dan gunung Andong 1010 meter dari permukaan laut.

Kawasan kedua lereng gunung ini yang indah nan subur membuat populasi penduduk desa Pagergunung cukup tinggi 2383 jiwa dengan luas wilayah 296.175 hektar yang pola hidupnya mengacu pada pola pertanian seperti sayuran, Kubis, Wortel, Buncis, Jagung, Ketela, Padi dan Ketan.


Kawasan pemukiman penduduk desa Pagergunung yang umumnya berada kawasan dilereng gunung Andong dan Telomoyo, namun pola hidup masyarakat desa ini cukup maju melalui pola pertanian mereka dapat memenuhi pelbagai kebutuhan hidup, membangun rumah, biaya pendidikan dan kebutuhan penting lainnya.

Kawasan desa Pagergunung menarik dijelajahi, selain panorama alam pegunungan yang indah serta hamparan persawah an dilereng gunung berupa terasering ditanami aneka sayuran, padi terutama beras jawa dan ketan jawa terlihat hijau nan mempesona.


Keindahan lainnya yang tidak kalah eksotiknya obyek wisata air terjun, mata air, sungai, homestay, hacking, tempat camping yang berada dilereng Andong tidak jauh dari desa ini serta menikmati suasana desa menjelang terbit dan terbenamnya matahari membuat desa ini indah memukau.

Menelusuri desa ini memang mengesankan sambil keliling menikmati pemandangan pedesaan Pagergunung nan asri wisatawan pun dapat juga melihat aktifitas penduduk setempat baik bertani sambil belajar bercocok tanaman sayuran atau bisa juga melihat dari dekat pembuatan makanan ringan yang banyak terdapat didesa ini sambil belajar membuat aneka snack atau melihat Aktifitas kerajinan pembuatan relief yang unik, menarik dari bahan kuningan, sebuah kerajinan yang langka dan unik di Kab Magelang.

Persawahan di lereng gunung

Desa Wisata Pagergunung sungguh menarik ditelusuri baik pola pertanian kemudian home industri dan kegiatan seni budayanya. Seni budaya didesa ini berkembang cukup baik dan juga tetap bertahan hingga kini melalui program festival lima gunung yang terus digelar tiap setahun disekitar kawasan lima gunung tersebut meliputi gunung merbabu, andong, sumbing, menoreh dan merapi.

Desa Pagergunung dewasa ini kian maju pesat semenjak desa ini dikembangkan menjadi desa wisata dengan kegiatan pemberdayaan masyarakat melalui program PNPM mandiri yang ada didesa ini sehingga membuat masyarakat desa Pagergunung terarah dan pola pikirnya lebih maju apalagi home industri dan pola pertaniannya mampu membantu dan mengangkat perekonomian masyarakat setempat. Desa wisata Pagergunung juga menjadi harapan yang indah bagi masyarakat desa ini, sebab dikembangnya menjadi desa wisata terbuka pelbagai lapangan kerja baru dan harapan-harapan indah lainnya demi meraih masa depan.

Potensi Budaya dan Seni Tradisional

  • Wayang Kulit 
  • Ketoprak 
  • Tarian Kobra 
  • Kuda Lumping 
  • Soreng 
  • Kesenian Laras Madya 
  • Konthulan

Potensi Kuliner

Sagon

Makanan khas Desa Wisata Pagergunung berupa; balok ketela, marning jagung, ceriping ketela (samier/lentheng), dan makanan khas lainnya berupa cenil, cethot, tempe, semprong, sagon, dan lain-lain.

Semprong

Potensi Industri Makanan

Balok Ketela produk  Home Industry Desa Wisata Pagergunung, Ngablak, Magelang

Industri rumahan (home industry) dikawasan desa Pagergunung dewasa ini berkembang cukup pesat home industri balok ketela misalnya yang jumlahnya mencapai 24 pengrajin balok ketela yang tersebar dipelbagai tempat didesa Pagergunung. Pengrajin balok ketela tumbuh berkembang kemudian para pengrajin tersebut membentuk kelompok tani yang dinamakan kelompok tani KLM Purwa sejati.

Pengrajin balok ketela didesa ini cukup inovatif mampu membuat hasil pertanian ketela menjadi makanan ringan berpotensi ekonomi bagi masyarakat setempat bahkan industri balok ketela ini mampu dikirim ke beberapa daerah di Indonesia antara lain, pulau jawa, Bali, Sumatera dan Kalimantan dengan produksi balok ketela perhari mencapai rata-rata1 ton yang kemudian dijadikan kelompok tani percontohan dikabupaten Magelang.

Home industri pengrajin ketela balok mampu menarik perhatian sebagian masyarakat Indonesia bahkan mereka dari kelompok petani dari luar jawa seperti kelompok tani Irian jaya dan daerah lain tidak segan melakukan studi banding mengunjungi daerah desa Pagergunung untuk melihat langsung cara pembuatan balok ketela yang dipandang inovatif dan kreatif dalam pengelohan hasil pertanian.

Agrowisata

Pagergunung juga memiliki daya tarik di bidang pertanian. Merupakan hal yang menarik untuk dapat mengamati dari dekat usaha masyarakat di bidang ini, selain letak lahan yang berada di lereng pegunungan, komoditi yang menjadi hasil usaha pertanian Pagergunung juga menarik untuk diamati.

Pertanian Pagergunung menghasilkan sayuran dan tanaman pangan yang menjadi unggulan para petani, Pagergunung juga punya ikon di bidang partanian tanaman pangan yaitu Padi Jawa dan Ketan Jawa yang memliliki berbagai keistimewaan dibandingkan beras/ketan dari dataran rendah.

Wisata Alam 

1. Air Terjun (Waterfalls)

Terdapat beberapa air terjun di desa pagergunung yang kesemuanya memiliki ciri khas dan keindahan masing-masing, yaitu :

Air Terjun Sarangan
  • Air Terjun Sarangan 
Air Terjun Sumuran
  • Air Terjun Sumuran 
Air Terjun Sekarlangit
  • Air Terjun Sekarlangit 
2. Bumi Perkemahan (Camping Ground) 

Pagergunung memiliki beberapa tempat yang dapat digunakan sebagai bumi perkemahan, menjadi begitu spesial dengan latar belakang pemandangan indah dan dilengkapi dengan beberapa pilihan jalur tracking dengan berbagai tantangannya. Bumi perkemahan terletak di ujung desa, terpisah dari pemukiman namun sangat dekat dengan beberapa dusun, dekat dengan sebuah sungai besar, dan dekat dengan sebuah bangunan sekolah.

Informasi lebih lanjut hubungi 


Desa Wisata Pagergunung 
Kecamatan Ngablak, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Informasi dan Pemesanan Hubungi di: +62 815 793 5672, +62 857 4788 7447 dan +62 819 0398 6 548

Sumber: Berbagai artikel di internet

Oleh Tri Agus Yogawasista Panorama Desa Wisata Pagergunung, Ngablak, Magelang, Jawa Tengah Desa Wisata Pagergunung di kecamatan Ngablak, kab...

Desa Wisata Wonolelo Sawangan Magelang Jawa Tengah

Oleh Tri Agus Yogawasista

Topeng Ireng, Desa Wisata Wonolelo, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah

Desa Wonolelo terletak di lereng Gunung Merbabu yang tepatnya berada di Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang Jawa Tengah. Batas administratif Desa Wonolelo meliputi:

Sebelah Utara : Puncak G. Merbabu
Sebelah Timur : Desa Jrakah (Boyolali)
Sebelah Selatan : Desa Klakah dan DesaTlogolele (Boyolali)
Sebelah Barat : Desa Ketep dan Desa Banyuroto

Panorama Desa Wisata Wonolelo

Desa Wonolelo terdiri dari 18 dusun yaitu Dusun Windu Sajan, Dusun Panggungan, Dusun Plutungan, Dusun Windusabrang, Dusun Sanden, Dusun Wirosuko, Dusun Nggratan, Dusun Bentrokan, Dusun Nderokan, Dusun Malang, Dusun Ngagrong, Dusun Batur, Dusun Candran, Dusun Surodadi, Dusun Pelem, Dusun Wonodadi , Dusun Klampahan, Dusun Wonolelo.

Sejarah Desa Wonolelo

Dulu Wonolelo merupakan wilayah hutan yang kemudian digunakan untuk tempat persembuyian di masa penjajahan Jepang dan lama kelamaan wilayah tersebut digunakan sebagai tempat tinggal. Disaat itu terdapat 2 orang ajar yang sakti yaitu Ki Putut dan Ki Panggung. Kedua ajar tersebut beradu sakti untuk menjadi pemimpin dan akhirnya Ki Putut lah yang menang. Untuk menjalin kekeluargaan kedua ajar tersebut menjodohkan anaknya dan sampai akhirnya memiliki cucu. Cucu tersebut memiliki keanehan yaitu tidak dapat tidur jika tidak dininabobokkan di ladang dan akhirnya ladang tersebut diberi nama Wonolelo. Wonolelo berasal dari kata “wono” dan “lelo”. “Wono” artinya adalah ladang dan “lelo” artinya kata untuk meninabobokkan cucu dari Ki Putut dan Ki Panggung.

Potensi Budaya dan Seni Tradisional

1. Tari Soreng

Tari Soreng (nu.or.id)

Soreng merupakan kesenian tari yang menceritakan kisah Arya Penangsang sebagai penentang Hadiwijaya. Tari Soreng dikembangkan di Dusun Windusabrang. Kelompok tari di Dusun Windusabrang dikenal dengan nama Wahyu Rinenggo Sejati.

2. Tari Topeng Ireng

Topeng Ireng - Group Kayank Kawedar

Topeng ireng merupakan salah satu kesenian tari dari Borobudur, Magelang. Tari Topeng Ireng Tari merupakan kesenian daerah pinggiran. Topeng Ireng sampai saat ini masih populer di kalangan Desa Wonolelo. Tarian tersebut masih diakui dan dilestarikan di Desa Wonolelo. Antusias dari masyarakat Desa Wonolelo sangat besar.

Tari Topeng Ireng di Desa Wonolelo di kembangkan di 3 dusun yaitu Dusun Wonolelo, Dusun Windu Sajan, dan Dusun Windusabrang. Topeng Ireng dulunya merupakan peninggalan dari wali yang tujuannya untuk menyebarkan agama Islam. Tarian Topeng Ireng mengadopsi dari konsep Indian atau Suku Dayak namun, pakaian yang dikenakan penari sudah dimodifikasi menjadi lebih tertutup.

Gerakan tarian Topeng Ireng mengadopsi dari kelompok-kelompok Tari. Tarian Topeng Ireng masih tergolong tarian baru diantara kesenian tari lainnya. Jumlah penari satu grup Topeng Ireng di Desa Wonolelo antara 50-80 orang.

Penari Topeng Ireng khusus di Dusun Wonolelo yaitu sebanyak 54 orang yang terdiri dari anak-anak, remaja, dan dewasa. Sekali pentas biasanya selama 45 menit dengan menampilkan 8 gerakan. Selain itu, jumlah pemain pentas juga dapat disesuaikan dengan permintaan pengundang dan jika hanya pentas dengan kemauan kelompok sendiri semua penari ikut pentas.

Grup Kesenian 

Grup kesenian di Desa Wonolelo cukup banyak. Terdapat di beberapa dusun di Desa Wonolelo yang mempunyai grup kesenian. Grup tersebut antara lain:

a. Kayank Kawedar

Kayank Kawedar merupakan sebuah grup kesenian Topeng Ireng di Dusun Wonolelo. Grup ini diresmikan secara langsung oleh Dinas Pariwisata Kabupaten Magelang yang dapat ditunjukkan oleh sertifikat. Sertifikat yang didapatkan dari Dinas Pariwisata tersebut dapat menjadi surat ijin pentas ke luar. Hak cipta gerakan di setiap kelompok tari sangat dijaga dengan baik sehingga kekhasan tarian tetap terjaga.

b. Putra Garuda

Grup Putra Garuda merupakan grup dari Dusun Windusabrang. Putra Garuda sering pentas sampai keluar desa dan juga sering diundang di acara-acara kesenian di Jawa Tengah maupun Yogyakarta.

3. Wayang

Wayang Orang 
Kesenian wayang orang dikenalkan di Dusun Windusabrang Desa Wonolelo. Wayang orang biasanya dipentaskan setiap bulan Suro.

Wayang Ndakan 
Selain wayang orang, di Dusun Windusabrang juga terdapat kesenian wayang Ndakan. Wayang tersebut merupakan wayang yang menceritakan kisah-kisah yang lucu. Menurut kepercayaan masyarakat setempat sebelum pentas, dalang Wayang Ndakan biasanya mandi terlebih dahulu di Tuk Umbul sebagai bentuk pembersihan diri agar mendapatkan kelancaran dalam pentas.

Potensi Kerajinan

Kawasan desa wisata Selo memiliki pusat industri rumah tangga yang bergerak di bidang pembuatan kerajinan logam. Desa Tumang, merupakan cluster industri kerajinan logam yang ada di kawasan ini. Konon kira-kira dalam abad XVIII lahirlah seorang anak dari kerajaan Mataram II yang diberi nama Rogosasi. Kerena ia memiliki tubuh yang cacat dan raja menganggap tidak pantas hidup di kerajaan Mataram, maka ia diasingkan dan kemudian dititipkan kepada Kyai Wonosegoro yang bertempat di lereng gunung Merapi.

Setelah merasa mampu mandiri, pangeran Rogosasi memisahkan diri dan merintis membangun sebuah desa yang kemudian dinamakan desa Tumang. Pangeran Rogosasi dalam merintis desa tersebut dibantu oleh para abdi dari keraton. Utusan pertama dari keraton mengajari masyarakat membuat keris dan kerangkanya. Selang beberapa tahun datanglah utusan kedua untuk mengajarkan cara membuat pakaian keratin dengan perak. Utusan ketiga mengajarkan cara membuat alat-alat dapur dari tembaga, dan utusan keempat mengajarkan cara menjahit. Keempat kerajinan tersebut sampai sekarang masih dilaksanakan oleh masyarakat setempat.

Pada awainya semua pengrajin hanya memproduksi jenis peralatan rumah tangga dari tembaga (misainya: dandang, ceret, kwali, dll) namun mulai tahun 1980-an muncul inovasi baru, sebagian pengrajin mencoba merintis kerajinan seni ukir tembaga, yang jenis produksinya tidak lagi berupa peralatan rumah tangga namun berupa perlengkapan dan assesoris perumahan (misainya: pot bunga, guci, lampu duduk, lampu gantung, kaligrafi, hiasan dinding, dil). Sedangkan kerajinan tradisional berupa alat-alat rumah tangga yang menggunakan bahan baku tembaga akhirnya kalah bersaing dengan produk lain yang menggunakan bahan baku dari alumunium.

Maka sekitar tahun 1990-an sebagian pengrajin peralatan rumah tangga yang menggunakan bahan baku dari tembaga mencoba memproduksi peralatan rumah tangga dengan menggunakan bahan baku alumunium.

Paket Wisata Alam

1. Air Terjun Kedung Kayang

Air Terjun Kedung Kayang

2. Pendakian Gunung

Bagi tamu yang ingin mengunjungi objek-objek wisata atau pendakian, disediakan jas pemandu wisata.

a. Pendakian Gunung Merapi
b. Pendakian Gunung Merbabu

Penginapan (Homestay) 

Tersedia sebanyak kurang lebih 100 (seratus) inap desa (penginapan) yang disediakan oleh penduduk 

Fasilitas

Untuk menambah dan mendukung kegiatan wisata di kawasan desa wisata Selo, beberapa fasilitas telah dibangun dan difungsikan. Sarana-sarana tersebut adalah sebagai berikut:
  • Lapangan Tenis 
  • Pusat Informasi Pariwisata (TIC-Tourism Information Center) 
  • Pasar Tradisional 
  • Rumah Sakit dan Puskesmas 
  • Balai Diklat 
Peta Desa Wisata Wonolelo

Informasi lebih lanjut hubungi 

Pusat Informasi Pariwisata
Desa Wisata Wonolelo, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah
Nama Kontak: (62) 276 326 073 (Suparmo), (62) 276 326 029 dan +62 818 250 751 (H. Koesnandar), (62) 276 326 037 (Supardi)

Sumber: Berbagai artikel di internet

Oleh Tri Agus Yogawasista Topeng Ireng, Desa Wisata Wonolelo, Sawangan, Magelang, Jawa Tengah Desa Wonolelo terletak di lereng Gunung Merbab...

Desa Wisata Rantih Talawi Sawahlunto Sumatera Barat

Oleh Tri Agus Yogawasista


Desa Wisata Rantih termasuk dalam kecamatan Talawi Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, berjarak 12 km dari pusat Kota Sawahlunto. Memiliki topografi berkontur atau berbukit yang dilewati oleh Sungai Batang Ombilin yang membagi dua Desa Rantih dari utara ke selatan.

Desa Wisata Rantih, salah satu dari 11 desa di Kecamatan Talawi, Sawahlunto. Desa ini memiliki luas wilayah 181,5 Ha dan 164 Kepala Keluarga (KK) ini. Sebelah Utara, desa ini berbatasan dengan Desa Batu Tanjung. Sebelah Selatan dengan Kecamatan Koto VII Tanjung Ampalu. Sebelah Timur, dengan Dusun Bukit Bual dan sebelah Barat berbatasan dengan Desa Sikalang.


Nama Desa Rantih sendiri di ambil dari nama jenis pohon rantiah atau merantiah yang merupakan tanaman hutan yang kuat dan keras. Nama Rantiah diambil sebagai nama Desa atau Kampung karena di daerah ini terdapat banyak pohon rantiah dan tradisi masyarakat minangkabau terdahulu menamakan tempat dengan sebutan atau tanda alam yang terdapat di daerah tersebut.

Dahulunya rantiah adalah kawasan hutan yang di belah sungai sehinga memudahkan petani untuk membuat sawah dan kebun seiring perkembangan masyarakat minang saat itu membuka lahan (Manaruko) sehingga membentuk sebuah kawasan pemukiman menjadi korong seterusnya Taratak dan dusun atau jorong hinga karena pertumbuhan penduduk secara pemerintahan menjadi nama sebuah Desa. dimana Desa Rantih terdiri dari Tiga suku (Kucai, Sipang dan Tongas) termasuk dalam 4 jiniah ( kaum) dan memiliki 12 Ninik Mamak yang cikal bakal penduduknya berasal dari kanagarian sijantang, kolok, pamuatan (kabupaten Sijunjung) serta dari daerah lain disekitarnya.

Panorama Desa Wisata Rantih (desawisata.web.id)

Secara history dan kekerabatan masyarakat rantih sangat dekat dengan nagari nagari sekitarnya termasuk desa sikalang (Pemukiman tambang dan KP Ombilin) yang menjadi bagian desa rantih dahulunya.

Masyarakat Desa Rantih meski terdiri dari beberapa suku dan kaum namun kehidupan sangat homogen dalam tatanan sosial dan adat istiadatnya. Hal ini karena terjadinya pembauran dan pertalian persaudaraan (perkawinan). Hingga saat sekarang Rantiah atau Rantih masih menjaga tatanan sosial budaya dalam satu tradisi yang khas dan menjadi identitas desa.

Air Terjun Bikan, Desa Wisata Rantih (arysandi01.blogspot.com)

Desa Rantih dibelah dua oleh Sungai Ombilin yang berhulu di Danau Singkarak mempunyai lima (5) buah air terjun. Tiga (3) air terjun berjarak 1 km dari Kantor Desa Rantih (pusat desa) dengan jarak tempuh perjalanan 30 sampai 45 menit dengan ketinggian 379 mdpl (mulai dari permukaan laut). Dua (2) air terjun lagi terletak di pinggiuran Sungai Ombilin, menuju kesana sebaiknya dengan perahu tempel (bermesin) sambil menikmati areal persawahan dan pepohonan yang masih asri di kiri kanan sungai. Di samping air terjun dan arung sungai ombilin anda bisa menikmati camping ground, menangkap belut, memancing sepanjang Sungai Ombilin atau di kolam penduduk, berkebun atau bercocok tanam, tinggal bersama penduduk, menikmati musik dan kesenian tradisional seperti Talempong Pacik, Rabab, dan Randai, berkunjung ke tambang batu bara tertua Tambang Dalam (Tamda) Sawahluwung, PT. BA, outbond, dan aktifitas lainnya.

Potensi Wisata Alam

1. Panorama Alam

Desa Rantih di kelilingi perbukitan dan tebing sehingga desa ini memiliki panorama yang indah serta memiliki udara yang cukup sejuk.

2. Air Terjun

Desa Rantih dibelah dua oleh Sungai Ombilin yang berhulu di Danau Singkarak mempunyai lima (5) buah air terjun. Tiga (3) air terjun berjarak 1 km dari Kantor Desa Rantih (pusat desa) dengan jarak tempuh perjalanan 30 sampai 45 menit dengan ketinggian 379 mdpl (mulai dari permukaan laut). Dua (2) air terjun lagi terletak di pinggiuran Sungai Ombilin, menuju kesana sebaiknya dengan perahu tempel (bermesin) sambil menikmati areal persawahan dan pepohonan yang masih asri di kiri kanan sungai.

Potensi Wisata Budaya

Tarian Payuang (desawisata.web.id)

1. Rebab
2. Talempong
3, Kajang Prahu
4. Berkhaul
5. Tarian Pasambahan
6. Batoboh
7. Pacu Perahu

Potensi Kerajinan 

1. Tempurung Kelapa
2. Kerajinan Bambu

Informasi lebih lanjut hubungi 

Pusat Informasi Lembaga Desa Wisata Rantih
Kantor : Jl. Jaamatar, Desa Rantih, Kota Sawahlunto, Sumatera Barat
Telp.: +62 831 815 2006, +62 877 920 9001
Website: https://radont2r.wordpress.com/
Reservasi: +62 856 6835 8774 (Andrinal), +62 878 9556 4099 (Shinta), +62 857 1870 4870 (Gene), +62 813 8476 0123 (Yopi)

Sumber: Berbagai artikel di internet

Oleh Tri Agus Yogawasista Desa Wisata Rantih termasuk dalam kecamatan Talawi Kota Sawahlunto, Sumatera Barat, berjarak 12 km dari pusat Kota...

Sejarah Angkringan

Angkringan

Metrogaya-Angkringan sangat favorit dan menjadi andalan bagi mahasiswa di Jogjakarta. Ketika lapar menyergap tapi tak punya banyak uang, maka angkringanlah salah satu alternatifnya, bagaimana tidak, angkringan menyediakan berbagai makanan dan minuman khas jawa seperti sego sambel, sate usus, tempe bakar dan sebagainya dengan harga yang relatif murah.

Sejarah angkringan di Jogja merupakan sebuah romantisme perjuangan menaklukan kemiskinan. Angkringan di Jogjakarta dipelopori oleh seorang pendatang dari Cawas, Klaten bernama Mbah Pairo pada tahun 1950-an. Cawas yang secara adminstratif termasuk wilayah Klaten Jawa Tengah merupakan daerah tandus terutama di musim kemarau. Tidak adanya lahan subur yang bisa diandalkan untuk menyambung hidup, membuat Mbah Pairo mengadu nasib ke kota. Ya, ke sini, ke Jogjakarta.

Mbah Pairo bisa disebut pionir angkringan di Jogjakarta. Usaha angkringan Mbah Pairo ini kemudian diwarisi oleh Lik Man, putra Mbah Pairo sekitar tahun 1969. Lik Man yang kini menempati sebelah utara Stasiun Tugu sempat beberapa kali berpindah lokasi. Seiring bergulirnya waktu, lambat laun bisnis ini kemudian menjamur hingga pada saat ini sangat mudah menemukan angkringan di setiap sudut Kota Jogja. Angkringan Lik Man pun konon menjadi yang paling dikenal di seluruh Jogja, bahkan di luar Jogja.

Berbeda dengan angkringan saat ini yang memakai gerobak, diawal kemunculannya angkringan menggunakan pikulan sebagai alat sekaligus center of interest. Bertempat di emplasemen Stasiun Tugu Mbah Pairo menggelar dagangannya. Pada masa Mbah Pairo berjualan, angkringan dikenal dengan sebutan ting-ting hik (baca: hek). Hal ini disebabkan karena penjualnya berteriak “Hiiik…iyeek” ketika menjajakan dagangan mereka. Istilah hik sering diartikan sebagai Hidangan Istimewa Kampung. Sebutan hik sendiri masih ditemui di Solo hingga saat ini, tetapi untuk di Jogja istilah angkringan lebih populer. Demikian sejarah angkringan di Jogjakarta bermula.

Kini angkringan sudah menjamur di kota-kota besar maupun kecil di seantero nusantara. Bahkan kabarnya ada lho angkringan yang menerapkan sistem penjualanya dengan franchise atau waralaba.Dan sekedar informasi, berikut adalah rekomendasi angkringan yang mempunyai makanan yang enak dan muantap di sekitaran jogja.
  • Angkringan Kali Code 
  • Angkringan PDAM Jogja Sleman 
  • Angkringan Kridosono 
  • Angkringan Stadion Mandala Krida 
  • Angkringan Pasar Sore Malioboro 
  • Angkringan Tugu Jogja 
  • Angkringan Pak Min depan GOR UNY (siang) 
  • Angkringan Mc Nduts depan GOR UNY (malam) (yc/mysukmana)

Angkringan Metrogaya-Angkringan sangat favorit dan menjadi andalan bagi mahasiswa di Jogjakarta. Ketika lapar menyergap tapi tak punya banya...

Sejarah Gerobak Sapi

Oleh A. Sartono

Gerobak Sapi Jaman Dahulu Di Surabaya

Gerobak adalah kendaraan tradisional yang dulunya cukup banyak dapat ditemukan di seluruh Jawa. Pada masa lalu raja Hayam Wuruk pun sering menggunakan kendaraan berupa gerobak yang ditarik oleh dua ekor kerbau. Mungkin pada zaman itu gerobag merupakan salah satu kendaraan tradisional yang cukup mewah. Maklum, tidak setiap orang mampu membeli gerobak maupun binatang penariknya. Pada gilirannya gerobak menjadi kendaraan yang cukup diandalkan di Jawa di samping tentu saja, pedati, cikar, delman, atau andong.

Mungkin dulunya kendaraan yang ditarik oleh binatang dan memiliki sepasang roda disebut juga gerobak. Seperti halnya pada saat ini semua alat angkut beroda dua yang ditarik oleh tenaga manusia juga sering disebut gerobak. Entah itu gerobak pengangkut sampah, gerobak pengangkut barang bekas, dan sebagainya.

Entah mulai kapan pengertian alat angkut yang bernama gerobak itu mulai mengkhusus mengacu pada pengertian sebuah kendaraan beroda dua yang bodinya terbuat dari beberapa batang balok kayu, berdinding anyaman kulit bambu dengan bentuk seperti trapesium, atap umumnya terbuat dari anyaman bambu yang ditumpuk berlapis dengan lapisan paling atas berupa seng.


Selain itu terdapat juga tirai yang terbuat dari karung goni yang berfungsi untuk menahan terpaan sinar matahari dan tampias air hujan. Tirai ini disangkutkan pada atap dan tiang atap gerobak. Terdapat juga rem yang terbuat dari balok atau gelondongan batang kayu, kusir selalu memegang cemeti, sepasang kuk dengan tangkai balok kayu yang menyambung ke bodi kendaraan, serta sepasang hewan penarik kendaraan yang umumnya berupa dua ekor sapi atau kerbau dengan kalung lonceng yang selalu berbunyi kelonengan atau keluntungan.

Gerobak semacam itu pada masa lalu sempat menjadi raja jalanan di samping pedati atau andong. Pasalnya pada masa lalu kendaraan ini menjadi alat angkut yang vital bagi hasil-hasil bumi pedalaman Tanah Jawa. Bukan hanya hasil bumi dari para petani di Jawa, melainkan juga hasil-hasil perkebunan milik Belanda yang memberikan hasil berkelimpahan pada zaman Tanam Paksa.

Oleh karena di masa lalu gerobak merupakan kendaraan yang cukup mahal juga harganya, maka kendaraan ini juga menjadi semacam tanda bahwa orang yang memilikinya merupakan orang yang lumayan juga kedudukan ekonominya. Lebih-lebih pada masa lampau pesanan akan jasa gerobak ini cukup sering terjadi sehingga pemasukan bagi pemiliki gerobak relatif cukup terjamin, setidaknya dibandingkan kehidupan para petani penggarap atau petani kecil pada masa lalu.


Kini kendaraan bernama gerobak seperti gambaran di atas sudah sangat sulit ditemukan di Jogja. Kalaupun ada kemungkinan besar jenis kendaraan ini tidak akan pernah masuk ke kota karena akan sangat merepotkan lalu lintas kota Jogja yang sudah super padat itu. Bayangkan, di tengah lalu lintas kota yang padat tiba-tiba ada gerobak yang ditarik sapi ikutan melintas. Sudah bodinya besar dan panjang, jalannya lambat, sapinya kencing bahkan buang air besar. Dahsyat bukan ?! Sekalipun sudah sulit ditemukan, secara tidak sengaja Tembi melihatnya di Jalan Palagan Tentara Pelajar pada sekitar bulan Agustus 2009. Dengan cepat Tembi mengabadikannya, cepret-cepret-cepret. Sebenarnya Tembi mau mewawancarainya, namun kusir gerobak itu hanya tersenyum sambil melambaikan tangan tanda menolak. Yo uwis lah.

Gerobak yang difoto Tembi ini masih kelihatan baru. Hal itu bisa ditandai dari catnya yang masih kinclong. Kayu-kayu sebagai kerangka bodinya juga masih kelihatan baru (bekas serutan-halus). Demikian pula roda dan asnya juga kelihatan masih baru. Sapi yang digunakan untuk menarik gerobak ini juga kelihatan muda dan gagah. Menilik wujudnya sapi yang digunakan untuk menarik gerobak ini adalah jenis sapi brahman. Sapi unggul dari India yang oleh orang Jawa disebut sebagai sapi Benggala. Mungkin orang Jawa memang mengidentifikasi sapi brahman ini sebagai sapi yang berasal dari Benggala yang identik pula dengan India. Sapi brahman dikenal berpostur gagah, tinggi, berpunuk besar, bergelambir lebar di leher bagian bawah.

Kemungkinan besar pemilik gerobak tersebut adalah orang yang memang mencintai model alat angkut tradisional. Pasalnya di zaman sekarang orang memiliki gerobak justru lebih banyak tomboknya daripada untungnya karena alat angkut telah tergantikan dengan kendaraan bermesin. Entah itu truk, pick up, colt box, kereta api, maupun truk kontainer. Gerobak sapi mungkin hanya bertahan di tangan para penggemar fanatiknya. Gerak atau aktivitasnya pun jelas terbatas. Mungkin jenis alat angkut ini kelak hanya akan tinggal sebagai kenangan sejarah. Untunglah Tembi masih bisa menikmatinya.


Sumber: Tembi

Oleh A. Sartono Gerobak Sapi Jaman Dahulu Di Surabaya Gerobak adalah kendaraan tradisional yang dulunya cukup banyak dapat ditemukan di selu...

Peragaan Akbar ‘Wong’ Pekalongan


Sebagai kota penghasil batik dan sarung, Pekalongan yang terletak di Jawa Tengah ini memang menjadi salah satu tujuan wisata belanja. Meskipun aktivitas perdagangan umumnya terhenti jika hari Jumat tiba, tapi toh kota ini tak pernah sepi di hari lainnya. Hal ini juga didukung oleh kreativitas para pembatik dan pebisnis batik yang terus mengembangkan produknya sehingga bisa bersaing di pasaran. Salah satu pebisnis dan juga perancang busana batik adalah Zikin.


Belum lama ini, Zikin menggelar sebuah show yang baru pertama kalinya diadakan di Pekalongan bertajuk ’12 Tahun Zikin Berkarya, Inspirasi Indonesia’. Terbagi menjadi 8 sekuen yang bercerita tentang perjalanan karier seorang Zikin, show yang dihadiri dr. H. Mohamad Basyir Ahmad, Walikota Pekalongan, berlangsung selama 2 jam dan tidak terkesan membosankan.





Diawali dengan busana casual, yang memberikan energi baru lewat aksi tabrak warna dilanjutkan dengan kebaya encim yang dipadupadan dengan rok klok mini, sehingga membuat tampilannya lebih berjiwa muda. Berikutnya ditampilkan busana Melayu yang tampil menawan dengan bahan crepe de chine. Padupadan tas dengan busana bermotif tambang tampil apik pada sekuen berikutnya. Busana gypsi dengan warna yang cerah juga ikut memeriahkan suasana, yang kemudian dilanjutkan dengan busana muslim berbahan tenun motif Cinde, Kawung, serta Mega Mendung. Sentuhan motif tradisional juga ikut ditampilkan dalam aneka evening dress berbahan chiffon crepe. Show ditutup dengan penampilan busana gala bermotif wayang yang dikombinasikan dengan motif Parang. Busana ini adalah karya Zikin yang pertama kali ditampilkannya ketika ia berkecimpung di dunia mode.





“Terus terang saya ingin bernostalgia dalam pergelaran saya kali ini. Saya juga ingin menginspirasi pebisnis di kota ini untuk mengadakan event yang sama. Mereka dan saya sering mengadakan show di kota lain, kini saatnya Pekalongan yang mendapat giliran. Dan antusiasme warga ternyata sangat besar, terbukti dari undangan yang habis terkirim dan masih banyak yang menanyakan,” ujar Zikin yang baru saja dilantik menjadi anggota Asosiasi Pengusaha dan Perancang Mode Indonesia (APPMI) Jawa Tengah ini. Ketika ditanyakan apa yang akan dilakukan di masa yang akan datang, Zikin mengatakan eksplorasi motif adalah hal yang akan terus dilakukannya untuk membedakannya dengan hasil karya desainer lain. Acara ini terselenggara berkat kerjasama Zikin dengan Apip’s Kerajinan Batik sebagai penyelenggara. Dea,foto: Rio





Sumber: fashionpromagazine

Sebagai kota penghasil batik dan sarung, Pekalongan yang terletak di Jawa Tengah ini memang menjadi salah satu tujuan wisata belanja. Meskip...