Tenun Lampung (Kain Tapis)

  “Lampung bertapis helau” apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya Lampung bertapis indah. (https://www.indonesia.travel)

Kain Tapis merupakan salah satu jenis kerajinan tradisional masyarakat Lampung dalam menyelaraskan kehidupannya baik terhadap lingkungannya maupun Sang Pencipta Alam Semesta. Oleh sebab itu, munculnya kain tapis ini ditempuh melalui tahap-tahap waktu yang mengarah kepada kesempurnaan teknik tenun, maupun cara-cara memberikan ragam hias yang sesuai dengan perkembangan kebudayaan masyarakat.

Kain Tapis Lampung adalah hasil tenun benang kapas dengan motif, benang perak atau benang emas dan menjadi pakaian khas suku Lampung. Jenis tenun ini biasanya digunakan pada bagian pinggang ke bawah berbentuk sarung yang terbuat dari benang kapas dengan motif seperti motif alam, flora dan fauna yang disulam dengan benang emas dan benang perak.

Kain tapis kuno dengan motif binatang, koleksi Ny. Lee, SGC (https://www.teraslampung.com)

Sejarah tapis menurut Muhammad Ridho Pratama Putra (Dido Zulkarnaein). Muhammad Ridho Pratama Putra, berpendapat bahwa Sejarah Tapis Sejak Masa Pra-Sejarah.

Sejarah juga mencatat bahwa Tapis Lampung telah disebutkan dalam prasasti Raja Balitung (Abad ke-9 M.) sebagai barang yang dihadiahkan. Dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa Tapis sejak zaman dahulu merupakan barang mahal, karena pada dasarnya barang yang dihadiahkan adalah barang yg memiliki nilai-nilai tertentu. Bersamaan pada abad tersebut kain songket telah berkembang di lingkungan Kerajaan Sriwijaya, dimana kain songket telah ada sejak zaman Kerajaan Malayu (Abad ke-5 M).

Ornamen motif jung pada bidang sebuah tapis kuno Lampung koleksi Ny. Lee, PT SGC (https://www.teraslampung.com)

Penggunaan benang emas dalam budaya tenun Indonesia merupakan hasil kontak dagang dengan bangsa China sebagai penemu benang emas sejak Masa Sebelum Masehi.

Sejarah mencatat pula, bahwa Bangsa Lampung telah melakukan kontak dagang dengan Bangsa China sejak Abad ke-5 M, ketika Kerajaan P'o-Huang (dapat dieja "Bawang" yang berarti Rawa dalam Bahasa Lampung) mengirimkan utusannya ke Negeri China pada Tahun 449 M. dengan membawa Upeti dan 41 jenis barang dari P'o-Huang yang diperdagangkan ke China (kitab Liu Sung Shu, 420-479 M.). Bahkan berdasarkan temuan keramik China masa Dinasti Han (203-220 M), mengindikasikan bahwa perdagangan antara Bangsa Lampung Kuno dengan China telah berlangsung sejak awal Abad Ke-3 M.

Kain Tapis (https://fachruddin54.blogspot.com)

Menurut Van der Hoop (sejarawan asal Belanda) disebutkan bahwa orang Lampung telah menenun kain brokat yang disebut nampan (tampan) dan kain pelepai sejak abad ke-2 Sebelum Masehi. Motif kain ini ialah kait dan kunci (key and rhomboid shape), pohon hayat, dan bangunan yang berisikan roh manusia yang telah meninggal. Juga terdapat motif binatang, matahari, bulan serta bunga melati. Dikenal juga tenun kain tapis yang bertingkat, disulam dengan benang sutera putih yang disebut Kain Tapis Inuh.

Hiasan-hiasan yang terdapat pada kain tenun Lampung juga memiliki unsur-unsur yang sama dengan ragam hias di daerah lain. Hal ini terlihat dari unsur-unsur pengaruh taradisi Neolitikum yang memang banyak ditemukan di Indonesia.

Pengantin Lampung pesisir dengan kain Tapis (https://fachruddin54.blogspot.com)

Masuknya agama Islam di Lampung, ternyata juga memperkaya perkembangan kerajinan tapis. Walaupun unsur baru tersebut telah berpengaruh, unsur lama tetap dipertahankan.

Adanya komunikasi dan lalu lintas antar kepulauan Indonesia sangat memungkinkan penduduknya mengembangkan suatu jaringan maritim. Dunia kemaritiman atau disebut dengan zaman bahari sudah mulai berkembang sejak zaman kerajaan Hindu Indonesia dan mencapai kejayaan pada masa pertumbuhan dan perkembangan kerajaan-kerajaan islam antara tahun 1500 - 1700 .

Kopiah dengan bahan Kain Tapis (https://kratonpedia.com)

Ragam Hias (Motif)

Ragam hias Kain Tapis misalnya, terus berkembang seiring terjalinnya kontak, interaksi, dan komunikasi masyarakat adat Lampung dengan kebudayaan lain. Pertemuan dengan kebudayaan lain tersebut menyebabkan terjadinya akulturasi antara unsur-unsur hias kebudayaan tempatan (lama) dengan unsur-unsur hias kebudayaan asing (baru). Unsur-unsur asing yang datang tidak menghilangkan unsur-unsur lama, akan tetapi semakin memperkaya corak, ragam, dan gaya yang sudah ada. Berbagai kebudayaan tersebut terpadu dan terintegrasi dalam satu konsep utuh yang tidak dapat dipisahkan dan melahirkan corak baru yang unik dan khas. Kebudayaan yang memberikan pengaruh pada pembentukan gaya seni hias kain tapis antara lain, kebudayaan Dongson dari daratan Asia, Hindu-Budha, Islam, dan Eropa.

Ragam hias yang digunakan untuk menghiasi tapis yang tetap berkembang pada saat ini antara lain adalah pucuk rebung, belah ketupat, kotak/ petak simetris, kait, sulur sulur, arwah, manusia, pohon hayat, pilin berganda, hewan dan lain sebagainya. Ragam hias seperti ini nampaknya bertahan semenjak digerakkannya gerakan sukses pariwisata Indonesia, yang terkenal dengan sapta pesona pariwisata Indonesia. Salah satu unsure dari sapta pesona itu antara lain mendorong tapis sebagai motif dari berbagai produk yang dapat dijadikan cenderamata dari Lampung.Sedangkan ragam hias lainnya kurang diminati para produsen, lantaranterlalu sulit dikerjakan atau kurang memenuhi pertimbangan ekonomis.

Sedang mengerjakan Kain Tapis (https://kratonpedia.com)

Berbagai macam tapis kuno yang telah terkumpulkan baik di museum museum atau yang dimiliki para kolektor antara lain adalah :

Tapis Lampung dari Pesisir

• Tapis Inuh
• Tapis Cucuk Andak
• Tapis Semaka
• Tapis Kuning
• Tapis Cukkil
• Tapis Jinggu

Tapis Lampung dari Pubian Telu Suku

• Tapis Jung Sarat
• Tapis Balak
• Tapis Laut Linau
• Tapis Raja Medal
• Tapis Pucuk Rebung
• Tapis Cucuk Handak
• Tapis Tuho
• Tapis Sasap
• Tapis Lawok Silung
• Tapis Lawok Handak

Tapis Lampung dari Sungkai Way Kanan

• Tapis Jung Sarat
• Tapis Balak
• Tapis Pucuk Rebung
• Tapis Halom/Gabo
• Tapis Kaca
• Tapis Kuning
• Tapis Lawok Halom
• Tapis Tuha
• Tapis Raja Medal
• Tapis Lawok Silung

Tapis Lampung dari Tulang Bawang Mego Pak

• Tapis Dewosano
• Tapis Limar Sekebar
• Tapis Ratu Tulang Bawang
• Tapis Bintang Perak
• Tapis Limar Tunggal
• Tapis Sasab
• Tapis Kilap Turki
• Tapis Jung Sarat
• Tapis Kaco Mato di Lem
• Tapis Kibang
• Tapis Cukkil
• Tapis Cucuk Sutero

Tapis Lampung dari Abung Siwo Mego

• Tapis Rajo Tunggal
• Tapis Lawet Andak
• Tapis Lawet Silung
• Tapis Lawet Linau
• Tapis Jung Sarat
• Tapis Raja Medal
• Tapis Nyelem di Laut Timbul di Gunung
• Tapis Cucuk Andak
• Tapis Balak
• Tapis Pucuk Rebung
• Tapis Cucuk Semako
• Tapis Tuho
• Tapis Cucuk Agheng
• Tapis Gajah Mekhem
• Tapis Sasap
• Tapis Kuning
• Tapis Kaco
• Tapis Serdadu Baris

  “Lampung bertapis helau” apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia artinya Lampung bertapis indah. (https://www.indonesia.travel) Kain Tap...

Tenun Palembang

Tenun Palembang motif Bungo Pacik (https://serbaserbipernik.blogspot.com)

Konon, tenunan dari daerah Palembang sudah ada sejak zaman Kerajaan Sriwijaya. Teknologi pembuatannya sebenarnya bukan murni berasal dari daerah tersebut, melainkan dari China, India dan Arab. Adanya perdagangan antara bangsa-bangsa tersebut dengan Kerajaan Sriwijaya menyebabkan terjadinya akulturasi, yaitu saling menyerap unsur-unsur kebudayaan yang satu dengan lainnya. Dan, salah satu unsur kebudayaan dari bangsa-bangsa asing yang telah diserap oleh masyarakat Palembang adalah teknologi pembuatan kain tenun yang hingga kini masih dilakukan oleh sebagian masyarakatnya.

Songket Palembang motif Biji Pare


Songket Palembang motif Bintang Berante (https://daengadda.com)

Pembuatan tenun songket Palembang pada dasarnya dilakukan dalam dua tahap, yaitu: tahap menenun kain dasar dengan konstruksi tenunan rata atau polos dan tahap menenun bagian ragam hias yang merupakan bagian tambahan dari benang pakan. Masyarakat Amerika dan Eropa menyebut cara menenun seperti ini sebagai inlay weaving system.

Songket Palembang motif Bintang Kayu Apuy (https://daengadda.com)

Songket Palembang motif Bungo Cino (https://daengadda.com)

Pengerjaan kain tenun di Palembang umumnya dikerjakan secara “sambilan” oleh gadis-gadis remaja yang menjelang berumah tangga dan ibu-ibu yang sudah lanjut usia sambil menunggu waktu menunaikan ibadah sholat. Pada umumnya pembuatan songket dikerjakan oleh kaum perempuan.

Songket Palembang motif Bungo Jepang (https://daengadda.com)

Songket Palembang motif Bungo Intan (https://daengadda.com)

Dewasa ini pengrajin tenun (songket) Palembang tidak hanya memproduksi satu jenis songket tertentu, seperti sarung dan atau kain. Akan tetapi, seiring dengan perkembangan zaman, sudah merambah ke produk jenis lain, seperti: gambar dinding, taplak meja, permadani bergambar, baju wanita, sprey, baju, bantal permadani, selendang, serber, kain lap dapur, sapu tangan, bahan kemeja, dan tussor (bahan tenun diagonal).

Songket Palembang motif Cantik Manis (Cempuk) (https://daengadda.com)

Songket Palembang motif Kenango Makan Ulet (https://daengadda.com)

Kekayaan alam Palembang sangat mempengaruhi terciptanya ragam hias dengan pola-pola yang mengagumkan. Sekali pun ragam hiasnya tercipta dari alat yang sederhana, namun tenunannya merupakan karya seni yang amat tinggi nilainya. Jadi, songket bukanlah hanya sekedar kain, melainkan telah menjadi suatu bentuk seni yang diangkat dari hasil cipta, rasa dan karsa penenunnya. Motif-motif ragam songket Palembang pada umumnya terdiri dari tiga bagian, yaitu: motif tumbuh-tumbuhan (terutama bentuk stilisasi bunga-bungaan), motif geometris dan motif campuran antara tumbuh-tumbuhan dan geometris.

Songket Palembang motif Lepus Berakam (https://daengadda.com)

Songket Palembang motif Naga Bertarung (https://daengadda.com)

Motif-motif tersebut dari dahulu hingga sekarang diwariskan secara turun-temurun, sehingga polanya tidak berubah, karena cara memola motif itu sendiri hanya dilakukan oleh orang-orang tertentu, dan tidak setiap penenun dapat membuat motif sendiri. Orang yang menenun tinggal melaksanakan pola yang telah ditentukan. Jadi, kerajinan menenun merupakan suatu pekerjaan yang sifatnya kolektif. Sebagai catatan, para penenun di Palembang seluruhnya dilakukan oleh kaum perempuan baik tua maupun muda. Keahlian menenun tersebut pada umumnya diwariskan secara turun-temurun dari generasi ke generasi lainnya.

Songket Palembang motif Nampan Perak (https://daengadda.com)

Songket Palembang motif Pulir (https://daengadda.com)

Beberapa nama ragam hias atau motif tenun songket Palembang antara lain adalah: lepus piham, lepus polos, lepus puler lurus, lepus puler ombak-ombak, lepus bintang, lepus naga besaung, lepus bungo jatuh, lepus berantai, lepus lemas kandang, tetes meder, bungo cino, bungo melati, bungo inten, bungo pacik, bungo suku hijau, bungo bertabur, bungo mawar, biji pare, jando berhias, limas berantai, dasar limai, pucuk rebung, tigo negeri dan emas jantung.

Songket Palembang motif Tabur Limar (https://daengadda.com)

Songket Palembang motif Tigo Negeri (https://daengadda.com)

Selain sebagai sesuatu yang berfungsi memperindah tenunan (songket), ragam hias juga mempunyai makna. Salah satu contohnya adalah bentuk ragam hias yang tekenal yaitu “naga besaung” (naga bertarung). Dalam hal ini naga dianggap sebagai binatang yang melambangkan kemakmuran dan kejayaan. Orang yang memakai tenun songket motif nago besaung tentulah mengharapkan akan mendapatkan kemakmuran dan kejayaan dalam hidupnya. Motif ini diambil dari salah satu unsur kebudayaan Cina yang menganggap naga sebagai suatu hewan mitologi yang dapat mendatangkan kemakmuran dan kajayaan. Sebagai catatan, pada zaman dahulu kerajaan Sriwijaya banyak didatangi orang-orang asing dari Cina, India dan lain sebagainya untuk berdagang. Contoh yang lain adalah motif pucuk rebung dan bunga-bungaan (cengkeh, tanjung, melati, dan mawar). Rebung dianggap sebagai tumbuhan yang sejak kecil dapat digunakan untuk bahan sayuran. Ketika telah tumbuh besar dan menjadi bambu pun masih tetap berguna, yaitu sebagai bahan bangunan dan lain sebagainya. Orang yang memakai motif ini tentulah diharapkan akan berguna pula bagi masyarakatnya (seperti bambu yang sangat berguna bagi manusia). Sedangkan, bunga-bungaan melambangkan kesucian, keanggunan, rezeki dan kebaikan.

Sumber: Melayuonline

Tenun Palembang motif Bungo Pacik (https://serbaserbipernik.blogspot.com) Konon, tenunan dari daerah Palembang sudah ada sejak zaman Keraja...

Tenun Silungkang Sumatera Barat


Sahabat GPS Wisata Indonesia, tenun atau songket Sumatera Barat ada dua macam yaitu Tenun Pandai Sikek dan Tenun Silungkang, yang akan diterangkan sekarang.

Kain songket merupakan produk tenunan Minangkabau yang berkualitas tinggi dan seringkali difungsikan sebagai alat kelengkapan kostum tradisional oleh designer baju. Salah satu wilayah yang terkenal sebagai sentra industri songket lokal di Minangkabau adalah desa Silungkang yang terletak di tepi jalan lintas Sumatera sekitar 95 km dari kota Padang. Songket Silungkang umumnya dibuat secara tradisional, menggunakan alat tenun yang memiliki kemiripan dengan alat menenun Pandai Sikek namun ukurannya jauh lebih besar. Catatan sejarah menyebutkan bahwa teknik pembuatan kain songket yang berkembang di Silungkang, konon dibawa oleh Baginda Ali dari Negara Bagian Selangor pada abad ke-16.

Kain Songket Silungkang

Sumber : https://indonesia.travel

Seperti halnya didaerah lain, kegiatan menenun kain songket di Silungkang umumnya dilakukan oleh para perempuan dalam rumah mereka. Ragam hias dan pola-pola yang tertuang dalam kain songket silungkang secara garis besar banyak dipengaruhi oleh kekayaan alam Minangkabau. Sekalipun ragam hiasnya tercipta dari alat yang sederhana dan proses kerja yang terbatas, namun bagi masyarakat setempat kain songket bukan hanya sekedar kain, melainkan karya seni yang diangkat dari hasil cipta, rasa dan karsa penenunnya.

Kain Songket Silungkang

Sumber : https://silungkang.org

Motif-motif yang ditampilkan pada kain songket silungkang sebagian besar diberi nama tumbuh-tumbuhan, binatang, atau benda-benda lain. Sebut saja ragam hias pucuak rabuang, motif burung, sirangkak, dan balah katupek yang diambil dari lingkungan alami. Berdasarkan ragam hiasnya terlihat jelas bahwa kain songket dari Silungkang terkesan lebih sederhana bila dibandingkan dengan ragam hias kain tenun Pandai Sikek yang sangat rumit.

Kain Songket Silungkang

 Sumber : https://songketsilungkang.com

Selain berfungsi untuk memperindah tampilan kain, ragam hias yang disematkan pada kain songket ternyata memiliki makna tersendiri. Salah satu contohnya adalah pucuak rabuang yang merepresentasikan tanaman rebung yang sangat berguna dalam kehidupan manusia. Ketika masih kecil rebung dapat digunakan sebagai bahan sayuran, dan ketika telah tumbuh menjadi besar bambunya dapat dimanfaatkan sebagai bahan bangunan.

Kain Songket Silungkang

Sumber : https://songketsilungkang.com

Untuk menghasilkan kain songket yang bervariasi, pada perkembangan selanjutnya para pengrajin kain songket silungkang mulai memadukan teknik tenun ikat dengan teknik songket. Selain benang katun, bahan yang digunakan juga diambil dari benang sutera dengan hiasan benang makau atau benang katun berwarna. Produk yang dihasilkan dari kain songket silungkang tidak hanya terbatas pada busana wanita, melainkan dekorasi dan aksesori lainnya seperti bantal permadani, selendang, sapu tangan, gambar dinding, hingga taplak meja.

Kain Songket Silungkang

Sumber : https://silungkang.org

Supaya awat dan terhindar dari kerusakan yang tidak diinginkan kain songket hendaknya disimpan dalam keadaan bersih dengan cara digulung dan dilapisi kertas minyak putih. Tujuannya adalah untuk meminimalisir kontak antara benang pakan dengan benang emas yang terbuat dari logam dan menghindari timbulnya bekas lipatan yang sangat sulit dihilangkan.

Kain Songket Silungkang

Sumber : https://songketsilungkang.com

Semoga bermanfaat.

Sumber: Fitinline

Sahabat GPS Wisata Indonesia, tenun atau songket Sumatera Barat ada dua macam yaitu Tenun Pandai Sikek dan Tenun Silungkang, yang akan dite...

Batik Bugis Makassar


Artikel sebelumnya telah membahas tentang Batik Sulawesi. Kali ini kita masih posting mengenai Batik Sulawesi yang berada di bagian selatan yaitu Batik Bugis Makassar. Bugis lebih dikenal dengan kain tradisionalnya yang berupa kain tenun Bugis. Dari dulu hingga sekarang bahan tenun sutera Bugis masih digunakan untuk bahan batik. Selain itu banyak motif-motif Batik Bugis yang mengadopsi dari motif tenun Bugis. Dan juga terinspirasi dari kebudayaan lokal setempat.

Sutera Bugis

Sumber: https://rumahcantik2a.blogspot.com

Kain Tenun Bugis

Sumber: https://rumahcantik2a.blogspot.com


Inovasi Batik Bugis Makassar sangat berbeda dengan batik-batik yang sudah ada, dimana ini memiliki keunggulan karakter, teknologi proses pembuatan, serta teknik pewarnaan dan corak yang belum dilakukan pembatik-pembatik yang ada saat ini. Pembuatan Batik Bugis Makassar ini menggunakan teknologi komputer dalam penciptaan desain hingga pewarnaan.

Batik Bugis Makassar

Sumber: https://indahnyakotaku.blogspot.com

Batik Bugis Makassar akan diprogram secara bertahap melahirkan motif-motif baru berdasarkan daerah-daerah yang ada di Sulawesi Selatan seperti motif Parepare, motif Maros, motif Soppeng, motif Toraja dan berbagai motif lainnya

Untuk mengejar ketinggalan pengembangan batik yang ada, Batik Bugis Makassar ini akan difokuskan pada penciptaan puluhan ribuan desain pakem dasar batik yang akan menjadi data base unggulan dan pelatihan teknik batik. Pelatihan teknik pembuatan batik ini akan difokuskan di masyarakat dengan membuka lapangan kerja di sektor UKM dan sektor pendidikan.

Terdapat pula pembuatan Batik Bugis Makassar dengan cara tradisional yaitu menggunakan cnting dan pewarna alam atau natural. Batik ini diberi nama cora toriolo yang mengandalkan pewarna natural yang terdapat di masyarakat dan ramah lingkungan seperti daun mangga, daun pepaya, kulit pohon mahoni, kulit daun ketapang, akar pohon pace, biji kembang bixa, kunyit, air kelapa dan lain-lain.

Batik Bugis Makassar

Sumber: https://id.scribd.com

Istilah cora toriolo dimaksudkan agar batik ini memiliki ciri tersendiri dalam industri batik. Selain itu akan memberi identitas kuat dalam buadaya Sulawesi Selatan dipercaturan batik dan handicraft. Program pengembangan cora toriolo, akan terus dikembangkan melalui media kain dan juga media lain seperti kayu, keramik, dan logam. Sosialisasi cora, akan terus dilakukan Pemerintah melalui seminar dan workshop kepada masyarakat seni dan budayawan yang akan memberikan masukan yang berarti.

Batik Bugis Makassar

Sumber: https://yahzah-9.blogspot.com

Pembuatan batik khas Bugis ini diawali dengan pembuatan pola. kemudian di lanjutkan dengan proses pencantingan atau pembuatan corak, corak yang ditonjolkan pada batik ini adalah corak batik yang di padukan dari berbagai unsur etnik yang ada di Sulawesi selatan, di antaranya Parepare, Toraja, Bone, dan Makassar.

Proses Membatik

Sumber: https://www.kabarindonesia.com

Setelah proses pencantingan dilakukan, kemudian kain batik ini diwarnai dengan menggunakan bahan bahan natural seperti daun pepaya. jika proses pencantingan sudah selesai, kemudian dilanjutkan dengan proses fiksasi lalu dikeringkan. Bisanya untuk membuat satu meter kain batik cora toriolo ini membutuhkan waktu satu hari.

Perbedaan yang paling menonjol dari batik khas Bugis ini dengan batik lainnya dilihat dari segi warna dan motif. Secara umum, batik asal Parepare ini muncul dengan warna-warna kain yang lebih cerah dan berani, seperti biru, merah, dan hijau pupus. Selain itu, gambar motifnya juga lebih bebas, yang melambangkan karakter Sulawesi selatan, seperti gambar ayam jantan dari timur, motif huruf lontara, motif Tana toraja, dan motif Lagaligo, motif ini merupakan cerita kuno terpanjang kedua setelah Mahabarata.

Batik Bugis Makassar

Sumber: https://www.flickr.com

Keunggulan budaya yang dimiliki oleh masyarakat Sulawesi Selatan menjadi salah satu langkah strategis untuk memulai langkah awal untuk bisa bersaing pada pasar bebas. Semakin beraneka ragam ya kekayaan kain tradisional di Indonesia. Cintai produk Indonesia. Semoga bermanfaat.

Sumber: Fitinline

Artikel sebelumnya telah membahas tentang Batik Sulawesi. Kali ini kita masih posting mengenai Batik Sulawesi yang berada di bagian selatan ...

Batik Palu


Palu merupakan sebuah kota sekaligus ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah. Asal usul nama kota Palu adalah kata Topalu’e yang berarti tanah yang terangkat, karena daerah ini adalah dataran tinggi. Kota Palu menyimpan banyak keindahan alam dan keberagaman budaya yang menjadi kekayaan bangsa.

Sulawesi Tengah memiliki kekayaan kain tradisional berupa tenun donggala yang terletak di Kabupaten Donggala. Namun sejak tahun 2008, di Kota Palu mulai dikembangkan kain tradisional berupa kain batik. Batik Bomba adalah kain batik khas Kota Palu. Kata bomba sendiri berarti keterbukaan dan kebersamaan. Itulah sebabnya tidak heran jika masyarakat Sulteng terbuka kepada siapa saja yang datang ke daerah ini. Sejak industri kerajinan batik Bomba menemukan teknologi pewarnaan berkualitas baik, batik khas Kota Palu tersebut dari waktu ke waktu semakin digemari masyarakat di daerah itu maupun tamu-tamu yang datang dari luar daerah. Pengembangan batik Bomba baru digerakkan pada Agustus 2008. Saat itu Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Sulteng, berinisiatif untuk mengembangkan potensi batik Sulteng dengan cara mengambil seorang instruktur dari Pekalongan yang kemudian melatih beberapa pemuda putus sekolah, untuk diajarkan teknologi membatik moderen seperti yang telah dilakukan masyarakat pembatik Pekalongan. Dari tangan trampil mereka itulah motif batik Bomba berkembang.

Batik Bomba Palu

Sumber: https://www.kriyalea.com

Batik ini memiliki beragam motif yang sebagian besar diambil dari nilai-nilai kebudayaan lokal dan khas seperti sambulugana, rumah adat (souraja), tai ganja, motif burung maleo, motif bunga merayap, motif resplang, motif ventilasi, motif ukiran rumah adat Kaili, bunga cegkeh dan lain sebagainya.

Batik Palu

Sumber: https://www.harianmercusuar.com

Motif tai ganja yang diambil dari akar tradisi masyarakat Kaili, motif ini mengandung makna warisan kebudayaan adat Sulteng sehingga hanya cocok dipakai pada kegiatan-kegiatan adat atau pesta perkawinan. Motif bunga cengkeh merupakan komoditas perkebunan andalan Kabupaten Tolitoli. Sambulugana adalah satu paket tumbuhan, antara lain pinang dan siri. Sambulugana biasanya sebagai pelengkap adat peminangan bagi masyarakat Kaili di Palu. Peminangan dianggap kurang lengkap rasanya jika tidak ada sambulugana.

Batik Palu

Sumber: Facebook Kaenaya Batik Palu

Selain Batik Bomba, Palu juga terkenal dengan Batik motif lekatu, batik ini banyak dipesan oleh perorangan maupun secara partai dari instansi pemerintah. Motif Lekatu terinspirasi dari pohon Lekatu yang merupakan pohon yang khas di Kota Palu dan berada di Tavanjuka. Saat ini, pohon Lekatu sudah langka, tinggal satu pohon saja.

Batik Palu

Sumber: Facebook Kaenaya Batik Palu

Batik Palu tidak saja digemari masyarakat lokal, tetapi tamu-tamu dari pulau Jawa juga menyukai Batik Palu. Batik Palu memiliki kualitas yang baik tak kalah dengan batik dari pulau Jawa, kualitas warnanya dijamin tidak luntur. Proses batik masih dilakukan dengan cara tradisional yaitu dicanting, selain itu juga dibuat dengan alat cetakan batik yang masih sederhana, sekali membantik hanya mampu memproduksi dua meter.

Proses Membatik

Sumber: https://www.antarasulteng.com

Usaha membatik di Kota Palu masih terbilang baru, sehingga semua bahan-bahan pewarna maupun kain harus dipesan dari Pulau Jawa. Jenis kainnya masih diambil dari Pekalongan seperti jenis kain dobi, primis cap kereta dan simboris. Untuk bahan kain batik masih terkendala dengan waktu pengiriman. Barang yang dipesan biasanya baru sampai ditujuan dua hingga tiga pekan. Meski begitu, hal itu tidak menjadi hambatan yang berarti bagi pengrajin, jika pemerintah memberikan apresiasi dengan mewajibkan para pegawai untuk memakai produk lokal.

Batik Palu

Sumber: https://www.antarafoto.com

Terdapat dua sentra batik di Kota Palu, yaitu Batik Bomba Lekatu di Tavanjuka dan Batik Bomba di Jalan Kedondong Kota Palu.

Untuk membudayakan tradisi menggunakan batik pemerintah provinsi dan pemerintah Kota Palu telah menjadikan hari Kamis sebagai hari wajib menggunakan batik khususnya di kalangan pegawai negeri sipil. Pemerintah daerah juga sudah banyak membantu antara lain bantuan kain, obat-obatan, dan peralatan membatik. Bank Indonesia termasuk salah satu bank yang ikut mendorong majunya industri batik di daerah ini. Pengrajin berharap pemerintah terus berusaha membuka akses pasar sehingga batik bomba mentradisi di tengah-tengah masyarakat. Selain itu, pemerintah juga terus mengkampanyekan cinta batik bomba melalui berbagai kegiatan seperti fashion show dan ajang pameran produk lainnya.

Batik Palu

Sumber: https://hphikal.blogspot.com

Batik Palu

Sumber: https://forumbkmpalu.blogspot.com

Bagi sahabat GPS Wisata Indonesia pecinta batik, jangan lupa untuk membeli kain batik khas Palu bila berkunjung ke Sulawesi Tengah. semoga bermafaat.

Sumber: Fitinline

Palu merupakan sebuah kota sekaligus ibu kota Provinsi Sulawesi Tengah. Asal usul nama kota Palu adalah kata Topalu’e yang berarti tanah yan...

Batik Minahasa


Selain terkenal akan keindahan alam dan kain tenunnya, Minahasa juga memiliki kekayaan lain berupa kain batik tradisional yang diciptakan dalam berbagai motif, gambar dan tulisan kuno yang berakar pada nilai-nilai budaya dan tradisi yang berkembang dalam kehidupan sosial masyarakat setempat. Salah satu sumber ragam hias yang cukup populer dan banyak ditampilkan dalam batik Minahasa yaitu berupa waruga atau makam leluhur Minahasa yang menceritakan daftar riwayat hidup dari seorang yang telah meninggal.

Batik Minahasa 

Sumber : https://www.suaramanado.com

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh para arkeolog, keberadaan waruga sebagai salah satu warisan budaya Minahasa konon sudah ada sejak 400 tahun sebelum Masehi. Langkah-langkah yang dilakukan untuk menentukan usia dari sebuah waruga yaitu berupa metode pertanggalan karbon serta membandingkannya dengan usia keramik-keramik Tiongkok yang terdapat pada makam tersebut.

Batik Minahasa

Sumber : https://manadopostonline.com

Waruga merupakan makam leluhur Minahasa yang terbuat dari batu dimana bagian atasnya berbentuk segitiga dan bagian bawahnya berbentuk kotak dengan ruang ditengahnya. Pada bagian atas Waruga terdapat relief berupa sesosok pria yang kemudian diadaptasi menjadi sebuah motif pada batik Minahasa.

Batik Minahasa

Sumber : https://www.facebook.com/batikminahasa

Relief yang ditampilkan pada motif batik tersebut disebut dengan tonaas. Ragam hias ini terbagi menjadi dua, yaitu tonaas ang kayobaan atau lelaki kuat yang bisa menguasai makhluk hidup lainnya dan tuama loor atau leos sebagai gambaran seorang pria berbentuk manusia kangkang.

Batik Minahasa

Sumber : https://www.sulutexplorer.com

Dibagian bawah waruga ditambahkan pula gambar berbentuk kembang teratai dalam posisi berlawanan yang satu menghadap keatas dan lainnya kebawah secara selang seling membentuk sebuah baris yang rapi. Relief ini menjadi motif batik yang dinamakan motif ma’sungkulan.

Batik Minahasa

Sumber : https://www.suaramanado.com

Selain dua motif tersebut terdapat pula motif lainnya seperti tarawesan paredey, ma’suiyan, wewengkalen dan lain sebagainya. Tarawesan Pareday yang diciptakan dalam bentuk geometris (pakarisan) menyerupai sebuah garis yang berulang menjadi simbol gelombang kehidupan manusia yang datang dari dua arah, yakni dari atas dan dari bawah. Sementara motif wewengkalen yang berbentuk seperti ular berkepala dua, menjadi lambang keabadian yang menggambarkan kemampuan manusia untuk bisa kembali memperbaharui kehidupannya.

Batik Minahasa

Sumber : https://www.mitrakab.go.id

Berbeda dengan motif tarawesan pareday dan wewengkalen, ragam hias ma’suiyan disebut-sebut sebagai bentuk ekspresi dari sayap burung pisok (teteleb ne pisok) yang sangat terkenal di Minahasa. Dari sejumlah ragam hias tersebut terdapat pula ragam hias lain yang jika dikombinasikan akan menghasikan motif yang cukup unik dan berciri khas Minahasa seperti motif karengkom.

Batik Minahasa

Sumber : https://www.suaramanado.com

Semoga bermanfaat.

Sumber: Fitinline

Selain terkenal akan keindahan alam dan kain tenunnya, Minahasa juga memiliki kekayaan lain berupa kain batik tradisional yang diciptakan da...