Mengenal Bahasa Bengkulu


Penduduk Provinsi Bengkulu berasal dari tiga rumpun suku besar terdiri dari suku Rejang, Serawai, Lembak dan Suku Melayu. Terdapat empat bahasa daerah yang digunakan masyarkat Bengkulu yakni, Bahasa Melayu, Bahasa Rejang, Bahasa Pekal dan Bahasa Lembak.

Melayu Bengkulu adalah suku bangsa yang ada di provinsi Bengkulu dan merupakan suku berpolulasi terbesar keempat di provinsi tersebut. Pada umumnya, Melayu Bengkulu bermukim di ibukota provinsi Bengkulu yaitu kota Bengkulu.

Bahasa Melayu

Bahasa Melayu Bengkulu memiliki beberapa pengucapkan kata yang sama dengan Melayu lainnya, seperti Melayu Minang, Melayu Palembang, Melayu Jambi, dan Melayu Riau, terutama yang berlogat "o". Penuturan bahasa Melayu di Bengkulu hampir mirip penuturan bahasa Melayu dialek Negeri Sembilan, Malaysia.

Orang Bengkulu asli sangat mengindahkan tuturan atau sapaan atau panggilan pada seseorang. Apalagi kepada orang yang usianya lebih tua, tabu kalau sampai memanggil namanya saja seperti memanggil teman sebaya. Karena di Propinsi Bengkulu terdapat beragam bahasa, berikut ini adalah panggilan atau sapaan kepada seseorang menurut bahasa Kota Bengkulu:

• Orang tua laki-laki disapa: Ayah, Bak, atau Abah
• Orang tua perempuan disapa: Mak, Ibu
• Kakak tertua laki-laki disapa: Dang
• Kakak tengah laki-laki disapa: Donga
• Kakak kecil laki-laki disapa: Docik
• Kakak tertua perempuan disapa: Inga
• Kakak tengah perempuan disapa: Ciknga
• Kakak kecil perempuan disapa: Dodo, Cik Anjong, Cik Endek
• Adik terkecil laki-laki atau perempuan disapa: Bungsu
• Paman disapa: Wan • Bibi (saudara Ayah atau Ibu) disapa: Cucik, Bucik
• Orang tua Ayah atau Ibu yang laki-laki disapa: Datuk
• Orang tua Ayah atau Ibu yang perempuan disapa: Nenek
• Orang tua Datuk atau Nenek disapa: Poyang
• Laki-laki yang sebaya dengan Wan disapa: Pak Uncu
• Perempuan yang sebaya dengan Cucik, Bucik disapa: Uncu
• Kakak Ayah atau Ibu yang laki-laki disapa: Pakdang
• Kakak Ayah atau Ibu yang Perempuan disapa: Ibudang
• Laki-laki yang sebaya dengan kakak laki-laki disapa: Udo
• Perempuan yang sebaya dengan kakak perempuan disapa: Cuk Udo, Uning
• Anak Paman atau Bibi disapa: Donga (untuk laki-laki) atau Ciknga (untuk perempuan)
• Anak Wan atau anak Cucik disapa: Nakan
• Anak dari cucu disapa: Piyut
• Anak dari Piyut disapa: Cicit

Ada petata petitih lama (Asli Bengkulu) yang ditulis dalam naskah kuno huruf Arab, bahasa Bengkulu pada tahun 1553 M, nama penulisnya tidak disebutkan atau tidak ditemukan atau rusak, hilang. Karena sewaktu ditemukan naskah tersebut ini telah lusuh, lapuk dan sebagian telah rusak ditelan usia. Hanya tahun penulisan yang masih nampak. Naskah ini ditemukan di Provinsi Banten Tahun 1994, berbunyi dalam alih bahasa lebih kurang sebagai berikut :

Endak Möran pa-ï Lopak,
Hendak tidü pa-ï kebiduk,
Dihulu tempek apak (bapak),
Dimuarë tempek induk,
Disitu melepekan niat.

(Naskah kuno ini nampaknya merupakan himpunan nyanyian anak laut).

Kata-kata yang terkandung didalamnya memiliki filosofis yang tinggi bermakna: Kalau hendak mencari kehidupan yang lebih baik pergilah kekota. Kalau hendak istirahat, bersantai dan menenangkan pikiran kembalilah berkumpul di tanah kelahiran, dan sedekahkanlah sebagian harta yang kamu peroleh di negeri orang, pada negeri ibu tercinta Bengkulu.

Ada empat kata-kata Bengkulu yang kita peroleh dari petata petitih ini, yaitu kata Möran, pa-ï, Lopak, dan tidü sedangkan kata lainnya sepeti kata biduk, hulu, muarë (o) diambil dari bahasa Malayu. Mungkin masih lebih banyak lagi kata-kata Bengkulu, yang belum diketahui.

Bahasa Rejang

Abjad Bahasa Rejang (https://lastia.wordpress.com)

Bahasa Rejang, adalah bahasa yang dituturkan oleh suku Rejang di daerah Lebong, Kepahiang, Curup dan sampai di tepi sungai ulu musi di perbatasan dengan Sumatera Selatan. Suku Rejang menempati kabupaten Rejang Lebong, kabupaten Kepahiang, dan kabupaten Lebong. Dialek bahasa yang digunakan penutur bahasa Rejang, jauh berbeda dengan bahasa Melayu dan bahasa daerah di Sumatera lainnya. Suku Rejang merupakan salah satu dari 18 lingkaran suku bangsa terbesar di Indonesia.

Bahasa Rejang memiliki perbedaan dalam penuturan dialek bahasa. Dialek Rejang Kepahiang berbeda dengan dialek Rejang Curup di kabupaten Rejang Lebong, dialek Rejang Bengkulu Utara (identik dengan dialek Rejang Curup), dan dialek Rejang Lebong di kabupaten Lebong.

Dialek dalam bahasa Rejang:

  1. Dialek Rejang Kepahiang 
  2. Dialek Rejang Curup 
  3. Dialek Rejang Lebong

Dari tiga pengelompokan dialek Rejang tersebut, saat ini Rejang terbagi menjadi Rejang Kepahiang, Rejang Curup, dan Rejang Lebong. Namun, meskipun dialek dari ketiga bahasa Rejang tersebut relatif berbeda, tapi setiap penutur asli bahasa Rejang dapat saling memahami walaupun terdapat perbedaan kosakata pada saat komunikasi berlangsung.

Bilangan
  • Do = satu 
  • Duey = dua 
  • Telew = tiga 
  • Pat = empat 
  • Lemo = lima 
  • Enum = enam 
  • Tojok = tujuh 
  • Lapen = delapan 
  • Smilan = sembilan
  • Sepoloak = sepuluh 
  • Dueipoloak = duapuluh 
  • Mopoloak = limapuluh 
  • Sotos = seratus 
  • Serebay = seribu
Kamus Bahasa Rejang

Bahasa Indonesia
Dialek Lebong
Dialek Curup
Dialek Kepahiang
kamu
ko
ko
ko
aku, saya
uku
uku
uku
mau
lok
lak
lak
makan
muk
muk
muk
nasi
mei
mie
mea
menikah
betunok
betunak
betunak
siapa
api
api
api
nama
gen
gen
gen
jangan
jibeak
ji’beak
jikba
menabrak
numua
menumua
menumur
darat
da'et
da'et
dahet
air
bioa
bioa
bioa
sedikit
didik
didik
didik
banyak
dau
deu
deu
cucung
kepau
peu
kepeu
pergi
alau
aleu
aleu
lemea
lema
lema
dusun
sadei
sadie
sadea
marah
mengiak
mengiak
mengeah

Selanjutnya silahkan, klik disini.

Bahasa Pekal

Suku Pekal bermukim di Kecamatan Ketahun, Kabupaten Bengkulu Utara dan Kabupaten Muko-muko yang tersebar dibeberapa kecamatan. Mayoritas penduduk petani dan pekebun. Orang Pekal menggunakan bahasa sendiri yaitu bahasa pekal.

Bahasa suku Pekal jelas memperlihatkan campur bahasa antara bahasa Minangkabau dan bahasa Rejang. Pada saat sekarang, campur bahasa tersebut tidak hanya terbatas pada bahasa Minangkabau dan Rejang, namun juga mengambil bahasa-bahasa lainnya seperti Batak, Jawa dan Bugis. Perbedaan varian bahasa menjadi ciri khas lainnya dari campur bahasa pada sukubangsa Pekal. Varian tersebut berkaitan dengan intensitas hubungan dengan sukubangsa Minangkabau dan Rejang. Jika daerah tersebut lebih dekat dengan daerah Budaya Rejang, varian bahasa yang terlihat dari dialek akan mengarah pada bahasa Rejang, jika mendekati wilayah budaya Minangkabau akan mengarah pada bahasa Minangkabau.

Berikut ini adalah contoh kosakata bahasa Pekal yang menunjukkan persamaan dan perbedaan dengan beberapa bahasa Para-Melayu:

Bahasa Pekal (Bengkulu)
apo
lawik
liek
kucing
lalui
ulah
kehas
manis
lutuik
Bahasa Minangkabau (Sumatera Barat)
apo
lauiÊ”
liaiÊ”/caliaÊ”
kuciang
pai
ula
kareh
manih
lutuiÊ”
Bahasa Mukomuko (Bengkulu)
apo
laut
liek
kucieng
paing
ula
kaqeh
manih
lutut
Bahasa Urak Lawoi'' (Thailand Selatan)
nama
lawoiÊ”
lihaiÊ”
mi'aw
pi
ulal
kras
maneh
lutoiÊ”
apa
laut
lihat
kucing
pergi
ular
keras
manis
lutut

Bahasa Lembak

Suku Lembak adalah suku bangsa yang pemukimannya tersebar di kota Bengkulu, Bengkulu Utara, kabupaten Bengkulu Tengah, kabupaten Rejang Lebong, dan kabupaten Kepahiang. Suku Lembak di kabupaten Rejang Lebong bermukim di kecamatan Padang Ulak Tanding, Sindang Kelingi, dan Kota Padang. Di kabupaten Kepahiang, suku Lembak mendiami desa Suro Lembak. Suku lembak juga mendiami wilayah daerah Kota Lubuklinggau dan kabupaten Musi Rawas yang berada di wilayah provinsi Sumatera Selatan.

Suku Lembak tidak jauh berbeda dengan masyarakat Melayu pada umumnya, namun dalam beberapa hal terdapat perbedaan. Jika ditinjau dari segi bahasanya, suku Lembak dengan Melayu Bengkulu (pesisir) terdapat perbedaan dari segi pengucapan kata-katanya, Melayu Bengkulu kata-katanya banyak diakhiri dengan huruf 'o' sedangkan suku Lembak banyak menggunakan huruf 'e', selain itu ada kosakata yang berbeda.

Contoh kausa kata dari Kamusiana sebagai berikut :



 Untuk mengetahui lebih jelas Bahasa Lembak, klik disini.

Penduduk Provinsi Bengkulu berasal dari tiga rumpun suku besar terdiri dari suku Rejang, Serawai, Lembak dan Suku Melayu. Terdapat empat bah...

Kampung Budaya Cempluk Dau Malang Jawa Timur

Kampung Cempluk (https://www.seputarmalang.com)

Kampung Cempluk berada di Dusun Sumberjo RW. 02 Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur, Dusun yang sangat dekat keberadaannya dengan wilayah Kota Malang, karena merupakan Dusun paling ujung timur Desa Kalisongo.

Meski berada tak jauh dari pusat kota dan hanya lima menit dari Plasa Dieng, kampung ini baru dialiri listrik pada tahun 1992. Sebelumnya, warga menggunakan cempluk (lampu minyak bersumbu) sebagai alat penerangan, sedangkan di kampung lain sudah menggunakan petromax. Dari sinilah awalnya kampung ini dikenal dengan sebutan Kampung Cempluk.


Pendidikan dan Pekerjaan

Kampung Cempluk merupakan daerah yang tertinggal maka warga kampong cempluk memandang pendidikan bukanlah hal penting sehingga rata-rata warga di kampong ini perpendidikan Tamatan Sekolah Dasar bahkan tak jarang yang hanya bias membaca dan menulis (tidak lulus SD). Pekerjaan Warga kampong Cempluk rata-rata yang Laki laki adalah buruh Bangunan sedangkan yang perempuan buruh pabrik. Namun demikian semangat kebersamaannya tidak diragukan lagi dikampung ini yang namanya Azas Kegotong Royongan dan berkesenian sangat tinggi.sehingga tidaklah heran bila di kampung ini tumbuh pesat berbagai kesenian rakyat antara lain Seni Barong singo Yudho, Pancak Silat, musik Perkusi, Jaran Kepang atau kuda lumping, bahkan masih berdirinya sebuah kesenian yang hampir punah yang diberi nama Seni Ande-Ande Lumut.

Terbentuknya Festival

  Kampung Cempluk Festival (https://www.galacara.com)

Mengingat demikian kuatnya jiwa berkesenian warga Desa Kalisongo dan banyaknya kegiatan kesenian sebagai cikal bakal kebudayaan daerah, maka dibutuhkan ruang untuk berapresiasi dari setiap komunitas kesenian yang ada.

Rasa kebersamaan dan kegotongroyongan yang melekat dikehidupan warga Desa Kalisongo melahirkan sebuah wadah berpresiasi bersama yang bisa menampung hasrat para pelaku seni budaya di sana.

Kampung Cempluk Festival

Bermodal dana seadanya hasil swadaya warga lahirlah sebuah acara seni budaya yang saat ini dikenal dengan nama Festival Kampung Cempluk.

Penggagas dari Komunitas Kampung Cempluk ini dimandegani oleh beberapa orang diantaranya : Bapak Priyo Sidhi, Redy Eko Prastyo, Bapak Sulaiman, Bapak Sukadi, serta dibantu saudara Denny Mizar dari Komunitas Pelangi Sastra Malang.

Kampung Cempluk Festival

Anggota Kesenian

• Kesenian Ande-Ande Lumut “Ngudi Lestari Budhoyo“
• Seni Pencak Silat “Panca Manunggal“
• Kuda Lumping “Turonggo Joyo Mulyo“
• Kesenian Perkusi kontemporer “Garuda Putih“
• Rumah Budhaya Cempluk “Sanggar Klampis Ireng“

Jenis Kegiatan

1. Kegiatan Reguler Tahunan : Berupa Festifal Kampung Cempluk yang dilaksanakan setiap tahun sedah berjalan 3 tahun kegiatan berbentuk Pekan Budhaya dan Pasar Rakyat.
2. Pasar Kampung Cempluk yang dilaksanakan setiap Hari Minggu
3. Pelatihan dan Kegiatan Sanggar Budhaya dilakukan di Rumah Budhaya Cempluk.
4. Kerja sama Bidang Kesenian dan Budhaya dengan Sanggar Lain telah dilaksanakan setiap Bulan sekali.
5. Tukar informasi dengan daerah lain (Studi Banding)

Informasi lebih lanjut hubungi


Kampung Budaya Cempluk 
Jl. Dieng Atas, RT. 04/RW. 02, Dusun Sumberjo, Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Jawa Timur
Website: https://www.kampungcempluk.com
Twitter : @kampungcempluk 
https://id-id.facebook.com/pages/Kampung-Cempluk/261739060504428

Kampung Cempluk (https://www.seputarmalang.com) Kampung Cempluk berada di Dusun Sumberjo RW. 02 Desa Kalisongo, Kecamatan Dau, Kabupaten Ma...

Kampung Budaya Gabus Gabus Pati Jawa Tengah


Kampung Budaya Gabus terletak di Desa Gabus, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Gabus sebagai kampung kantung kesenian di bagian selatan Kota Pati diharapkan dapat menjadi ruang alternatif baru sebagai kantung kesenian di wilayah Pesisir yang kadang terpinggirkan oleh pusat pusat budaya arus besar.

Upaya membentuk kawasan yang menjadi kantung budaya, seperti yang dilakukan pengiat kesenian di Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah, membutuhkan sebuah proses. Itu pula yang coba diletupkan melalui pagelaran Festival Pasar Gabus.


Pagelaran yang dilangsungkan pada 9 Oktober dan 10 Oktober 2010 di Desa Gabus, Kecamatan Gabus, Pati, Jawa Tengah itu mendapatkan wadah dengan masa hajatan kaum agraris di Tanah Jawa yang biasa disebut Sedekah Bumi. Ekspresi rasa syukur masyarakat desa atas hasil panen dan hasil kerja selama setahun, serta lantunan doa dan harapan akan hari esok yang lebih baik. Kegiatan Sedekah Bumi yang biasa dilakukan di setiap bulan Apit pada penanggalan Jawa.

Kemudian masyarakat Desa Gabus mendirikan Paguyuban Sedulur Asih di Gabus pada hari Sabtu tanggal 19 Mei 2012 oleh warga Gabus yang memiliki pandangan yang sama untuk memajukan Desa Gabus melalui pendekatan budaya.

Adapun kelompok penggiat seni budaya yang ada di Desa Gabus antara lain :

Wisata Musik

Gagego Musik Kampung


Keroncong Pesona Gambuse


Wisata Seni Budaya 

Teater Gong 


Sanggar Tari Widyas Budoyo


Layar Tancep 
Wayang Tutur 


Barongsai 


Sedekah Bumi 


Festival Pasar Gabus


Informasi lebih lanjut hubungi

Kampung Budaya Gabus
Alamat Sekretariat : Desa Gabus RT. 5 RW. 5, Jalan Raya Gabus, Pati (Utara SPBU Gabus), Kecamatan Gabus, Pati, Jawa Tengah.
Telp: +62 813 2624 9016 (Bp. Timbul Hadiyanto)
Website: https://gabuskampungbudaya.blogspot.com

Kampung Budaya Gabus terletak di Desa Gabus, Kecamatan Gabus, Kabupaten Pati, Jawa Tengah. Gabus sebagai kampung kantung kesenian di bagian...

Kampung Seni Budaya Jelekong Baleendah Bandung


Kampung Seni Budaya Jelekong terletak di Kelurahan Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung.

Pintu gerbang Kampung Seni Budaya Jelekong (https://tamudesa.org)

Seakan mirip Ubud Bali yang menjadi gudang seniman handal dari seniman Giriharja Jelekong terkenal sebagai seniman wayang golek, seni lukis, serta sejumlah kesenian lainnya seperti sisingaan, jaipongan, pencak silat, dan lainnya.

Suasana Kampung Seni Budaya Jelekong (https://tamudesa.org)

Desa wisata Jelekong pastinya terkenal sebagai tempat pelukis handal di Bandung. Keahlian melukis pada penduduk Jelekong diwariskan secara turun temurun dari seniman lukis, Odin Rohidin. Dari Odin Rohidin inilah kemudian terbentuk kampung pelukis di Bandung. Saat ini hampir sekitar dua ratus kepala keluarga di Jelekong yang bisa hidup berkecukupan dengan produksi lukisan-lukisan itu. Harga lukisan dari Jelekong kebanyakan cukup murah, namun tetap memiliki kualitas yang tidak kalah dengan lukisan mahal. Seringkali pelukis Jelekong membuat lukisan yang sesuai dengan selera pasar. Karena itu inovasi dan kreasi tetap menjadi modal utama dari para pelukis Jelekong.

Giriharja


Giriharja terletak di Jl. Giriharja Rt 01/01, Kelurahan Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupan Bandung. Lokasinya tidak jauh dari kantor kelurahan, yakni sekitar 500 meter dari kantor kelurahan.

Giri Harja merupakan nama tempat yang didirikan oleh Dalang Abah Sunarya (alm) pada tahun 1920-an, terutama dengan melestarikan dan mengembangkan seni pertunjukan Wayang Golek Sunda, yang bisa disebutkan ‘paradigma’ kebudayaan Sunda.

Pentas Wayang Golek Giriharja

Di dalam media, keluarga seni Giri Harja juga dianggap sebagai ‘Dinasti Sunarya’. Sampai sekarang, di Giri Harja sudah ada empat generasi seniman, Dalang dan Nayaga. Di antaranya ada juga Tokoh Budaya yang terkenal dan terpopuler , seperti Dalang H.Asep Sunandar Sunarya, Dalang H. Ade Kosasih Sunarya (alm.), dan lainnya.

Wayang merupakan kesenian yang khas di Indonesia khususnya di pulau Jawa. Isinya menggambarkan perbuatan baik dan buruk. Ada dua jenis wayang yaitu Wayang Kulit dan Wayang Golek. Wayang Kulit merupakan wayang dua dimensi juga sering dikenal sebagai boneka bayang-bayang. Wayang Kulit lebih populer di sekitar Jawa Tengah hingga Bali.

Cindramata Giriharja

Wayang Golek adalah boneka kayu tiga dimensi dan berasal dari Jawa Barat. Permainan Wayang Golek pada umumnya mulai pada senja hingga subuh, para penonton bebas menyaksikan sesuka hatinya. Orang yang memainkan Wayang Golek disebut Dalang. Ada dua jenis cerita yang disajikan dalam pertunjukan Wayang Golek yaitu cerita Mahabarata dan cerita Ramayana. Tokoh-tokoh yang ada dalam cerita pewayangan yaitu Rama, Sinta, Anoman, Rahwana, Gatot Kaca Pandawa Lima, dan lainnya. Setiap tokoh wayang memiliki kar akter masing-masing. Wayang Golek terdiri dari bagian-bagian yang dapat dipisahkan.

Wayang Golek memiliki ukiran yang sempurna, dengan warna yang indah dan mencolok. Pakaian Wayang Golek dihiasi dengan manik-manik dan batik. Beberapa Wayang Golek mempunyai sayap dari kulit yang diukir dan dicat. Pembutan Wayang Golek diukir dengan tangan sehingga terlihat unik. Pengrajin wayang menggunakan bulu dari kelinci untuk memperoleh bentuk dan detil rambut yang sangat baik.

Cindramata Giriharja

Paket Seni Budaya Giriharja

Para seniman-seniman Giri Harja, menyediakan berbagai Seni Budaya, Kerajinan dan Cindramata (Suvenir) yang dapat dipentaskan di berbagai acara sebagai berikut :

  • Wayang golek : Pertujukan atau atraksi, demo pembuatan wayang dan merakit wayang (system pembelajaran atau satu paket) 
  • Upacara Adat 3. Kecapi suling 
  • Jaipongan 
  • Degung 
  • Kliningan 
  • Pop Sunda 
  • Pencak silat 
  • Rampak Dalang Bocah cilik atau Tunggal 
  • Kerajinan Wayang Golek dan Cindramata (suvenir)
Kampung Pelukis

Berbagai lukisan dari Kampung Pelukis Jelekong (https://sebandung.com)

Sepanjang jalan utama Jelekong, akan disuguhkan ratusan kanvas pada kanan dan kiri jalan. Ada sekitar dua puluh galeri di sepanjang jalan ini. Bau cat yang masih basah langsung tercium saat kita memasuki kampung ini. Ada sekitar enam ratus pelukis yang menghasilkan karyanya di Jelekong. Setiap pelukis ini tentu memiliki ciri khas masing-masing dalam setiap karyanya. Hal ini tentu bukan hal yang aneh lagi warga kampung pelukis di Bandung ini.

Berbagai lukisan dari Kampung Pelukis Jelekong

Beberapa lukisan khas dari Jelekong adalah lukisan tentang panorama pedesaan, adu ayam, buah-buahan, pacuan kuda, ikan koi, dan kereta kencana. Karya lukisan ini tidak hanya dipasarkan di Bandung, namun sudah merambah luar kota, seperti Bogor, Semarang, dan Bali, bahkan sampai ke luar negeri, seperti Arab Saudi dan Malaysia. Beberapa galeri di Bandung memajang lukisan dari Jelekong dengan harga yang lumayan tinggi. Banyak warga Jelekong yang memang menggantungkan penghidupannya dari penjualan lukisan-lukisan.

Kaligrafi dari Kampung Pelukis Jelekong

Satu lukisan pemandangan di atas kanvas dengan ukuran 135 cm x 40 cm dihargai bervariasi mulai dari Rp. 150.000,00. Mahal tidaknya lukisan sangat tergantung dengan besarnya lukisan, tingkat kesulitan, serta cat yang dipakai. Lukisan dijual dari harga ratusan ribu hingga puluhan juta rupiah. Kita bisa menjumpai karya-karya dari pelukis Jelekong di sepanjang Jalan Braga. Di sepanjang jalan ini kita akan menjumpai lukisan-lukisan dipajang di trotoar. Anda bisa juga langsung mengunjungi Jelekong, yang berada di kawasan Baleendah. Selain wisata budaya, ada berbagai tempat wisata lain di sekitar Jelekong, seperti Goa Landak, Curug Batukarut, dan Curug Cangkring.

Wisata Alam

Di Desa Wisata Jelekong Anda juga dapat menemukan situs alam seperti Goa Landak, Curug Cangkring, dan Curug Batukarut.

Akses

Desa Jelekong berada di Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Letaknya kurang lebih berjarak 12 km dari Kota Bandung, tepat di ruas sebelah kanan jalan raya Bandung - Majalaya. Desa Jelekong merupakan wilayah kelurahan yang wilayahnya terbagi menjadi 27 Rukun Warga. Akses jalan menuju Desa Wisata Jelekong Baleendah rusak sepanjang 600 meter di Kampung Margaluyu RW 14 jadi anda perlu bersabar.

Informasi lebih lanjut hubungi
       
Giriharja 
Jln. Giriharja RT. 01/ RW. 01, Kel. Jelekong, Kec.Baleendah, Kab. Bandung
Telp.: +62 813 2015 5161 (Bp. Irwansyah, SE)
Website: https://www.giriharja-jelekong.com

Kampung Seni Budaya Jelekong terletak di Kelurahan Jelekong, Kecamatan Baleendah, Kabupaten Bandung. Pintu gerbang Kampung Seni Budaya Jelek...

Kampung Adat Kuta Tambaksari Ciamis Jawa Barat

Suasana Kampung Adat Kuta, Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Ciamis, Jawa Barat (https://travel.detik.com)

Kampung Adat Kuta adalah dusun adat yang masih bertahan di Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat. Kampung adat ini dihuni masyarakat yang dilandasi kearifan lokal, dengan memegang budaya pamali (tabu), untuk menjaga keseimbangan alam dan terpeliharanya tatanan hidup bermasyarakat. Salah satu yang menonjol adalah dalam hal pelestarian hutan, sekaligus mempertahankan kelestarian mata air dan pohon aren untuk sumber kehidupan mereka.

Dipandang dari sudut etimologis, Kampung Kuta berarti kampung atau dusun yang dikelilingi “kuta” atau penghalang berupa tebing. Menurut cerita yang beredar pada masyarakat setempat, dahulu kala tebing itu berfungsi sebagai penghalang serangan musuh dari luar, ketika Kampung Kuta akan dijadikan sebuah kerajaan oleh Prabu Ajar Sukaresi. Kisah tentang sepak terjang sang Prabu yang menjadi penguasa di Kampung Kuta sangat berpengaruh kepada warganya di kemudian hari.

Kampung Adat Kuta, Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Ciamis, Jawa Barat (https://www.tambaksarionline.com)

Kampung Kuta terdiri atas 2 RW dan 4 RT. Kampung ini berbatasan dengan Dusun Cibodas di sebelah utara, Dusun Margamulya di sebelah barat, dan di sebelah selatan dan timur dengan Sungai Cijulang, yang sekaligus merupakan perbatasan wilayah Jawa Barat dengan Jawa Tengah.

Kampung ini dikatagorikan sebagai kampung adat, karena mempunyai kesamaan dalam bentuk dan bahan fisik bangunan rumah, adanya ketua adat, dan adanya adat istiadat yang mengikat masyarakatnya. Salah satu warisan ajaran leluhur yang mesti dipatuhi masyarakat Kuta adalah pembangunan rumah. Bila dilanggar, warga Kuta berkeyakinan, musibah atau marabahaya bakal melanda kampung mereka. Aturan adat menyebutkan rumah harus berbentuk panggung dengan ukuran persegi panjang. Atap rumah pun harus dari bahan rumbia atau ijuk.

Rumah adat Kampung Kuta (https://www.tambaksarionline.com)

Kampung Kuta merupakan masyarakat adat yang masih teguh memegang dan menjalankan tradisi dengan pengawasan kuncen dan ketua adat. Kepercayaan terhadap larangan dan adanya mahluk halus atau kekuatan gaib masih tampak pada pandangan mereka terhadap tempat keramat berupa hutan keramat. Hutan keramat tersebut sering didatangi oleh orang-orang yang ingin mendapatkan keselamatan dan kebahagiaan hidup. Hanya saja, di hutan keramat tersebut tidak boleh meminta sesuatu yang menunjukkan ketamakan seperti kekayaan.

Larangan 

Larangan di dalam hutan keramat (https://www.tambaksarionline.com)

Untuk memasuki wilayah hutan keramat tersebut diberlakukan sejumlah larangan, yakni larangan memanfaatkan dan merusak sumber hutan, memakai baju dinas, memakai perhiasan emas, memakai baju hitam-hitam, membawa tas, memakai alas kaki, meludah, dan berbuat gaduh. Bahkan untuk memasuki Hutan Keramat ini pun tidak boleh memakai alas kaki, Tujuannya agar hutan tersebut tidak tercemar dan tetap lestari. Oleh karena itu, kayu-kayu besar masih terlihat kokoh di Leuweung Gede. Selain itu, sumber air masih terjaga dengan baik. Di pinggir hutan banyak mata air yang bersih dan sering digunakan untuk mencuci muka.

Upacara Adat Nyuguh

Upacara Adat Nyuguh (https://ciamisnews.com)

Sesuai warisan leluhur, acara nyuguh itu harus dilakukan di pinggir Sungai Cijolang yang berbatasan langsung dengan Kabupaten Cilacap, Jateng. Pernah satu kali acara nyuguh tak dilaksanakan, tiba-tiba seluruh kampung mendapat musibah. Padi yang siap panen rusak parah, sedangkan sejumlah hewan ternak ditemui mati menggelepar. Warga menyakini kerusakan itu terjadi karena “utusan” Padjadjaran itu tidak disuguhi makanan. Alhasil mereka pun mencari makanan sendiri dengan cara merusak kampung.

Adapun perjalanan ke Sungai Cijolang sekitar lima kilometer. Kini, Pak Kuncen pun kembali memulai ritual.

Upacara Nyuguh telah dilaksanakan tanggal 14 Desember 2014 (https://ciamisnews.com)

Doa kembali dipanjatkan sebelum warga menyantap makanan yang tersedia. Setelah berdoa, seluruh warga kemudian menyantap makanan yang dibawa dari kampung. Makanan khas yang harus ada setiap upacara.

Upacara Adat Nyuguh ini merupakan suatu upacara ritual tradisional Adat Kampung Kuta, Kec. Tambaksari Kabupaten Ciamis yang selalu dilaksanakan pada tanggal 25 shapar pada setiap tahunnya.

Inap Desa (Homestay)

Bagi anda yang berkeinginan untuk menginap di Kampung Adat Kuta, tersedia Inap Desa kurang lebih 50 (lima puluh) rumah dengan kapasitas 3 (tiga) orang setiap rumahnya.

Akses

Rute menuju Kampung Adat Kuta (https://ciamisnews.com)

Untuk menuju ke kampung tersebut jarak yang harus ditempuh dari kota Kabupaten Ciamis sekitar 34 km menuju ke arah utara. Dapat dicapai dengan menggunakan mobil angkutan umum ke Kecamatan Rancah. Sedang dari Kecamatan Rancah menggunakan motor sewaan atau ojeg, dengan kondisi jalan aspal yang berkelok, dan tanjakan yang cukup curam. Jika melalui Kecamatan Tambaksari dapat menggunakan kendaraan umum atau ojeg, dengan kondisi jalan serupa.

Informasi lebih lanjut hubungi
       
Kampung Adat Kuta 
Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Kabupaten Ciamis, Jawa Barat
Telp.: +62 812 2281 3316 (Bp. Wendry)

Suasana Kampung Adat Kuta, Desa Karangpaningal, Kecamatan Tambaksari, Ciamis, Jawa Barat (https://travel.detik.com) Kampung Adat Kuta adalah...