Batik Pati


Pati ibukota dari Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Rembang di timur, Kabupaten Blora dan Kabupaten Grobogan di selatan, serta Kabupaten Kudus dan Kabupaten Jepara di barat.

Batik bakaran motif kupu-kupu

(https://butikhardjolestaribatam.blogspot.com)

Batik Pati biasa disebut dengan Batik Bakaran. Dimana Bakaran merupakan sebuah desa yang ada di kecamatan Juwana, kabupaten Pati. Desa ini dibagi menjadi 2 yaitu Bakaran Wetan dan Bakaran Kulon, sebagai sentra industri Batik di Pati. Seni batik bakaran ini berjalan sejak zaman majapahit antara abad 14 sampai sekarang.

Batik bakaran

(https://paticentraljava.blogspot.com)

(https://klaster-umkm.blogspot.com)

Keterampilan membatik tulis bakaran di Desa Bakaran Wetan itu punya sejarah yang melegenda. Keterampilan itu tak lepas dari buah didikan Nyi Banoewati atau Nyai Ageng Siti Sabirah, penjaga museum pusaka dan pembuat seragam prajurit pada akhir Kerajaan Majapahit abad ke-14.

Batik bakaran motif burung kasmaran

(https://batikjuwana.wordpress.com)

Batik bakaran motif burung emprit biru langit

(https://batikjuwana.wordpress.com)

Waktu itu, Kerajaan Majapahit diambang keruntuhannya karena wilayahnya sudah hampir dikuasai oleh kerajaan Islam Demak Bintoro. Nyai Banoewati salah seorang abdi dalem yang sudah memeluk agama Islam. Yang saat itu warga keraton sangat melarang keras warganya untuk beragama Islam. Akhirnya Sang abdi dalem ini ketahuan dan melarikan untuk menyelamatkan diri dari hukuman raja dan sergapan prajurit, hingga diketemukan daerah rawa-rawa di pantai utara dan menetap disini, dengan nama Bakaran Wetan. Motif batik yang diajarkan Nyi Banoewati adalah motif batik Majapahit. Misalnya, sekar jagat, padas gempal, magel ati, limaran dan gandrung.

Batik bakaran

(https://yuliatiwarno.indonetwork.co.id)

(https://envagallery.blogspot.com)

Perkembangan motif batik bakaran Pati ada dua macam yaitu

Batik bakaran Udan Liris dan Naga Raja

Atas: Motif udan liris (hujan rintik-rintik)
Bawah: Motif naga raja dengan latar Gandrung
(https://www.kerajinankujuwana.web.id)

Batik bakaran motif Merak Ngigel

(https://www.kerajinankujuwana.web.id)

1. Motif Tengahan. Yaitu pengembangan dari motif Nyi Banoewati, seperti Gringsing, Bregat Ireng, Sido Mukti, Sido Rukun, Namtikar. Blebak Kopik, Merak Ngigel, Nogo Royo, Rawan, Truntum, Liris, Blebak Duri, Kawung Tanjung, Kopi Pecah, Manggaran, Kedele Kecer, Puspo Baskora, Ungker Cantel, Blebak Lung, dan beberapa motif tengahan yang lain.

2. Motif Pesisir, seperti Blebak Urang, Loek Chan dan motif pesisir lainnya.

Saat ini warga Bakaran selain melestarikan motif Nyi Banoewati, mereka juga mengembangkan aneka macam motif kontemporer, antara lain motif pohon druju (juwana), gelombang cinta, kedele kecer, jambu alas, dan blebak urang.

Yuk kita lestarikan dengan memakai Batik Pati atau Batik Bakaran, sahabat GPS Wisata Indonesia. Semoga bermanfaat.

Pati ibukota dari Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Rembang di timur, Kabu...

Batik Kudus


Setelah artikel sebelumnya membahas tentang Batik Jepara, kali ini kami masih sajikan artikel tentang batik di Jawa tengah, yaitu Batik Kudus. Kota Kudus terkenal dengan sebutan Kota Kretek, karena terdapat pabrik rokok terbesar di Indonesia yaitu Djarum. Kota Kudus juga terkenal dengan wisata religinya yaitu Sunan Kudus yang identik dengan menara Kudus dan juga Sunan Muria. Bagi anda pecinta kuliner, anda pasti kenal dengan soto Kudus dan jenang Kudus yang sangat khas. Sebagian orang mungkin belum banyak yang tau jika kota ini juga menghasilkan batik yang unik dan menarik. Batik tersebut dinamai Batik Kudus atau Batik Kudusan.

Pada era tahun 1935 Batik Kudus sudah mulai ada dan berkembang pesat pada era 1970an. Corak dan motif Batik Kudus sangat beragam karena pada masa itu pengrajin Batik Kudus ada yang dari etnis keturunan Cina dan pengrajin penduduk asli atau pribumi. Batik Kudus coraknya lebih condong ke batik pesisiran ada kemiripan dengan Batik Pekalongan maupun Lasem karena secara geografis Kudus berdekatan. Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin Cina dikenal dengan batik nyonya atau batik saudagaran, yang mempunyai ciri khas kehalusan dan kerumitannya dengan isen-isennya. Dan kebanyakan dipakai oleh kalangan menengah ke atas, motif yang dibuat coraknya lebih ke arah perpaduan antara batik pesisir dan batik mataraman (warna sogan).

Pembatik yang terkenal era itu di Kudus adalah GS Liem, TS Ing dan Pho An Nyo. Batik Kudus tersalip oleh daerah lain, seperti Pekalongan, Tegal, Solo, dan Yogyakarta, karena persaingan lokal yang sangat ketat antara pengusaha batik pribumi dengan pengusaha batik keturunan Tionghoa. Pada era 1980-an Batik Kudus mengalami kemunduran karena sudah tidak ada pengrajin yang berproduksi lagi karena adanya perkembangan batik printing maka pengrajin batik Kudus banyak yang gulung tikar dan akhirnya masyarakat Kudus lebih senang bekerja sebagai buruh pabrik rokok karena banyaknya industri rokok di Kudus. Wajar jika rentang waktu sekitar 20 tahun Batik Kudus seperti tak ada. Bahkan banyak orang tak yakin Kudus punya tradisi batik. Hanya generasi tua dan pecinta batik yang mengetehui sejarah Batik Kudus.

Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin asli Kudus atau pribumi dipengaruhi oleh budaya sekitar dan coraknya juga dipengaruhi batik pesisiran. Motif yang dibuat mempunyai arti ataupun kegunaan misalnya untuk acara akad nikah ada corak Kudusan seperti busana kelir, burung merak dan adapula motif yang bernafaskan budaya Islam atau motif Islamik kaligrafi. Motif yang bernafaskan kaligrafi karena dipengaruhi sejarah walisongo yang berada di Kudus yaitu Sunan Kudus (Syeh Dja’far Shodiq) dan Sunan Muria (Raden Umar Said), corak yang bernafaskan Islam karena pengrajin batik banyak berkembang disekitar wilayah Sunan Kudus atau dikenal dengan Kudus Kulon.

Batik Kudus dikenal sebagai batik peranakan yang halus dengan isen-isen (isian dalam raga, pola utama) yang rumit. Batik ini didesain dengan warna-warna sogan (kecoklatan) yang diberi corak parang, tombak, atau kawung. Batik tersebut juga dihias dengan rangkaian bunga, kupu-kupu, serta ragam motif lainnya yang sesuai dengan ciri khas Kabupaten Kudus.

Salah satu motif yang juga sangat dikenal di Kudus adalah motif kapal kandas menurut sejarah yang dituturkan juru kunci Gunung Muria ada kaitan dengan sejarah kapal dampo awang milik Sampokong yang kandas di Gunung Muria, menurut sejarahnya pada masa itu terjadi perdebatan antara Sunan Muria (Raden Umar Said) dengan Sampokong. Menurut Sampokong gunung yang dilewati adalah merupakan lautan tetapi Sunan Muria keyakinan itu adalah gunung sampai akhirnya kapal Dampo Awang kandas di Gunung Muria. Kapal tersebut membawa rempah-rempah dan tanaman obat-obatan yang sampai sekarang tumbuh subur di Gunung Muria salah satunya adalah buah parijoto yang diyakini oleh masyarakat sekitar untuk acara 7 bulanan supaya anaknya bagus rupawan.

Batik Kudus Motif Kapal Kandas 

Sumber: https://wolipop.detik.com

Sumber: https://www.muriabatikkudus.com

Batik Kudus Motif Parijoto 

Sumber: https://wolipop.detik.com

Batik Kudus Motif Buket Parijoto

Sumber: https://www.muriabatikkudus.com

Diantara tumbuhan yang ada di Gunung Muria adalah pohon Pakis Haji yang pada zaman Sunan Muria dipakai sebagai salah satu tongkat Sunan Muria dan sampai sekarang kayu pakis haji diyakini oleh masyarakat sekitar bisa mengusir hama salah satunya tikus, karena motif tersebut mempunyai alur seperti ular dan ukiran seperti kaligrafi.

Batik Kudus Motif Pakis Haji 

Sumber: https://www.muriabatikkudus.com

Motif legenda bulusan menceritakan tentang legenda bulusan yang diperingati setiap Kupatan atau satu minggu setelah Lebaran. Cerita ini berasal dari Desa Sumber dan Desa Bulusan Kecamatan Jekulo dengan lima adegan pada motifnya. Konon menurut cerita dahulu ada seorang yang dikutuk menjadi seekor bulus (kura–kura). Untuk meramaikan tradisi ini biasanya diadakan pasar malam. Batik Kudus.

Motif Legenda Bulusan 

Sumber: https://www.muriabatikkudus.com

Motif Tembakau Cengkeh, terinspirasi dari kota Kudus yang merupakan kota yang terkenal dengan rokok kreteknya. Sehingga, motif tersebut menjadi salah satu ciri khas dari batik Kudus itu sendiri.

Batik Kudus Motif Tembakau Cengkeh 

Sumber: https://wolipop.detik.com

Batik dengan corak kawung ini mempunyai makna yang melambangkan harapan agar manusia selalu ingat akan asal usulnya. Berpola bulatan yang serupa dengan buah Kawung (sejenis buah kelapa, yang terkadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Batik Kudus yang satu ini juga dihias dengan bunga-bunga cantik.

Batik Kudus Motif Kawung 

Sumber: https://wolipop.detik.com

Motif Gebyok adalah semacam partisi khas Jawa yang digunakan untuk sekat antar ruang dalam rumah. Fungsinya bukan hanya sebagai partisi, tapi juga sebagai pintu dan juga pengganti dinding. Kudus juga terkenal dengan gebyok. Jadi tak heran bila salah satu batiknya diberi motif gebyok.

Batik Kudus Motif Gebyok 

Sumber: https://wolipop.detik.com

Sentra batik di Kudus terdapat di desa Karangmalang, Kecamatan Gebog. Sebelumnya, usaha bordir sudah tumbuh berkembang di desa ini sehingga dikenal sebagai sentranya usaha bordir dan konveksi.

Dorongan Pemkab, Batik Kudus hidup kembali, salah satunya, setelah Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Kudus membuat pelatihan membatik pada tahun 2007. Pada tahun 2010 dilakukan pelatihan lanjutan. Dinas juga memberikan bantuan sejumlah peralatan untuk membuat batik dari teknik cap sebanyak 10 buah. Dinas juga memfasilitasi berbagai pameran batik tingkat nasional dan kontak dagang di berbagai daerah. Di lain pihak, pengrajin batik merasa dorongan Pemkab belum penuh. Celah surat keputusan pemakaian seragam bagi PNS di dua hari dalam seminggu, dilihat potensial. Pa¬salnya, selain diwajibkan menggunakan seragam berupa bordir Kudus, juga diharuskan memakai batik. Sayangnya, tak disebutkan jelas baju batik merujuk Batik Kudus.

Generasi muda pun lebih memilih kerja sebagai buruh rokok, penjahit, dan membordir, karena sifatnya yang mudah. Kendala lain adalah naiknya sejumlah bahan dasar batik, berupa kain, malam, dan zat pewarna.

Batik Kudus memiliki ciri khas yang sangat berbeda dengan daerah lain, walaupun motifnya bisa sama misalnya merak, tapi latarnya akan tetap berbeda, yang paling mudah untuk membedakannya adalah beras kecernya yang halus terlihat seperti berah asli. Bentuknya unik tak sekedar ditutul memanjang. Motif merak pelataran beras wutah merupakan motif dengan isen-isen beras wutah (kecer) yang merupakan lambang kesuburan dan kemakmuran. Latar yang lain berupa latar kembang randu yang sangat cantik dan unik, karena tak dijumpai di daerah lain. Warnanya khas seperti warna hijau, ungu, biru, merah dan sogan.

Batik Kudus Motif Merak Pelataran Beras Wutah 

Sumber: https://www.muriabatikkudus.com

Semoga bermanfaat.

Sumber: Fitinline

Setelah artikel sebelumnya membahas tentang Batik Jepara , kali ini kami masih sajikan artikel tentang batik di Jawa tengah, yaitu Batik Kud...

Batik Jepara


Bertepatan dengan peringatan “Hari Kartini”, kami ingin mengucapkan selamat hari kartini untuk seluruh perempuan Indonesia dimanapun anda berada saat ini. Banyak cara untuk memperingati serta memaknai hari kartini ini. Diperingatinya hari kartini adalah sebuah penghormatan atas perjuangan kaum perempuan, simbol persamaan gender, emansipasi wanita. Dan cara kami memperingati hari kartini ini adalah dengan menyajikan artikel tentang “Batik Jepara”.

Jepara sebagai kota kelahiran RA. Kartini ini terletak di ujung utara pulau Jawa, tepatnya di Propinsi Jawa Tengah. Jepara lebih dikenal dengan sebutan Kota Ukir. Tak banyak yang mengetahui jika Jepara juga memiliki kerajinan berupa kain batik. Memang batik Jepara tidak berkembang pesat seperti batik dari daerah lain. Mungkin sebagian orang lebih mengetahui potensi tekstil yang lain, yaitu berupa kain tenun ikat troso.

Seni batik di Jepara telah ada sejak jaman Kartini, sehingga banyak yang menyebutnya Batik Kartini. Namun sayang sudah satu abad lebih batik Jepara hilang dari peredaran. Budaya batik di Jepara tidak lepas dari peran Kartini. Selain bisa membatik, Kartini juga mengajarkan ketrampilan membatik di Pendopo kediamannya. Tak hanya itu, beliau juga menulis tentang batik dalam Bahasa Belanda sehingga batik dikenal disana.

RA. Kartini dan Suami 

Sumber: https://id.wikipedia.org

Motif Batik Jepara yang berkembang awalnya berupa motif bunga kantil, Parang Gondosuli, dan motif Srikaton. Motif-motif tersebut bergaya Mataraman, namun berbeda dengan yang ada di Solo dan Yogyakarta yang lebih masyhur dengan istilah Srigunung. Selain itu motif lainnya berupa lung hitam sogan, flora fauna semacam gajah coklat, srikandi, kembang alas, daun ulir putih, bunga hijau dan ungu, kembang setaman, elung bimo kurdo, sido arum, dan lain sebagainya.

Batik Jepara 

Sumber: https://cayurvalkyrie.blogspot.com

Batik Jepara Motif Kembang Alas 

Sumber: https://hoedas.wordpress.com

Batik Jepara Motif Srikandi 

Sumber: https://hoedas.wordpress.com

Motif Kembang Setaman berupa motif ulir yang dihiasi bunga aneka warna dan kupu-kupu, yang menggambarkan harmoni keindahan taman bunga. Motif Elung Bimo Kurdo berupa bentuk lung yang besar-besar, yang diilhami dari tokoh pewayangan Bima, serta menunjukkan karakter agung, kokoh dan wibawa Bima. Sedangkan motif Sido Arum merupakan motif yang diilhami dari motif-motif klasik yang sudah ada seperti Sido Mukti, Sido Pangkat, dan semacamnya. Motif ini mengandung pesan agar derajat pangkat bermanfaat bagi kehidupan.

Ada juga motif yang terinspirasi dari motif ukiran Jepara. Misalnya motif Parang Poro (Parang Jeporo) yang disusun miring dan berupa stilisasi ranting dan dedaunan yang saling berkaitan. Makna motif ini adalah hidup saling membutuhkan.

Batik Jepara 

Sumber: https://batikjeparaku.blogspot.com

Ada pula motif baru yang khas, yakni Sekar Jagat Bumi Kartini. Motif ini terinspirasi dari motif Sekar Jagat yang sudah ada namun terdapat nuansa yang berbeda pada garis pembatasnya yang berupa stilisasi bunga melati. Harapan simboliknya, batik yang ada di Jepara ini aromanya akan menyebar ke seluruh penjuru negeri dan lebih dikenal di masyarakat.

Di Jepara sebenarnya tak ada sentra khusus batik. Ada dua desa yang warganya menggiatkan batik walaupun masih perorangan yaitu di desa Panggang dan di desa Troso. Selain membuat tenun ikat, ternyata di Troso ada beberapa warga yang membuat batik, mungkin tepatnya lebih ke pemasaran batik. Pernah kami berbincang dengan salah satu warga yang menjual Batik Jepara di kawasan tersebut, bahwa batiknya memang memiliki corak khas Jepara namun proses pembuatannya dilakukan di Pekalongan. Sehingga warna dan sedikit coraknya menyerupai batik Pekalongan. Batik di Troso Jepara memiliki perbedaan dengan batik lainnya, yaitu batik dibuat dengan dikolaborasikan dengan kain tenun troso sendiri. Di Troso juga banyak dikembangkan batik tenun cap dan batik tenun sablon yang berbahan kain lurik yang kemudian dibatik dengan teknik cap maupun sablon.

Batik Tenun Troso Jepara 

Sumber: https://www.kaintroso.com

Batik Tenun Sablon 

Sumber: https://batikshuniyya.wordpress.com

Namun hal penting yang patut diperhatikan saat ini adalah membina generasi penerus yang memiliki perhatian terhadap batik. Peran Pemkab Jepara dengan mengupayakan pendaftaran hak cipta untuk karya batik khas Jepara suda dilakukan. Selain itu juga memperluas pengenalan batik, terutama untuk kalangan pelajar di sekolah yang khusus memberikan perhatian pada seni membatik.

Dan sekali lagi kami ucapkan selamat “hari Kartini”. Semoga artikel ini bermanfaat.

Sumber: Fitinline

Bertepatan dengan peringatan “Hari Kartini”, kami ingin mengucapkan selamat hari kartini untuk seluruh perempuan Indonesia dimanapun anda be...

Batik Demak


Kota Demak merupakan wilayah pesisir dan wilayah pertanian dengan menjunjung tinggi nilai Islam. Demak dikenal sebagai Kota Wali. Demak dulu pernah berjaya dengan Kerajaan Islam Pertama di Tanah Jawa yang didirikan oleh Raden Patah. Sebagai wilayah pesisir, Demak dulunya memiliki pelabuhan dagang yang sering disinggahi pedagang dari berbagai daerah di Nusantara maupun dari negara lain. Demak banyak mendapat pengaruh kebudayaan, misalnya saja batik. Batik Demak lahir enam abad silam, namun lama-kelamaan seakan menghilang seiring perpindahan Kasultanan Demak Bintoro ke Pajang.

Dahulu, sekitar tahun 1920-an, terdapat jenis Batik Demak dengan sebutan batik sisik yang menjadi usaha rumahan yang cukup menonjol di Demak. Sentra usaha terbesar di Kecamatan Wedung. Tapi sudah lama kegiatan ini mati, karena tak ada warga yang meneruskannya. Padahal, batik sisik pernah mengangkat nama Demak, setara dengan Kudus dengan jenangnya, Jepara dengan ukirannya, atau Semarang dengan lumpianya. Pada dasarnya, batik sisik khas Demak tidak tercabik dari akarnya yaitu batik pesisiran pantura.

Sekitar tahun 2006, Batik Demak mulai dirintis kembali di wilayah pesisiran dengan motif yang sangat khas, yaitu perpaduan motif pesisiran dan pertanian serta terdapat perpaduan corak Majapahit dengan nilai-nilai Islam. Tujuannya untuk mengenalkan kembali berbagai macam corak atau motif khas Demak kepada para pencinta batik. Motif atau corak yang digambarkan pada Batik Demak terinspirasi dari sejarah Kerajaan Demak dan menonjolkan motif pesisiran. Misalnya, ornamen yang terdapat di Masjid Agung Demak, diantaranya gambar bledeg (petir), burung phoenix, dan bulus selain itu ada juga motif buah, seperti belimbin, jambu, dan semangka tegalan. Dengan perpaduan motif pesisiran dan pertanian, ciri khas batik tulis Demak semakin berbeda dengan batik dari daerah lain. Motif batik ini tidak hanya bicara soal sejarah dan kekayaan alam, tetapi juga memadukan motif klasik dengan motif batik kontemporer.

Batik Demak Motif Semangka Tegalan 

Sumber: https://batik-khasdemak.blogspot.com

Proses pembatikan masih dilakukan dengan teknik batik tulis. Pewarnaan pada Batik Demak sebagian besar masih menggunakan bahan pewarna alami seperti dedaunan, meski ada juga yang menggunakan pewarna sintetis.

Masing-masing motif memiliki makna filosofis. Motif bledeg misalnya, membawa pesan cukup mendalam. Yakni, meredam perangai keras. Saat mengenakan batik bledeg ini, perangai pemakainya diharapkan menjadi lembut dan santun. Ada pula pola Masjid Agung, yang dipadu dengan motif bunga krisan. Motif masjid itu dibuat dalam pola besar. Motif ini menonjolkan bentuk masjid yang dipadu kekayaan alam Demak.

Batik Demak Motif Masjid Agung Demak 

Sumber: https://hariansemarangbanget.blogspot.com

Motif burung Phoenix atau motif burung Hong yang di dalamnya memiliki nilai keindahan sekaligus kegagahan juga menjunjung tinggi sebuah prestasi, kebajikan, dan keabadian. Burung Phoenix cukup dikenal di negeri Tiongkok. Burung ini memiliki keindahan warna dan corak pada bulunya. Keindahan juga tampak dibagian bentuk tubuhnya yang gagah. Motif batik berlambang burung phoenix ini juga dikenal sebagai motif Lok Can. Kalau menginginkan aura kebajikan maka sering-seringlah mengenakan batik bermotif Lok Can.

Batik Demak Motif Burung Phoenix 

Sumber: https://education-shofianahapsari.blogspot.com

Motif belimbing dan jambu merupakan buah yang menjadi ciri khas dari kota Demak bahkan sebagi ikon Demak. Keberadaan buah belimbing yang populer sejak zaman Sunan Kalijaga dengan tembang Ilir-ilirnya. Terdapat juga Batik pesisir Kabupaten Demak mengangkat kombinasi ceplok bunga dan sulur-sulur. Ideal untuk dikenakan sehari-hari karena hanya dengan membalik lembaran kain, dapat diperoleh dua gaya, satu untuk pagi satunya lagi untuk sore. Kain bermotif pagi-sore disiasati untuk memiliki motif latar, motif tepi, warna dan isi yang bernuansa ganda agar dalam satu hari dapat dua kali diapakai dengan tampilan berbeda.

Batik Demak Motif Pagi Sore 

Sumber: https://tonyantique.blogspot.com

Ada pula motif ulam segaran, tigo rangsik, sabet rangsik, semangka tegalan dan cupit kepiting. Istilah Rangsik yaitu dari kata urang (udang), kerang dan sisik. Penyederhanaan nama serta bentuk binatang laut untuk lebih memperlihatkan ciri batik pesisiran. Sedangkan motif semangka tegalan terinspirasi oleh buah semangka yang juga menjadi andalan Demak.

Batik Demak Motif Ulam Segaran 

Sumber: https://batik-khasdemak.blogspot.com

Motif lainnya berupa motif Caos Dhahar. Caos Dhahar adalah nasi tumpeng, namun isinya terdiri dari ingkung, lele, ayam bakar, dan daun pace yang dibuat trancak mirip seperti rawon. Motif tersebut terinspirasi dari makanan khas pada jaman sunan Kalijaga. Ada juga motif daun pace, Loro Gendhing, dan Cening yaitu bunga kemuning yang digabung dengan daun pace (kemuning merupakan tanaman yang memiliki bunga harum dan indah yang hingga kini masih banyak dijumpai di kompleks Makam Sunan Kalijaga).

Pengerajin Batik Demak tersebar di beberapa wilayah Demak, di antaranya Desa Wedung, Desa Karangmlati, Desa Wedung, Dempet, Bonang, Kauman, Kelurahan Mangunjiwan, Kelurahan Bintoro dan Kelurahan Kadilangu.

Upaya untuk mengembangkan Batik Demak oleh Pemkab setempat yaitu dijadikannya seragam khas para pegawai Pemkab dengan menggunakan motif sekar jagad Demak Bintoro, yaitu motif yang memadukan pola jambu, belimbing berpadu garis pantai. Diadakannya pameran, bazar tiap minggu di alun-alun, juga dijadikan ajang promosi. Sejumlah sekolah juga menjadikan baju batik bagian seragam guru dan siswa sehari dalam sepekan.

Mari kita cintai budaya Indonesia dengan mengoleksi batik dari berbagai daerah, salah satunya Batik Demak. Semoga bermanfaat.

Sumber: Fitinline

Kota Demak merupakan wilayah pesisir dan wilayah pertanian dengan menjunjung tinggi nilai Islam. Demak dikenal sebagai Kota Wali. Demak dulu...

Masjid Agung Banten Serang Banten

(https://bujangmasjid.blogspot.com)
Masjid Agung Banten, Jl. Moh. Yusuf, Serang, Banten. Koordinat GPS :  6° 2' 9" S dan 106° 9' 14.40" E

Masjid Agung Banten terletak di Jalan Moh. Yusuf, Desa Kasemen, Kecamatan Kasemen, Kota Serang, Provinsi Banten. Bangunan masjid berbatasan dengan perkampungan di sebelah utara, barat, dan selatan, alun-alun di sebelah timur, dan benteng atau keraton Surosowan di sebelah tenggara.

Masjid Agung Banten didirikan pertama kali pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin dan putranya Sultan Maulana Yusuf pada tahun 1566 M atau bulan Zulhijjah 966 Hijriah. Sultan Maulana Hasanuddin (1552-1570), sultan pertama Kasultanan Banten yang juga putra pertama Sunan Gunung Jati, Sultan Cirebon. Menjadikan Masjid Agung Banten Menjadi salah satu dari 11 masjid tertua di Indonesia (baca: GPS Wisata Spiritual).


Masjid Agung Banten dirancang oleh 3 arsitek dari latar belakang yang berbeda. Yang Pertama adalah Raden Sepat, Arsitek Majapahit yang telah berjasa merancang Masjid Agung Demak dan Masjid Agung Ciptarasa Cirebon. Arsitek kedua adalah arsitek China bernama Cek Ban Su ambil bagian dalam merancang masjid ini dan memberikan pengaruh kuat pada bentuk atap masjid bersusun 5 mirip layaknya pagoda China. Karena jasanya dalam membangun masjid itu Cek Ban Su memperoleh gelar Pangeran Adiguna. Arsitek ketiga adalah Hendrik Lucaz Cardeel, arsitek Belanda yang kabur dari Batavia menuju Banten di masa pemerintahan Sultan Haji tahun 1620, dalam status mualaf dia merancang menara masjid serta bangunan tiyamah di komplek masjid agung Banten. Karena jasanya tersebut, Cardeel kemudian mendapat gelar Pangeran Wiraguna.

Masjid Agung Banten merupakan suatu kompleks dengan luas tanah 1,3 ha dan dikelilingi pagar tembok setinggi satu meter. Pada sisi tembok timur dan barat masing-masing terdapat dua buah gapura di bagian utara dan selatan yang letaknya sejajar. Bangunan masjid menghadap ke timur berdiri di atas pondasi masif dengan ketinggian satu meter dari halaman.

Deskripsi Bangunan


Menara

Menara Masjid Agung Banten (https://2dheart.wordpress.com)

Menara berkonstruksi batu bata setinggi kurang lebih 24 meter ini dulunya berfungsi sebagai menara pandang atau pengamat ke lepas pantai dan juga digunakan untuk menyimpan senjata dan amunisi pasukan Banten. Menara ini dapat dimasuki sampai ke atas melalui 82 anak tangga. Di dalam menara terdapat empat pintu dan bentuknya sama dengan pintu masuk menara.

Atap

Atap tumpukan tiga (https://2dheart.wordpress.com)

Masjid Agung Banten sejak awalnya beratap tumpuk lima, namun pada abad ke-17 pernah diubah menjadi tiga. Hal demikian dimungkinkan karena dua atap teratas sebenarnya hanya atap tambahan yang ditopang tiang pusat yang bila dihilangkan tidak mengganggu konstruksi di bawahnya. Dua tumpukan atap paling atas itu tampak lebih berfungsi sebagai mahkota dibanding sebagai atap penutup ruang bagian dalam bangunan.

Pintu masuk Masjid

Pintu masuk Masjid (https://bujangmasjid.blogspot.com)

Masjid memiliki pintu masuk berjumlah enam buah menggambarkan rukun iman. Pintu masuk sengaja dibuat pendek untuk memaksa pengunjung merunduk sebagai simbol ketundukan kepada sang pencipta.

Ruang utama (https://forum.detik.com)

Bangunan ruang utama berdenah empat persegi panjang dengan ukuran 25 × 19 m. Lantai dari ubin berukuran 30 × 30 cm berwarna hijau muda (sekarang ditutupi karpet merah) dan dibatasi dinding pada keempat sisinya.

Dinding timur memisahkan ruang utama dengan serambi timur. Pada dinding ini terdapat empat pintu dengan lubang angin yang merupakan pintu masuk utama. Pintu terletak di tengah bidang segi empat dari dinding yang menonjol berukuran 174 × 98 cm dengan dua daun pintu dan kayu. Pintu bagian atas berbentuk lengkung setengah lingakaran. Lubang angin pada dinding timur ada dua buah yang mengapit pintu paling selatan berbentuk persegi panjang dan didalamnya terdapat segi tiga berjajar terdiri atas dua baris dan diantarannya terdapat hiasan motif kertas tempel.

Dinding barat tingginya 3,3 m memiliki tiga buah jendela berbentuk segi empat berukuran 180 × 152 cm dengan dua daun jendela berkaca buram. Lubang angin terdiri dari kumpulan segi tiga seperti dinding timur.

Dinding barat tersebut berhiaskan pelipit rata, penyangga, setengah lingkaran,dan pelipit cekung. Dinding sisi utara membatasi ruang utama dengan serambi utara dengan sebuah pmtu masuk berbentuk empat persegi panjang berukuran 240 × 125 cm, berdaun pintu dua dan kayu. Jendela pada dinding utara dua buah dengan dua daun jendela berbentuk segi empat berukuran 180 × 152 cm. Sedangkan dinding selatan.hanya mempunyai satu pintu yang menghubungkan ruang utama dengan pawestren, terletak di dekat sudut barat dinding.

Tiang

Tiang-tiang penyangga Atap (https://danlangkah.blogspot.com)

Tiang yang terdapat pada ruang utama berjumlah 24 buah terdiri dan empat buah tiang utama dan 20 buah tiang penyangga. Tinggi tiang lama 11 meter terbuat dari kayu jati dengan delapan tanpa hiasan. Tiang-tiang yang lain tingginya berbeda. Tiang yang mempunyai ketinggian 7,30 m ada delapan buah, sedangkan sisanya 12 buah berukuran tinggi 4,40 m Tiang berdiri di atas umpak dari batu andesit berbentuk buah labu. Umpak tiang mama tingginya 50 cm dengan pelipit rata pada bagian atas dan bawahnya. Umpak-umpak yang ruang utama tersebut bervariasi dengan bagian bawah dihiasi oleh pucuk daun yang mengarah ke bawah dan ada pula hiasan daun tumpang tindih.

Konstruksi atap ditambahkan besi baja melintang (https://2dheart.wordpress.com)

Mimbar dan Mihrab

Mimbar dan Mihrab (https://2dheart.wordpress.com)

Mimbar Masjid Agung Banten letaknya satu meter dari dinding barat, dan pada pondasi padat setinggi 90 cm. Bentuk pondasi empat persegi panjang berukuran 385 × 194 cm. Bagian bawah terdapat dua buah lubang arah utara selatan. Tangga terdapat di muka dan terdin anak tangga. Diujung bawah tangga terdapat batu hitam bentuknya seperti pot bunga. Pada bagian atas muka mimbar terdapat penampil berbentuk lengkung di sisi timur dan di dalamnya ada tulisan Arab.

Mimbar berdenah empat persegi panjang berukuran 93 × 170 cm dengan dinding di sisi utara, barat, dan selatan. Di depan dinding utara dan selatan terdapat pipi dinding tubuh yang berhiaskan bingkai. Dalam mimbar terdapat tempat duduk dengan injakan kaki setinggi 16 cm.

Pada sisi luar dinding tubuh mihrab terdapat hiasan dalam bidang segi empat sebanyak tiga buah di sisi utara selatan. Dinding bagian bawah berisi teratai mekar, tengah motif bingkai cermin, dan bagian atas berisi motif oval yang di dalamnya ada lubang berbentuk daun semanggi. Pada setiap sudut panil terdapat hiasan daun yang diapit oleh semacam lukisan binatang. Di atas panil terdapat susunan pelipit dan di atas pelipit tersebut terdapat bidang persegi panjang di sisi utara, timur, dan barat, serta berhiaskan pilin ganda dengan posisi saling berhadapan, bunga, dan daun-daunan.

Pawestren

Untuk masuk ke dalam pawestren melalui pintu di dinding utara yang menghubungkan dengan tiang utama. Pada dinding selatan terdapat juga pintu yang menghubungkan pawestren dengan serambi pemakaman selatan. Lubang angin di dinding ini berbentuk segi tiga dan hanya sebagian yang terbuka karena tertutup atap makam selatan. Dinding barat pawestren hanya terdapat lubang angin dengan bentuk kumpulan segi tiga dengan bunga di antaranya.

Serambi

Serambi depan (https://2dheart.wordpress.com)

Pada umumnya masjid di Indonesia mempunyai serambi. Serambi yang terdapat di Masjid Agung Banten terdapat di keempat sisi dan merupakan serambi terbuka, kecuali serambi selatan yang dijadikan kompleks pemakaman.

Bedug

Bedug (https://2dheart.wordpress.com)

Bedug masjid berbentuk silinder, terbuat dari kayu jati, sedangkan bidang pukulnya terbuat dari kulit kerbau. Panjang bedug 156 cm terletak di atas penyangga dari kayu berkaki empat. Tinggi penyangga 228 cm berbentuk segi delapan dan berdiri di atas umpak berbentuk buah labu. Untuk memukul bedug, karena letaknya tinggi sehingga dibuatkan tangga dengan empat anak tangga. Pada anak tangga teratas di bagian bawahnya terdapat lapik dari batu andesit. Permukaan anak tangga dibuat kasar agar tidak licin bila diinjak.

Bangunan lain


Kolam

Kolam (https://bantenculturetourism.com)

Kolam berada di depan serambi timur berbentuk persegi panjang terbagi atas empat kotak yang dipisahkan oleh pematang tembok dan dihubungkan dengan lubang pada masing-masing pematang. Kolam berukuran 28,10 × 3,10 m dan dalamnya antara 75-100 cm. Di sekeliling kolam terdapat tembok setinggi 1,20 m dan tebalnya 32,5 cm. Untuk mencapai kolam dipergunakan tangga turun sebanyak tip anak tangga dari arah halaman dan lima anak tangga dan serambi timur.

Istiwa

Istiwa penunjuk waktu (https://goseasia.about.com)

Pada halaman timur dekat gapura den bagian utara terdapat penunjuk waktu yang menggunakan sinar matahari (istiwa). Bentuk istiwa segi delapan dengen melebar pada bagian atasnya, terbuat dari semen berwama kuning muda. Garis tengah istiwa bagian atas 249 cm dan tingginya 76 cm dari permukaan tanah. Bagian atas terdapat lubang sedalam 12 cm berbentuk lingkaran.

Tiamah (Pavilliun)

Tiamah disebelah kiri (https://panoramio.com)

Bangunan lain di kompleks Masjid Agung Banten adalah tiamah, yaitu bangunan tambahan yang dahulu digunakan sebagai tempat bermusyawarah dan berdiskusi soal-soal keagamaan. Denah bangunan empat persegi panjang berukuran 19,5 × 6,5 × 11,5 m dan terdiri dari dua tingkat. Masing­masing masing tingkat mempunyai tiga ruangan berderet dari barat-timur. Ukuran ruangan barat dan timur masing-masing 5,62 × 5,30 m, sedangkan ruang tengah 7,25 × 5,60 m. Atap tiamah berbentuk limasan dan ditunjang oleh dinding-dindingnya.

a. Tingkat I Pintu masuk utama berada di dinding selatan (muka) berbentuk empat persegi dengan ukuran 192 × 149 cm, memiliki dua daun pintu. Pintu tersebut menuju ke ruang utama dengan lantai tegel merah hati berukuran 40 × 40 cm. Pada ruang tengah terdapat jendela berukuran 125 × 125 cm dengan dua daun jendela dan mengapit pintu masuk, dan mempunyai jeruji besi. Dinding utara (belakang) terdapat pintu tanpa daun pintu yang menghubungkan tiamah dengan pemakaman selatan dan dilengkapi dua anak tangga, karena pemakaman lebih tinggi dari tiamah. Pintu yang terdapat pada ruang barat dan timur masing-masing terdiri dari dua daun pintu dan ukurannya sama dengan pintu utama. Jendela pada tiap-tiap ruangan terdapat dua buah. Selain itu terdapat pula tangga kayu dua buah menuju tingkat dua.

b. Tingkat II Lantai tingkat dua terbuat dari papan. Pintu pada tingkat dua ada empat buah, dua buah di ruang barat dan dua lagi di ruang timur, serta saling berhadapan berukuran 374 × 167 cm. Pada tingkat ini jendelanya ada sebelas buah terdiri dari empat di ruang barat, tiga buah di ruang tengah dan empat lagi di ruang timur. Bahan jendela dari kaca bening dan diberi teralis.

Sejarah Pemugaran

Masjid Agung Banten dibangun pada masa pemerintahan Sultan Maulana Hasanuddin, sultan pertama Kerajaan Islam Banten yang memerintah tahun 1552-1570. Keadaan masjid sampai saat ini mash terawat dan dikelola oleh yayasan yang dipimpin oleh H. Tubagus Wasi Abbas. Masjid tersebut selain berfungsi sebagai tempat shalat juga sebagai tempat pengajian, tempat acara santap bersama seusai shalat hari raya Idul Fitri serta kegiatan sosial lainya. Masjid Agung Banten telah mengalami delapan kali pemugaran yang berlangsung dari tahun 1923 sampai 1987. Pada tahun 1923, dilaksanakan pemugaran oleh Dinas Purbakala, dan tahun 1930 dilakukan penggantian tiang-tiang kayu yang rapuh. Tahun 1945, Residen Banten, Tubagus Chotib, bersama masyarakat melaksanakan perbaikan atap cungkup penghubung di kompleks pemakaman utara, kemudian tahun 1966/1967. Dinas Purbakala memugar menara masjid, dan juga tahun 1969 Korem 064 Maulana Yusuf memperbaiki bagian yang rusak antara lain pemasangan etenit langit-langit. Tahun 1970 dilaksanakan pemugaran serambi timur dengan dana dari Yayasan Qur’an. Pertamina rumah memugar kompleks masjid dengan kegiatan mengganti lantai ruang utama, pembuatan atap serambi pemakaman selatan, pembuatan bak wudlu dan kran air di serambi utara, dan pembuatan pagar tembok keliling kompleks dengan lima gapura. Tahun 1987, dilaksanakan penggantian lantai serambi pemakaman utara dan cungkup makam Sultan Hasanuddin dengan mamer.

Sumber bacaan:

(https://bujangmasjid.blogspot.com) Masjid Agung Banten, Jl. Moh. Yusuf, Serang, Banten.  Koordinat GPS :  6° 2' 9" S dan 106° 9...

GPS Wisata Spiritual

Oleh Tri Agus Yogawasista

Arab Saudi


 
Masjidil Haram, Mekah Al Mukaromah, Arab Saudi

Jl. King Abdul Aziz, Mekah Al Mukaromah, Arab Saudi
Koordinat GPS :  21° 25' 18.61" N dan 39° 49' 29.82" E (*)

 
Masjid Nabawi, Medinah Al Munawaroh, Arab Saudi

Jl. King Abdul Aziz, Madinah Al Munawaroh, Arab Saudi
Koordinat GPS :  24° 28' 17" N dan 39° 36' 49" E (*)

Indonesia


Sahabat GPS Wisata Indonesia, peninggalan peradaban nenek moyang kita telah dibahas di Wisata Arkeologi, dimana dimulai dari agama kuno (animisme) hingga agama Hindu dan Budha.

Redaksi mencoba menyusun kembali dari berbagai sumber, dengan masuk Agama Islam, dengan peninggalannya berupa Masjid di Nusantara yang kita cintai ini, dari periode tahun 1200 M - 1600 M. Dimungkinkan dikembangkan peninggalan Masjid Kuno di setiap provinsi di Nusantara ini. Do'a in ya sahabat bisa terlaksana (baca: Wisata Spiritual).

 Masjid Saka Tunggal, Banyumas, Jawa Tengah (https://id.wikipedia.org)

Desa Cikakak, Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah
Koordinat GPS :  7° 28' 26.05" S dan 109° 3' 20.32" E


Masjid Asal Penampaan (Didirikan tahun 1412 M) (+)
Desa Penampaan, Kecamatan Blangkejeren, Kabupaten Gayo Lues, Provinsi Nanggro Aceh Darussalam.

Masjid Wapauwe, Maluku Tengah

Masjid Wapauwe (Didirikan tahun 1414 M)
Desa Kaitetu, Kecamatan Leihitu, Kabupaten Maluku Tengah
Koordinat GPS :  3° 35' 31.49" S dan 128° 8' 30.42" E (**)

Masjid Sunan Ampel, Surabaya, Jawa Timur

Masjid Sunan Ampel (Didirikan tahun 1421 M)
Jl. KH. Mas Mansyur, Ampel, Surabaya
Koordinat GPS :  7° 13' 45.13" S dan 112° 44' 34.54" E (**)

Masjid Agung Demak, Demak, Jawa Tengah

Masjid Agung Demak (Didirikan tahun 1477 M)
Jl. Sultan Patah, Kadilangu, Demak
Koordinat GPS :  6° 53' 44" S dan 110° 38' 16" E (***)

Masjid Tiban Wonokerso, Wonogiri, Jawa Tengah

Masjid Tiban Wonokerso (Didirikan tahun 1479 M)
Dusun Tekil Kulon, Desa Sendangrejo, Kec. Baturetno, Kab. Wonogiri, Jawa Tengah

Masjid Merah, Panjunan, Cirebon, Jawa Barat

Masjid Merah (Didirikan tahun 1480 M) 
Jl. Kasunanan, Panjunan, Cirebon Utara
Koordinat GPS :  6° 43' 02.51" S dan 108° 33' 58.38" E

Masjid Agung Sang Cipta Rasa, Cirebon, Jawa Barat

Masjid Agung Sang Cipta Rasa (Didirikan tahun 1498 M) 
Jl. Keraton Kasepuhan No. 43, Kecamatan Lemah Wungkuk, Cirebon Utara
Koordinat GPS :  6° 43' 34.42" S dan 108° 34' 26.54" E (**)

Masjid Sultan Suriansyah, Banjarmasin, Kalimantan Selatan (https://id.wikipedia.org)

Masjid Sultan Suriansyah (Didirikan tahun 1526 M)
Utara Kecamatan Kesehatan, Banjarmasin Utara, Kalimantan Selatan
Koordinat GPS :  3° 16' 54.52" S dan 114° 34' 37.60" E (**)

Masjid Sunan Kudus atau Masjid Menara Kudus, Kudus, Jawa Tengah

Masjid Menara Kudus (Didirikan tahun 1530 M) 
Jl. Kerjasan, Kudus
Koordinat GPS :  6° 48' 16" S dan 110° 49' 58" E (***)

 
Masjid Agung Banten, Serang, Banten

Jl. Moh Yusuf, Serang, Banten
Koordinat GPS :  6° 2' 9" S dan 106° 9' 14.40" E (**)

 Masjid Mantingan, Tahunan, Jepara, Jawa Tengah (https://id.wikipedia.org)

Jalan Mantingan Ngabul, Jepara
Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan, Jepara, Jawa Tengah
Koordinat GPS :  6° 37' 9.97" S dan 110° 40' 7.24" E

 
Masjid Al Alam atau Al Aulia Marunda, Jakarta Utara

Jl. Kampung Marunda Besar, Kel. Marunda, Jakarta 14150
Koordinat GPS :  6° 5' 45.09" S dan 106° 57' 35.51" E (**)

Sumber Peta :
(*) Peta Navteq
(**) Peta Google
(***) POI GPS Mio

(+) Tambahan

Oleh Tri Agus Yogawasista Arab Saudi   Masjidil Haram, Mekah Al Mukaromah, Arab Saudi Masjidil Haram, Mekah Al Mukaromah   Jl. King Abdul Az...