Keterampilan membatik tulis bakaran di Desa Bakaran Wetan itu punya sejarah yang melegenda. Keterampilan itu tak lepas dari buah didikan Nyi Banoewati atau Nyai Ageng Siti Sabirah, penjaga museum pusaka dan pembuat seragam prajurit pada akhir Kerajaan Majapahit abad ke-14.
Keterampilan membatik tulis bakaran di Desa Bakaran Wetan itu punya sejarah yang melegenda. Keterampilan itu tak lepas dari buah didikan Nyi Banoewati atau Nyai Ageng Siti Sabirah, penjaga museum pusaka dan pembuat seragam prajurit pada akhir Kerajaan Majapahit abad ke-14.
Pati ibukota dari Kabupaten Pati, Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Kabupaten Rembang di timur, Kabu...
Setelah artikel sebelumnya membahas tentang Batik Jepara, kali ini kami masih sajikan artikel tentang batik di Jawa tengah, yaitu Batik Kudus. Kota Kudus terkenal dengan sebutan Kota Kretek, karena terdapat pabrik rokok terbesar di Indonesia yaitu Djarum. Kota Kudus juga terkenal dengan wisata religinya yaitu Sunan Kudus yang identik dengan menara Kudus dan juga Sunan Muria. Bagi anda pecinta kuliner, anda pasti kenal dengan soto Kudus dan jenang Kudus yang sangat khas. Sebagian orang mungkin belum banyak yang tau jika kota ini juga menghasilkan batik yang unik dan menarik. Batik tersebut dinamai Batik Kudus atau Batik Kudusan.
Pada era tahun 1935 Batik Kudus sudah mulai ada dan berkembang pesat pada era 1970an. Corak dan motif Batik Kudus sangat beragam karena pada masa itu pengrajin Batik Kudus ada yang dari etnis keturunan Cina dan pengrajin penduduk asli atau pribumi. Batik Kudus coraknya lebih condong ke batik pesisiran ada kemiripan dengan Batik Pekalongan maupun Lasem karena secara geografis Kudus berdekatan. Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin Cina dikenal dengan batik nyonya atau batik saudagaran, yang mempunyai ciri khas kehalusan dan kerumitannya dengan isen-isennya. Dan kebanyakan dipakai oleh kalangan menengah ke atas, motif yang dibuat coraknya lebih ke arah perpaduan antara batik pesisir dan batik mataraman (warna sogan).
Pembatik yang terkenal era itu di Kudus adalah GS Liem, TS Ing dan Pho An Nyo. Batik Kudus tersalip oleh daerah lain, seperti Pekalongan, Tegal, Solo, dan Yogyakarta, karena persaingan lokal yang sangat ketat antara pengusaha batik pribumi dengan pengusaha batik keturunan Tionghoa. Pada era 1980-an Batik Kudus mengalami kemunduran karena sudah tidak ada pengrajin yang berproduksi lagi karena adanya perkembangan batik printing maka pengrajin batik Kudus banyak yang gulung tikar dan akhirnya masyarakat Kudus lebih senang bekerja sebagai buruh pabrik rokok karena banyaknya industri rokok di Kudus. Wajar jika rentang waktu sekitar 20 tahun Batik Kudus seperti tak ada. Bahkan banyak orang tak yakin Kudus punya tradisi batik. Hanya generasi tua dan pecinta batik yang mengetehui sejarah Batik Kudus.
Batik Kudus yang dibuat oleh pengrajin asli Kudus atau pribumi dipengaruhi oleh budaya sekitar dan coraknya juga dipengaruhi batik pesisiran. Motif yang dibuat mempunyai arti ataupun kegunaan misalnya untuk acara akad nikah ada corak Kudusan seperti busana kelir, burung merak dan adapula motif yang bernafaskan budaya Islam atau motif Islamik kaligrafi. Motif yang bernafaskan kaligrafi karena dipengaruhi sejarah walisongo yang berada di Kudus yaitu Sunan Kudus (Syeh Dja’far Shodiq) dan Sunan Muria (Raden Umar Said), corak yang bernafaskan Islam karena pengrajin batik banyak berkembang disekitar wilayah Sunan Kudus atau dikenal dengan Kudus Kulon.
Batik Kudus dikenal sebagai batik peranakan yang halus dengan isen-isen (isian dalam raga, pola utama) yang rumit. Batik ini didesain dengan warna-warna sogan (kecoklatan) yang diberi corak parang, tombak, atau kawung. Batik tersebut juga dihias dengan rangkaian bunga, kupu-kupu, serta ragam motif lainnya yang sesuai dengan ciri khas Kabupaten Kudus.
Salah satu motif yang juga sangat dikenal di Kudus adalah motif kapal kandas menurut sejarah yang dituturkan juru kunci Gunung Muria ada kaitan dengan sejarah kapal dampo awang milik Sampokong yang kandas di Gunung Muria, menurut sejarahnya pada masa itu terjadi perdebatan antara Sunan Muria (Raden Umar Said) dengan Sampokong. Menurut Sampokong gunung yang dilewati adalah merupakan lautan tetapi Sunan Muria keyakinan itu adalah gunung sampai akhirnya kapal Dampo Awang kandas di Gunung Muria. Kapal tersebut membawa rempah-rempah dan tanaman obat-obatan yang sampai sekarang tumbuh subur di Gunung Muria salah satunya adalah buah parijoto yang diyakini oleh masyarakat sekitar untuk acara 7 bulanan supaya anaknya bagus rupawan.
Batik Kudus Motif Kapal Kandas
Batik Kudus Motif Parijoto
Batik Kudus Motif Buket Parijoto
Diantara tumbuhan yang ada di Gunung Muria adalah pohon Pakis Haji yang pada zaman Sunan Muria dipakai sebagai salah satu tongkat Sunan Muria dan sampai sekarang kayu pakis haji diyakini oleh masyarakat sekitar bisa mengusir hama salah satunya tikus, karena motif tersebut mempunyai alur seperti ular dan ukiran seperti kaligrafi.
Batik Kudus Motif Pakis Haji
Motif legenda bulusan menceritakan tentang legenda bulusan yang diperingati setiap Kupatan atau satu minggu setelah Lebaran. Cerita ini berasal dari Desa Sumber dan Desa Bulusan Kecamatan Jekulo dengan lima adegan pada motifnya. Konon menurut cerita dahulu ada seorang yang dikutuk menjadi seekor bulus (kura–kura). Untuk meramaikan tradisi ini biasanya diadakan pasar malam. Batik Kudus.
Motif Legenda Bulusan
Motif Tembakau Cengkeh, terinspirasi dari kota Kudus yang merupakan kota yang terkenal dengan rokok kreteknya. Sehingga, motif tersebut menjadi salah satu ciri khas dari batik Kudus itu sendiri.
Batik Kudus Motif Tembakau Cengkeh
Batik dengan corak kawung ini mempunyai makna yang melambangkan harapan agar manusia selalu ingat akan asal usulnya. Berpola bulatan yang serupa dengan buah Kawung (sejenis buah kelapa, yang terkadang juga dianggap sebagai buah kolang-kaling) yang ditata rapi secara geometris. Batik Kudus yang satu ini juga dihias dengan bunga-bunga cantik.
Batik Kudus Motif Kawung
Motif Gebyok adalah semacam partisi khas Jawa yang digunakan untuk sekat antar ruang dalam rumah. Fungsinya bukan hanya sebagai partisi, tapi juga sebagai pintu dan juga pengganti dinding. Kudus juga terkenal dengan gebyok. Jadi tak heran bila salah satu batiknya diberi motif gebyok.
Batik Kudus Motif Gebyok
Sentra batik di Kudus terdapat di desa Karangmalang, Kecamatan Gebog. Sebelumnya, usaha bordir sudah tumbuh berkembang di desa ini sehingga dikenal sebagai sentranya usaha bordir dan konveksi.
Dorongan Pemkab, Batik Kudus hidup kembali, salah satunya, setelah Dinas Perindustrian, Koperasi, dan UMKM Kabupaten Kudus membuat pelatihan membatik pada tahun 2007. Pada tahun 2010 dilakukan pelatihan lanjutan. Dinas juga memberikan bantuan sejumlah peralatan untuk membuat batik dari teknik cap sebanyak 10 buah. Dinas juga memfasilitasi berbagai pameran batik tingkat nasional dan kontak dagang di berbagai daerah. Di lain pihak, pengrajin batik merasa dorongan Pemkab belum penuh. Celah surat keputusan pemakaian seragam bagi PNS di dua hari dalam seminggu, dilihat potensial. Pa¬salnya, selain diwajibkan menggunakan seragam berupa bordir Kudus, juga diharuskan memakai batik. Sayangnya, tak disebutkan jelas baju batik merujuk Batik Kudus.
Generasi muda pun lebih memilih kerja sebagai buruh rokok, penjahit, dan membordir, karena sifatnya yang mudah. Kendala lain adalah naiknya sejumlah bahan dasar batik, berupa kain, malam, dan zat pewarna.
Batik Kudus memiliki ciri khas yang sangat berbeda dengan daerah lain, walaupun motifnya bisa sama misalnya merak, tapi latarnya akan tetap berbeda, yang paling mudah untuk membedakannya adalah beras kecernya yang halus terlihat seperti berah asli. Bentuknya unik tak sekedar ditutul memanjang. Motif merak pelataran beras wutah merupakan motif dengan isen-isen beras wutah (kecer) yang merupakan lambang kesuburan dan kemakmuran. Latar yang lain berupa latar kembang randu yang sangat cantik dan unik, karena tak dijumpai di daerah lain. Warnanya khas seperti warna hijau, ungu, biru, merah dan sogan.
Batik Kudus Motif Merak Pelataran Beras Wutah
Semoga bermanfaat.
Sumber: Fitinline
Setelah artikel sebelumnya membahas tentang Batik Jepara , kali ini kami masih sajikan artikel tentang batik di Jawa tengah, yaitu Batik Kud...
Bertepatan dengan peringatan “Hari Kartini”, kami ingin mengucapkan selamat hari kartini untuk seluruh perempuan Indonesia dimanapun anda berada saat ini. Banyak cara untuk memperingati serta memaknai hari kartini ini. Diperingatinya hari kartini adalah sebuah penghormatan atas perjuangan kaum perempuan, simbol persamaan gender, emansipasi wanita. Dan cara kami memperingati hari kartini ini adalah dengan menyajikan artikel tentang “Batik Jepara”.
Jepara sebagai kota kelahiran RA. Kartini ini terletak di ujung utara pulau Jawa, tepatnya di Propinsi Jawa Tengah. Jepara lebih dikenal dengan sebutan Kota Ukir. Tak banyak yang mengetahui jika Jepara juga memiliki kerajinan berupa kain batik. Memang batik Jepara tidak berkembang pesat seperti batik dari daerah lain. Mungkin sebagian orang lebih mengetahui potensi tekstil yang lain, yaitu berupa kain tenun ikat troso.
Seni batik di Jepara telah ada sejak jaman Kartini, sehingga banyak yang menyebutnya Batik Kartini. Namun sayang sudah satu abad lebih batik Jepara hilang dari peredaran. Budaya batik di Jepara tidak lepas dari peran Kartini. Selain bisa membatik, Kartini juga mengajarkan ketrampilan membatik di Pendopo kediamannya. Tak hanya itu, beliau juga menulis tentang batik dalam Bahasa Belanda sehingga batik dikenal disana.
RA. Kartini dan Suami
Motif Batik Jepara yang berkembang awalnya berupa motif bunga kantil, Parang Gondosuli, dan motif Srikaton. Motif-motif tersebut bergaya Mataraman, namun berbeda dengan yang ada di Solo dan Yogyakarta yang lebih masyhur dengan istilah Srigunung. Selain itu motif lainnya berupa lung hitam sogan, flora fauna semacam gajah coklat, srikandi, kembang alas, daun ulir putih, bunga hijau dan ungu, kembang setaman, elung bimo kurdo, sido arum, dan lain sebagainya.
Batik Jepara
Batik Jepara Motif Kembang Alas
Batik Jepara Motif Srikandi
Motif Kembang Setaman berupa motif ulir yang dihiasi bunga aneka warna dan kupu-kupu, yang menggambarkan harmoni keindahan taman bunga. Motif Elung Bimo Kurdo berupa bentuk lung yang besar-besar, yang diilhami dari tokoh pewayangan Bima, serta menunjukkan karakter agung, kokoh dan wibawa Bima. Sedangkan motif Sido Arum merupakan motif yang diilhami dari motif-motif klasik yang sudah ada seperti Sido Mukti, Sido Pangkat, dan semacamnya. Motif ini mengandung pesan agar derajat pangkat bermanfaat bagi kehidupan.
Ada juga motif yang terinspirasi dari motif ukiran Jepara. Misalnya motif Parang Poro (Parang Jeporo) yang disusun miring dan berupa stilisasi ranting dan dedaunan yang saling berkaitan. Makna motif ini adalah hidup saling membutuhkan.
Batik Jepara
Ada pula motif baru yang khas, yakni Sekar Jagat Bumi Kartini. Motif ini terinspirasi dari motif Sekar Jagat yang sudah ada namun terdapat nuansa yang berbeda pada garis pembatasnya yang berupa stilisasi bunga melati. Harapan simboliknya, batik yang ada di Jepara ini aromanya akan menyebar ke seluruh penjuru negeri dan lebih dikenal di masyarakat.
Di Jepara sebenarnya tak ada sentra khusus batik. Ada dua desa yang warganya menggiatkan batik walaupun masih perorangan yaitu di desa Panggang dan di desa Troso. Selain membuat tenun ikat, ternyata di Troso ada beberapa warga yang membuat batik, mungkin tepatnya lebih ke pemasaran batik. Pernah kami berbincang dengan salah satu warga yang menjual Batik Jepara di kawasan tersebut, bahwa batiknya memang memiliki corak khas Jepara namun proses pembuatannya dilakukan di Pekalongan. Sehingga warna dan sedikit coraknya menyerupai batik Pekalongan. Batik di Troso Jepara memiliki perbedaan dengan batik lainnya, yaitu batik dibuat dengan dikolaborasikan dengan kain tenun troso sendiri. Di Troso juga banyak dikembangkan batik tenun cap dan batik tenun sablon yang berbahan kain lurik yang kemudian dibatik dengan teknik cap maupun sablon.
Batik Tenun Troso Jepara
Batik Tenun Sablon
Namun hal penting yang patut diperhatikan saat ini adalah membina generasi penerus yang memiliki perhatian terhadap batik. Peran Pemkab Jepara dengan mengupayakan pendaftaran hak cipta untuk karya batik khas Jepara suda dilakukan. Selain itu juga memperluas pengenalan batik, terutama untuk kalangan pelajar di sekolah yang khusus memberikan perhatian pada seni membatik.
Dan sekali lagi kami ucapkan selamat “hari Kartini”. Semoga artikel ini bermanfaat.
Sumber: Fitinline
Bertepatan dengan peringatan “Hari Kartini”, kami ingin mengucapkan selamat hari kartini untuk seluruh perempuan Indonesia dimanapun anda be...
Kota Demak merupakan wilayah pesisir dan wilayah pertanian dengan menjunjung tinggi nilai Islam. Demak dikenal sebagai Kota Wali. Demak dulu pernah berjaya dengan Kerajaan Islam Pertama di Tanah Jawa yang didirikan oleh Raden Patah. Sebagai wilayah pesisir, Demak dulunya memiliki pelabuhan dagang yang sering disinggahi pedagang dari berbagai daerah di Nusantara maupun dari negara lain. Demak banyak mendapat pengaruh kebudayaan, misalnya saja batik. Batik Demak lahir enam abad silam, namun lama-kelamaan seakan menghilang seiring perpindahan Kasultanan Demak Bintoro ke Pajang.
Dahulu, sekitar tahun 1920-an, terdapat jenis Batik Demak dengan sebutan batik sisik yang menjadi usaha rumahan yang cukup menonjol di Demak. Sentra usaha terbesar di Kecamatan Wedung. Tapi sudah lama kegiatan ini mati, karena tak ada warga yang meneruskannya. Padahal, batik sisik pernah mengangkat nama Demak, setara dengan Kudus dengan jenangnya, Jepara dengan ukirannya, atau Semarang dengan lumpianya. Pada dasarnya, batik sisik khas Demak tidak tercabik dari akarnya yaitu batik pesisiran pantura.
Sekitar tahun 2006, Batik Demak mulai dirintis kembali di wilayah pesisiran dengan motif yang sangat khas, yaitu perpaduan motif pesisiran dan pertanian serta terdapat perpaduan corak Majapahit dengan nilai-nilai Islam. Tujuannya untuk mengenalkan kembali berbagai macam corak atau motif khas Demak kepada para pencinta batik. Motif atau corak yang digambarkan pada Batik Demak terinspirasi dari sejarah Kerajaan Demak dan menonjolkan motif pesisiran. Misalnya, ornamen yang terdapat di Masjid Agung Demak, diantaranya gambar bledeg (petir), burung phoenix, dan bulus selain itu ada juga motif buah, seperti belimbin, jambu, dan semangka tegalan. Dengan perpaduan motif pesisiran dan pertanian, ciri khas batik tulis Demak semakin berbeda dengan batik dari daerah lain. Motif batik ini tidak hanya bicara soal sejarah dan kekayaan alam, tetapi juga memadukan motif klasik dengan motif batik kontemporer.
Batik Demak Motif Semangka Tegalan
Proses pembatikan masih dilakukan dengan teknik batik tulis. Pewarnaan pada Batik Demak sebagian besar masih menggunakan bahan pewarna alami seperti dedaunan, meski ada juga yang menggunakan pewarna sintetis.
Masing-masing motif memiliki makna filosofis. Motif bledeg misalnya, membawa pesan cukup mendalam. Yakni, meredam perangai keras. Saat mengenakan batik bledeg ini, perangai pemakainya diharapkan menjadi lembut dan santun. Ada pula pola Masjid Agung, yang dipadu dengan motif bunga krisan. Motif masjid itu dibuat dalam pola besar. Motif ini menonjolkan bentuk masjid yang dipadu kekayaan alam Demak.
Batik Demak Motif Masjid Agung Demak
Motif burung Phoenix atau motif burung Hong yang di dalamnya memiliki nilai keindahan sekaligus kegagahan juga menjunjung tinggi sebuah prestasi, kebajikan, dan keabadian. Burung Phoenix cukup dikenal di negeri Tiongkok. Burung ini memiliki keindahan warna dan corak pada bulunya. Keindahan juga tampak dibagian bentuk tubuhnya yang gagah. Motif batik berlambang burung phoenix ini juga dikenal sebagai motif Lok Can. Kalau menginginkan aura kebajikan maka sering-seringlah mengenakan batik bermotif Lok Can.
Batik Demak Motif Burung Phoenix
Motif belimbing dan jambu merupakan buah yang menjadi ciri khas dari kota Demak bahkan sebagi ikon Demak. Keberadaan buah belimbing yang populer sejak zaman Sunan Kalijaga dengan tembang Ilir-ilirnya. Terdapat juga Batik pesisir Kabupaten Demak mengangkat kombinasi ceplok bunga dan sulur-sulur. Ideal untuk dikenakan sehari-hari karena hanya dengan membalik lembaran kain, dapat diperoleh dua gaya, satu untuk pagi satunya lagi untuk sore. Kain bermotif pagi-sore disiasati untuk memiliki motif latar, motif tepi, warna dan isi yang bernuansa ganda agar dalam satu hari dapat dua kali diapakai dengan tampilan berbeda.
Batik Demak Motif Pagi Sore
Ada pula motif ulam segaran, tigo rangsik, sabet rangsik, semangka tegalan dan cupit kepiting. Istilah Rangsik yaitu dari kata urang (udang), kerang dan sisik. Penyederhanaan nama serta bentuk binatang laut untuk lebih memperlihatkan ciri batik pesisiran. Sedangkan motif semangka tegalan terinspirasi oleh buah semangka yang juga menjadi andalan Demak.
Batik Demak Motif Ulam Segaran
Motif lainnya berupa motif Caos Dhahar. Caos Dhahar adalah nasi tumpeng, namun isinya terdiri dari ingkung, lele, ayam bakar, dan daun pace yang dibuat trancak mirip seperti rawon. Motif tersebut terinspirasi dari makanan khas pada jaman sunan Kalijaga. Ada juga motif daun pace, Loro Gendhing, dan Cening yaitu bunga kemuning yang digabung dengan daun pace (kemuning merupakan tanaman yang memiliki bunga harum dan indah yang hingga kini masih banyak dijumpai di kompleks Makam Sunan Kalijaga).
Pengerajin Batik Demak tersebar di beberapa wilayah Demak, di antaranya Desa Wedung, Desa Karangmlati, Desa Wedung, Dempet, Bonang, Kauman, Kelurahan Mangunjiwan, Kelurahan Bintoro dan Kelurahan Kadilangu.
Upaya untuk mengembangkan Batik Demak oleh Pemkab setempat yaitu dijadikannya seragam khas para pegawai Pemkab dengan menggunakan motif sekar jagad Demak Bintoro, yaitu motif yang memadukan pola jambu, belimbing berpadu garis pantai. Diadakannya pameran, bazar tiap minggu di alun-alun, juga dijadikan ajang promosi. Sejumlah sekolah juga menjadikan baju batik bagian seragam guru dan siswa sehari dalam sepekan.
Mari kita cintai budaya Indonesia dengan mengoleksi batik dari berbagai daerah, salah satunya Batik Demak. Semoga bermanfaat.
Sumber: Fitinline
Kota Demak merupakan wilayah pesisir dan wilayah pertanian dengan menjunjung tinggi nilai Islam. Demak dikenal sebagai Kota Wali. Demak dulu...
Deskripsi Bangunan
Menara
Menara berkonstruksi batu bata setinggi kurang lebih 24 meter ini dulunya berfungsi sebagai menara pandang atau pengamat ke lepas pantai dan juga digunakan untuk menyimpan senjata dan amunisi pasukan Banten. Menara ini dapat dimasuki sampai ke atas melalui 82 anak tangga. Di dalam menara terdapat empat pintu dan bentuknya sama dengan pintu masuk menara.
Tiang yang terdapat pada ruang utama berjumlah 24 buah terdiri dan empat buah tiang utama dan 20 buah tiang penyangga. Tinggi tiang lama 11 meter terbuat dari kayu jati dengan delapan tanpa hiasan. Tiang-tiang yang lain tingginya berbeda. Tiang yang mempunyai ketinggian 7,30 m ada delapan buah, sedangkan sisanya 12 buah berukuran tinggi 4,40 m Tiang berdiri di atas umpak dari batu andesit berbentuk buah labu. Umpak tiang mama tingginya 50 cm dengan pelipit rata pada bagian atas dan bawahnya. Umpak-umpak yang ruang utama tersebut bervariasi dengan bagian bawah dihiasi oleh pucuk daun yang mengarah ke bawah dan ada pula hiasan daun tumpang tindih.
Bangunan lain
Kolam berada di depan serambi timur berbentuk persegi panjang terbagi atas empat kotak yang dipisahkan oleh pematang tembok dan dihubungkan dengan lubang pada masing-masing pematang. Kolam berukuran 28,10 × 3,10 m dan dalamnya antara 75-100 cm. Di sekeliling kolam terdapat tembok setinggi 1,20 m dan tebalnya 32,5 cm. Untuk mencapai kolam dipergunakan tangga turun sebanyak tip anak tangga dari arah halaman dan lima anak tangga dan serambi timur.
Pada halaman timur dekat gapura den bagian utara terdapat penunjuk waktu yang menggunakan sinar matahari (istiwa). Bentuk istiwa segi delapan dengen melebar pada bagian atasnya, terbuat dari semen berwama kuning muda. Garis tengah istiwa bagian atas 249 cm dan tingginya 76 cm dari permukaan tanah. Bagian atas terdapat lubang sedalam 12 cm berbentuk lingkaran.
Bangunan lain di kompleks Masjid Agung Banten adalah tiamah, yaitu bangunan tambahan yang dahulu digunakan sebagai tempat bermusyawarah dan berdiskusi soal-soal keagamaan. Denah bangunan empat persegi panjang berukuran 19,5 × 6,5 × 11,5 m dan terdiri dari dua tingkat. Masingmasing masing tingkat mempunyai tiga ruangan berderet dari barat-timur. Ukuran ruangan barat dan timur masing-masing 5,62 × 5,30 m, sedangkan ruang tengah 7,25 × 5,60 m. Atap tiamah berbentuk limasan dan ditunjang oleh dinding-dindingnya.
(https://bujangmasjid.blogspot.com) Masjid Agung Banten, Jl. Moh. Yusuf, Serang, Banten. Koordinat GPS : 6° 2' 9" S dan 106° 9...
Arab Saudi
Indonesia
Masjid Asal Penampaan (Didirikan tahun 1412 M) (+)
Masjid Agung Sang Cipta Rasa (Didirikan tahun 1498 M)
(+) Tambahan
Sumber: Kios Buku Gema
Oleh Tri Agus Yogawasista Arab Saudi Masjidil Haram, Mekah Al Mukaromah, Arab Saudi Masjidil Haram, Mekah Al Mukaromah Jl. King Abdul Az...
Berita Terbaru
Berita Populer
- tempat wisata di Kota Surabaya
- Moleknya Wisata Bawah Laut Pulau Biawak Indramayu
- Bandung Tour On Bus CityTour
- Senjata Tradisional Kalimantan Utara (Kaltara)
- Makanan Pembuka yang Manis dan Asin
- RESEP CAKE PUDING PELANGI RAINBOW
- Keindahan Gunung Tangkuban Parahu
- This stock is gonna go up 4 fold before the end of the week.
- Tarian Tradisional Bekasi Jawa Barat
- Lembang Asri Resort