Permainan Tradisional Makah-Makah (NAD)

Rumah Allah, Ka’bah, di Masjidil Haram, Mekkah Al Mukharomah di tahun 2020 (https://www.kuncitips.com)

Seperti kita ketahui, Mekah adalah sebuah kota suci umat Islam. Setiap umat Islam yang sanggup atau mampu, wajib untuk menunaikan rukun Islam ke-5, yakni pergi ke Mekah, yang dikenal dengan nama Naik Haji. Karena itu, pergi ke Mekah sangat didambakan oleh setiap umat Islam di dunia.Sekarang kita hubungkan mengapa nama permainan ini disebut Makah-makah. Kalau dilihat dari segi nama, permainan ini jelas berasal dari nama Mekah (umumnya orang Aceh menyebutnya dengan nama Makah).

Permainan ini dilakukan secara beregu. Permainan ini bersifat kompetitif karena masing-masing regu betul-betul berusaha untuk dapat keluar sebagai pemenang. Bagi regu yang paling cepat atau terlebih dahulu dapat mencapai tujuan disebut Makah, maka regu itulah yang keluar sebagai pemenang.

Nama ini digunakan seolah-olah sasaran yang dicapai itu betul-betul penting atau sangat didambakan seperti keinginan umat Islam untuk dapat dengan cepat menunaikan ibadah Haji (menunaikan rukun Islam ke-5 ke Mekah). Permainan Makah-makah ini dapat dijumpai di seluruh kelompok etnis yang ada di Nannggroe Aceh Darussalam (kelompok etnis Aceh, kelompok etnis Gayo, kelompok etnis Alas, kelompok etnis Aneuk Jame, kelompok etnis Kluet, dan kelompok etnis Tamiyang).

Sejarah

Bagaimana sejarah perkembangan permainan ini, tim peneliti belum memperoleh data-data yang kongkrit.

Pemain

Jumlah pemain untuk permainan ini 6 atau 8 orang. Jika 6 peserta setiap regu adalah 3 orang dan jika 8 peserta setiap regu 3 atau 4 orang. Pemain ini adalah anak-anak yang berumur antara 9-13 tahun, dan dilakukan baik oleh anak laki-laki maupun anak perempuan. Seperti telah disebutkan di atas, permainan ini dilakukan oleh anak-anak dari segala golongan dan lapisan masyarakat.

Perlengkapan Permainan

Permainan ini tidak memerlukan peralatan yang berarti, yang diperlukan hanya sebiji batu atau benda lainnya yang kecil untuk mudah disembunyikan dalam genggaman tangan yang diletakkan di bagian belakang punggung. Tempat yang diperlukan adalah tanah lapang sekitar 5 meter persegi.

Jalannya Permainan

Untuk permainan ini masing-masing regu 3 atau 4 orang dan seorang bertindak sebagai pimpinan regu. Kedua regu berdiri pada suatu garis secara berurut yang jaraknya antara regu yang satu dengan yang lainnya sekitar 2 meter. Semua regu menghadap ke titik sasaran yang dinamakan dengan sebutan Makah. Jadi, masing-masing regu berlomba untuk dapat terlebih dahulu sampai ke titik sasaran (Makah).

Tugas kepala regu adalah mengawasi atau menempatkan batu pada salah seorang anggota regunya. Untuk ini ia membuat seolah-olah semua anggota diberi batu untuk disembunyikan dalam kedua tangan yang ditempatkan di belakang. Sebenarnya yang diberikan batu adalah salah seorang di antara anggotanya.

Selanjutnya setelah batu disembunyikan, maka tugas dari regu lain, dalam hal ini melalui kepala regu untuk menebak berada pada siapa batu disembunyikan. Kalau regu lawan tidak dapat menerka, maka peserta, tempat batu disembunyikan, maju selangkah ke depan. Demikian seterusnya permainan berlangsung, sehingga salah satu regu di antaranya dapat mencapai titik sasaran (Makah). Bagi regu yang terlebih dahulu sampai, keluar sebagai pemenang.

Waktu Pelaksanaan

Permainan ini dilakukan pada siang hari pada waktu senggang saat anak-anak telah pulang dari sekolah dan menunggu waktu makan siang, atau pada hari-hari libur.Permainan ini juga dilakukan di tanah-tanah lapang atau di halaman-halaman rumah karena permainan ini dilakukan secara beregu.

Manfaat

Serti telah dijelaskan di atas bahwa permainan ini sangat bersifat kompetitif. Dalam permainan ini hendak digambarkan oleh "si pencipta permainan" bahwa betapa pentingnya orang untuk dapat mencapai cita-citanya. Karena itu, orang harus berusaha, baik secara perseorangan maupun secara bersama-sama agar apa yang diinginkannya dapat tercapai. Di sini juga hendak digambarkan bagaimana pentingnya pergi ke Mekah bagi umat Islam.

Rumah Allah, Ka’bah, di Masjidil Haram, Mekkah Al Mukharomah di tahun 2020 (https://www.kuncitips.com) Seperti kita ketahui, Mekah adalah se...

Permainan Tradisional Kapai-Kapai Inggreh (NAD)

Ilustrasi

Permainan ini dapat dijumpai di Nanggroe Aceh Darussalam, terutama pada kelompok etnis Aceh dan kelompok etnis Aneuk Jame yang berlokasi dibagian Kabupaten Aceh Selatan. Jadi, lokasi/tempat permainan ini dijumpai selain di bagian pesisir Aceh (pesisir Utara dan pesisir Timur) juga di pesisir bagian Barat (termasuk Kabupaten Aceh Selatan sekarang), yang masing-masing didiami sebagian kelompok etnis Aceh dan kelompok etnis Aneuk Jame.

Dilihat dari segi nama, permainan ini menunjukkan keanehannya Kapai-kapai Inggreh dalam Bahasa Indonesia artinya Kapal-kapal Inggris. Adegan yang dimaksud adalah seperangkat tanya jawab antara para pemain. Adapun pertanyaan dan jawaban yang harus dilontarkan dalam permainan tersebut adalah sebagai berikut :

Tanya: Peu kapai nyo? (Kapal apa ini?)
Jawab: Kapai Inggreh. (Kapal Inggris)
Tanya: Pei ji peuding? (Apa muatannya?)
Jawab: Ate tapeh. (Hati Sabut Kelapa.)

Sejarah

Latar Belakang Sejarah Perkembangan Permainan. Seperti telah diketahui, bahwa asal nama permainan ini tim peneliti belum menemukan data-data yang kongkrit, begitu pula dengan sejarah perkembangan permainan ini dari masa ke masa belum dapat dipastikan. Namun, menurut tradisi lisan, permainan ini sudah cukup lama dikenal dan cukup popuier dalam masyarakat Aceh, sehingga para orang tua di kampung-kampung umumnya masih dapat mengucapkan kata-kata tanya jawab dalam adegan permainan tersebut. Karena disebut-sebut nama Inggris, permainan ini dikenal di Aceh sejak rakyat Aceh berkenalan dengan bangsa Inggris. Kontak pertama antara Inggris dengan Aceh terjadi pada permulaan abad XVII dengan datangnya dua buah kapai Inggris ke Kerajaan Aceh pada tahun 1602.

Pemain

Jumlah pemain untuk permainan ini berkisar antara 5 sampai 6 orang, dan umumnya berumur antara 8 sampai 12 tahun. Permainan dapat dilakukan baik oleh anak laki-laki maupun anak wanita, tetapi jarang terjadi percampuran antara anak-anak laki dengan wanita. Seperti telah disebutkan di atas, umumnya para pemain ini terdiri atas anak-anak petani, tetapi pada bulan puasa (Ramadan) anak-anak dari kelompok sosial lainnya, misal kelompok pedagang, pegawai, dan sebagainya ikut bermain juga. Jadi, dilihat dari segi pelapisan sosial permainan ini tidak hanya dilakukan oleh anak-anak kelompok rakyat biasa saja, tetapi juga dilakukan oleh anak-anak bangsawan, terutama pada bulan puasa (Ramadan).

Perlengkapan Permainan

Satu-satunya alat yang digunakan untuk permainan ini adalah kain sarung atau sejenisnya, yang besarnya dapat menutupi tubuh salah seorang pemain bila berjongkok. Kain ini tidak tipis, tetapi tebal yang tidak tembus bila digunakan untuk melihat. Selain kain, tidak ada alat lainnya yang digunakan dalam permainan ini. Namun, untuk tempat berlangsungnya permainan, masih diperlukan suatu tempat yang agak luas, biasanya berlangsung di depan-depan Meunasah atau di halaman-halaman rumah.

Jalannya Permainan

Seperti telah disebutkan di atas, permainan terdiri atas 5 atau 6 orang. Setelah jumlah peserta (5 atau 6 orang), maka dicari suatu tempat atau tanah yang agak lapang atau berumput (yang sedikit bersih). Setelah semuanya berkumpul dan kain untuk dipakai sebagai penutup telah tersedia (biasanya kain dari salah seorang pemain yang dianggap memenuhi syarat), maka dilakukanlah pemilihan seorang juri di antara mereka untuk menjadi wasit/juri atau sebagai pengamat/pengawas permainan. Selanjutnya melalui suatu undian yang disaksikan oleh juri (undian dengan tangan atau yang dikenal dengan nama ngasut), maka ditetapkan salah seorang diantara pemain untuk menebak siapa orang yang pertama ditutup dengan kain oleh wasit/juri.

Si penebak pertama ini menyingkir dulu, kemudian setelah juri selesai menutup orang yang akan ditebak dengan kain, baru si penebak dipanggil. Orang yang ditebak (yang ditutup dengan kain) sikapnya setengah berjongkok. Si penebak yang ditebak tidak boleh mengajukan pertanyaan dan jawaban yang menyimpang dari yang telah ditetapkan. Pertanyaan tersebut adalah seperti yang telah dikemukakan di atas, yaitu menanyakan kepada orang yang jongkok: peu kapai nyo? Jawab: kapai Inggreh, kemudian dilanjutkan bertanya peu ji peuding? Jawabnya ate tapeh. Adapun jawaban yang diberikan dengan suara yang kecil saja, sehingga susah ditebak siapa yang berada di bawah kain itu. Jika belum dapat ditebak atau belum jelas siapa orang itu dapat dilanjutkan dengan satu pertanyaan lagi, yaitu dengan menyuruh yang ditebak itu bersuara seperti suara ayam. Kata-kata untuk ini, yaitu cuba kuuk sigo? Artinya coba berkokok sekali? Kemudian yang ditebak bersuara seperti suara ayam kekuruyuk. Dan jika belum juga dapat ditebak, makai jolen juri diizinkan memegang tempat-tempat tertentu, yaitu kuping, kepala, dan hidung. Setelah selesai, juri menanyakan siapa orang yang ditutup itu. Jika masih juga tidak diketahui, maka si penebak dianggap kalah. Dan permainan ini dilanjutkan dengan mengulangi undian seperti semula. Akan tetapi, jika tebakannya tepat, yang menebak keluar sebagai pemenang, dan yang kalah mendapat giliran untuk menebak.

Waktu Pelaksanaan

Umumnya permainan ini dilakukan pada malam hari pada saat bulan purnama, antara pukul 9 sampai pukul 10 malam, bahkan pada saat-saat tertentu atau pada malam-malam libur (malam Minggu atau malam hari besar lainnya) dilakukan hingga pukul 11 malam. Bila bulan puasa (Ramadhan) dilakukan tidak hanya pada saat bulan purnama, tetapi setiap malam antara pukul 9 sampai pukul 11 malam. Biasanya jika bulan pumama serta cuaca tidak mendung, para orang tua si anak khususnya orang tua perempuan (Ibu) ke luar rumah untuk menumbuk padi, dilakukan baik di bawah rumah maupun di tempat-tempat lain yang khusus untuk itu di dekat rumah, bersama-sama para tetangga yang juga melakukan pekerjaan serupa. Pada saat inilah anak-anak (setelah mereka pada malam yang sama selesai mengaji di Meunasah atau di rumah-rumah Teungku tempat pengajian) gunakan untuk melakukan permainan ini.

Manfaat

Permainan ini untuk melatih pendengaran para pemainnya. Mereka harus dapat membedakan dan menentukan pelbagai suara termasuk suara orang. Karena itu, permainan ini selain bersifat rekreatif juga bersifat edukatif, yaitu melatih pendengaran. Seperti telah disebutkan bahwa permainan ini dilakukan pada malam hari, pada saat orang tua mereka (Ibu) melakukan pekerjaan menumbuk padi. Hal ini banyak membawa pengaruh bagi anak-anak yang melakukan permainan tersebut, yaitu mereka mengerti akan pekerjaan Ibu-ibu mereka.

Ilustrasi Permainan ini dapat dijumpai di Nanggroe Aceh Darussalam, terutama pada kelompok etnis Aceh dan kelompok etnis Aneuk Jame yang ber...

Permainan Tradisional Nanggroe Aceh Darussalam (NAD)

Perangko Permainan Anak Tradisional Edisi Tahun 2001 (https://filatelisindonesia.wordpress.com)

Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam mempunyai unsur-unsur kebudayaan yang khas di antaranya permainan tradisional anak-anak. Permainan tradisional yang terdapat di daerah ini merupakan khasanah budaya yang telah mereka terima dari generasi sebelumnya. Hal ini merupakan salah satu sarana sosialisasi dari anggota masyarakat yang menjadi pendukungnya. Karena itu, permainan tradisional anak-anak mempunyai arti dan kebudayaan tersendiri di dalam masyarakat.

Sahabat GWI Indonesia Banget, Alhamdulillah mendapat e-book Permainan Anak-Anak Daerah Istimewa Aceh, penerbitnya Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Proyek Inventarisasi dan Dokumentasi Kebudayaan Daerah Jakarta 1985. Tentunya dimungkinkan ada penambahan bilamana menemukan sumber yang kompeten dan pengurangan bilamana mendapatkan kesamaan bentuk permainannya di daerah lain.

Semoga bermanfaat.

  1. Kapai-Kapai Inggreh
  3. Pepilo
  4. Kekuriken  
  5. Kis-kisen
  6. Jangut Ngkurik
  7. Meu Geunteut-Geunteut
  8. Ghieng-Ghieng Asee
  9. Meu Een Aceue
10. Meu Creek
11. Meu Som-som Aneuk
12. PehKayee
13. Meu Som-som Talo
14. Meuen Geuti
15. Mesen-mesen
16. Meupet-pet Nyet
17. Meuen Kom
18. Meu Een Kandang

Perangko Permainan Anak Tradisional Edisi Tahun 2001 (https://filatelisindonesia.wordpress.com) Propinsi Nanggroe Aceh Darussalam mempunyai ...

Senjata Tradisional Kalimantan Tengah

Kancip

Kalimantan Tengah merupakan provinsi terbesar di Pulau Kalimantan, luasnya sekitar 253.800 km dimana sebagian besar wilayahnya adalah hutan. Bagian utara adalah pegunungan yang sulit dijangkau, bagian tengahnya merupakan hutan tropis yang lebat. sedangkan wilayah selatan adalah rawa dengan banyak sungai. Iklim di Kalimantan panas dan lembab.

Kalimantan Tengah menawarkan kepada Anda pengalaman mengesankan berwisata alam, budaya, seni, dan wisata kuliner.

Perisai (Talawang)

Perisai (Talawang) dengan ornamen yang indah (https://budaya-indonesia.org)

Untuk melengkapi mandau, masyarakat Suku Dayak menggunakan talawang (tameng atau perisai) dalam berperang. Sama halnya dengan mandau, talawang merupakan benda budaya yang lahir dari kepercayaan masyarakat Dayak terhadap kekuatan magis. Selain itu, talawang juga memiliki sisi estetis yang ditunjukkan pada motif ukirannya.

Beragam ukuran Perisai (https://budaya-indonesia.org)

Talawang dibuat dari kayu ulin atau kayu besi. Tapi, ada juga yang terbuat dari kayu liat. Kayu jenis ini merupakan bahan pokok yang sering digunakan dalam pembuatan talawang. Kayu-kayu tersebut dipilih karena selain ringan, juga mampu bertahan hingga ratusan tahun. Seperti perisai pada umumnya, talawang berbentuk persegi panjang yang dibuat runcing pada bagian atas dan bawahnya. Panjang talawang sekitar 1-2 meter dengan lebar maksimal 50 centimeter. Sisi luar talawang dihias dengan ukiran yang mencirikan kebudayaan Dayak, sementara bagian dalamnya diberi pegangan.

Kancip

Kancip (https://budaya-indonesia.org)

Kancip adalah alat pemotong sejenis gunting yang digunakan untuk memotong buah pinang pelengkap sirih pinang.

Mandau

Mandau (https://www.kaskus.co.id)

Di Museum Provinsi Kalimantan Tengah di Jalan Cilik Riwut, Palangkaraya, menyimpan benda pusaka berupa mandau berukuran panjang satu setengah meter dan bernilai magis. Mandau yang memiliki gagang (pegangan tangan) terbuat tanduk menjangan (rusa).

Sipet (Sumpit)

Sipet (Sumpit) beserta perlengkapannya (https://budaya-indonesia.org)

Sipet terbuat dari kayu ulin yang dibentuk dan dilobangi bagian dalamnya sehingga menyerupai pipa lurus, dengan ukuran diameter bagian luar sekitar 3 cm, diameter rongga dalam sekitar 0,75 cm dan panjang sekitar 200 cm. Setelah diraut dan digosok sampai rapi, biasanya kayu ulin tersebut menjadi berwarna hitam mengkilat sehingga permukaannya mirip seperti logam.

Sedang meniup sumpit (https://www.eocommunity.com)

Pada bagian ujung depan pipa tadi dipasang dua macam aksesori yang terbuat dari besi, yaitu di sisi sebelah bawah dipasang mata tombak yang tajam, dan pada sisi sebelah atas dipasang besi kecil menyerupai pisir pada ujung laras senjata api, yang berguna sebagai alat bantu untuk membidik sasaran. Kedua aksesori tersebut dilekatkan pada batang sipet menggunakan rotan yang dianyam sedemikian rupa sehingga terlihat rapi, kuat dan artistik. Bagian permukaan batang sipet terkadang dihiasi dengan ukiran relief atau ornamen dengan motif khas Dayak.

Kancip Kalimantan Tengah merupakan provinsi terbesar di Pulau Kalimantan, luasnya sekitar 253.800 km dimana sebagian besar wilayahnya adalah...

Senjata Tradisional Kalimantan Barat

Nyabor (Nyabur)

Ibukota Propinsi Kalimantan Barat adalah Pontianak. Kota ini terletak di bawah garis khatulistiwa. Kota Pontianak didirikan pada tahun 1771 pada waktu pemerintahan Sultan Pontianak. Penduduk asli propinsi ini adalah orang Dayak dan orang Melayu.

Mandau Tangkitn

Mandau Tangkitn (https://budaya-indonesia.org)

Tangkitn adalah sejenis parang yang terbuat dari besi. Bagian hulunya melengkung dan pada ujungnya bertampuk kuningan. Tangkitn yang bentuk hulu menyerupai salib oleh masyarakat Dayak disebut tangkitn perempuan, sedangkan tangkitn yang tidak terdapat tonjolan polos disebut tankitn laki-laki.

Alas pegangan hulu tangkitn laki-laki biasanya dilapis dengan lilitan kain merah karena letak kekuatan magis Tangkitn terletak pada lilitan kain merah tersebut, konon cerita pada lilitan kain merah tersebut empu memasukkan kekuatan magis selain itu kain merah juga melambangkan keberanian. Sarung tangkitn dibuat dari kayu tipis dan pipih yang dililit dengan gelang rotan dan diperkuat dengan plat kuningan.

Kadang-kadang ada tangkitn yang sarungnya diukir dengan motif yang disesuaikan dengan selera pemiliknya. Tangkitn selain dipergunakan sebagai senjata untuk mempertahankan diri juga dipakai oleh penari laki-laki dalam acara tarian adat. Alat ini hanya dapat dijumpai pada masyarakat Dayak di Pontianak, Kalimantan Barat.

Keris

Keris (https://folksofdayak.wordpress.com)

Keris adalah senjata tikam golongan belati (berujung runcing dan tajam pada kedua sisinya). Bentuknya khas dan mudah dibedakan dari senjata tajam lainnya, karena tidak simetris di bagian pagkal yang melebar, seringkali bilahnya berkelok-kelok.

Keris raksasa (https://folksofdayak.wordpress.com)

Duhung (Dohong)

Duhung (https://budaya-indonesia.org)

Selama ini, mungkin masyarakat lebih mengenal mandau dan parang sebagai senjata tradisional yang dimiliki suku Dayak. Padahal, suku yang mendiami daerah pesisir Pulau Kalimantan ini memiliki satu lagi senjata tradisional, yaitu duhung.

Konon, senjata tradisional ini diyakini sebagai senjata tertua suku Dayak. Masyarakat Dayak meyakini duhung sudah tercipta ketika manusia belum ada di dunia. Duhung merupakan senjata yang diciptakan oleh leluhur suku Dayak di alam atas, kayangan.

Manusia pertama yang memiliki duhung adalah mereka yang dipercaya sebagai leluhur suku Dayak. Pada awalnya, hanya tiga orang yang memiliki duhung, yaitu Raja Sangen, Raja Sangiang, dan Raja Bunu.

Duhung (https://budaya-indonesia.org)

Menurut legenda, ketiga raja tersebut memiliki duhung yang berbeda. Duhung milik Raja Sangen dan Raja Sangiang terbuat dari besi yang bisa mengapung. Sementara, duhung milik Raja Bunu terbuat dari besi yang tidak bisa mengapung. Duhung jenis ini biasa disebut sanaman leteng. Raja Bunu inilah yang diyakini sebagai manusia yang bernyawa dan bisa mati, dan diyakini sebagai salah satu leluhur dan nenek moyang suku Dayak. Senjata yang ukurannya berkisar 50-75 cm ini dahulu digunakan sebagai alat berburu atau bercocok tanam. Dalam perkembangannya, saat ini duhung tidak lagi berfungsi sebagai senjata melainkan benda pusaka yang dipajang atau disimpan.

Sekilas, duhung terlihat seperti tombak. Hanya saja, duhung tajam pada kedua belah sisinya. Masyarakat Dayak biasa menyelipkan duhung di bagian depan pinggang. Duhung jenis ini biasa disebut dengan duhung papan benteng.

Menurut para tetua Suku Dayak, pembuatan duhung harus selesai pada hitungan ganjil. Hal ini didasarkan kepercayaan bahwa segala hal akan diselesaikan atau digenapkan oleh Sang Maha Kuasa.

Nyabor (Nyabur)

Nyabor (https://archive.kaskus.co.id)

Nyabur adalah variasi bentuk lain dari Mandau atau parang ilang, dimana bilahnya melengkung dan ujung runcing keatas, biasanya dibawah gagangnya ada semacam kait besar disebut kundieng. Nyabur juga memliki variasi bentuk lain akibat pengaruh budaya melayu atau arab, perubahan ini ada pada gagang dan motive yang menghiasi bilahnya.

Nyabur (https://folksofdayak.wordpress.com)

Lunju

Lunju (https://folksofdayak.wordpress.com)

Lunju atau tombak adalah senjata yang sangat umum dikenal oleh semua sub suku dayak. Kadangkala lunju juga disatukan dengan “Sipet” atau sumpit.

Kadang mata tombak pada lundju ini akan diberi hiasan (namun sangat jarang) dan umumnya gagang lundju ini kayu ulin tanpa hiasan atau ukiran. Tetapi ada juga beberapa lundju istimewa yang diberi hiasan ukiran tertentu.

Nyabor (Nyabur) Ibukota Propinsi Kalimantan Barat adalah Pontianak. Kota ini terletak di bawah garis khatulistiwa. Kota Pontianak didirikan ...

Senjata Tradisional Kalimantan Utara (Kaltara)


Kalimantan Utara, disingkat Kaltara merupakan Provinsi di Indonesia yang terletak dibagian utara Pulau Kalimantan yang juga merupakan pecahan dari provinsi Kalimantan Timur. Kalimantan Utara berbatasan dengan Negara bagian Serawak dan Sabah, Malaysia Timur. Awalnya, pemekaran provinsi baru ini yang terpisah dari Kalimantan Timur mengalamai proses yang sangat panjang mulai dari tahun 2000-an, hingga pada akhirnya pada 25 Oktober 2012 dalam rapat paripurna Dewan Perwakilan Rakyat (DPR) mengesahkan pembentukan provinsi baru Kalimantan Utara sebagai provinsi yang ke-34 di Indonesia berdasarkan Undang-undang Nomor 20 Tahun 2012.

Mandau

Mandau adalah senjata tradisional yang berasal dari kebudayaan dayak di kalimantan. Mandau juga menjadi salah satu senjata tradisional Indonesia. Mandau memiliki beragam ukiran pada bilahnya yang memiliki makna tertentu. Mandau berasal dari asal kata “Man” salah satu suku di china bagian selatan dan “dao” yang berarti golok dalam bahasa china.

Mandau memiliki berbagai fungsi dalam kehidupan masyarakat suku dayak di Kalimantan. Pada zaman dahulu, mandau digunakan masyarakat dalam peperangan dan juga pengayauan (pemenggalan kepala musuh). Saat ini dikarenakan peperangan dan ngayau sudah jarang terjadi pada masyarakat dayak di kalimantan sehingga mandau hanya digunakan pada ritual-ritual adat dan juga sebagai hiasan.

Mandau juga terkandung nilai-nilai tertentu. Mandau mengandung makna magis seperti ritual pada saat pembuatan mandau dan juga mandau yang digunakan pada ritual-ritual adat tertentu. Pada aspek sosial, mandau digunakan oleh masyarakat sebagai alat berburu dan bertani. Sedangkan pada aspek seni dan budaya, mandau merupakan identitas dari masyarakat dayak di kalimantan juga mencirikan keberanian, ketelitian dan kesabaran.

Struktur Mandau

Mandau juga memiliki berbagai struktur, antara lain :

Kumpang

Kumpang adalah sarung bilah mandau. Kumpang terbuat dari kayu, dilapisi tanduk rusa, dan lazimnya dihias dengan ukiran. Pada kumpang mandau diberi tempuser undang, yaitu ikatan yang terbuat dari anyaman uei (rotan). Selain itu pada kumpang terikat pula semacam kantong yang terbuat dari kulit kayu berisi pisau penyerut dan kayu gading yang diyakini dapat menolak binatang buas. Mandau yang tersarungkan dalam kumpang biasanya diikatkan di pinggang dengan jalinan rotan.

Ambang

Mandau (https://www.suarawajarfm.com)

Ambang adalah sebutan bagi mandau yang terbuat dari besi biasa. Sering dijadikan cinderamata. Orang awam atau orang yang tidak terbiasa melihat atau pun memegang mandau akan sulit untuk membedakan antara mandau dengan ambang karena jika dilihat secara kasat mata memang keduanya hampir sama. Tetapi, keduanya sangatlah berbeda. Namun jika kita melihatnya dengan lebih detail maka akan terlihat perbedaan yang sangat mencolok, yaitu pada mandau terdapat ukiran atau bertatahkan emas, tembaga, atau perak dan mandau lebih kuat serta lentur, karena mandau terbuat dari batu gunung yang mengandung besi dan diolah oleh seorang ahli. Sedangkan ambang hanya terbuat dari besi biasa.

Bilah

Bilah atau mata mandau biasanya memiliki beberapa lekukan pada bagian ujungnya. Pada bilah mandau juga memiliki ukiran yang berbeda antar daerah satu dan daerah lainnya. Ukiran tersebut menjadi identitas mandau dari sub-suku dayak tertentu.

Hulu

Hulu mandau mempunyai dua (2) nilai penting. Pertama sebagai pegangan atau tangkai senjata. Kedua bentuk hulu memberikan karakter pada sebuah mandau. Bentuk dasar hulu mandau biasanya menyerupai binatang-binatang berkaki empat, burung dll. Maka sudah sepatutnya, jika melihat dari catatan sejarah dan nilai-nilai yang terkandung didalam sebuah mandau, khususnya masyarakat suku dayak terus melestarikan dan memiliki nilai kebanggan terhadap senjata tradisional suku dayak ini.

Kalimantan Utara, disingkat Kaltara merupakan Provinsi di Indonesia yang terletak dibagian utara Pulau Kalimantan yang juga merupakan pecaha...

Senjata Tradisional Kalimantan Timur

Dohong

Kalimantan Timur sudah lama dikenal sebagai pulau dengan panorama alam yang menawan, dengan kultur serta budaya yang ramah menjadikan banyak diperbincangkan oleh para wisatawan lokal maupun manca negara belakangan ini. sebagai pulau dengan daratan terluas di Indonesia.

Telawang (Perisai)

Telawang (https://www.wisatapedia.net)

Perisai atau telawang (telabang) atau juga kelembit adalah alat pelindung tubuh dari serangan musuh yang digunakan ketika berperang. Perisai terbuat dari kayu yang kuat dan ringan yaitu kayu pelantan (pelai). Perisai berbentuk prisma dengan lebar 30 - 50 cm dan tinggi 1,5 - 2 m. Perisai terdiri dari dua bagian, yaitu bagian dalam yang menyerupai sisi bawah atap rumah dengan sebuah pegangan pada bagian tengahnya serta bagian luar yang menyerupai sisi atas atap rumah dengan dihiasi ukiran-ukiran khas daerah Kalimantan Timur.

Lonjo (Tombak)

Lonjo (https://www.wisatapedia.net)

Lonjo atau tombak dibuat dari besi dan dipasang atau diikat dengan anyaman rotan dan bertangkai dari bamboo atau kayu keras. Fungsi lonjo atau tombak biasanya digunakan untuk berperang atau berburu binatang.

Dohong

Beragam Dohong (https://www.wisatapedia.net)

Senjata ini semacam keris tetapi lebih besar dan tajam pada kedua sisinya (sebelah - menyebelah). Pada bagian ujungnya terbuat dari tanduk dan sarungnya dari kayu. Senjata ini hanya boleh digunakan oleh kepala-kepala suku.

Dohong (https://www.tradisikita.my.id)

Sumpit

Sumpit dan Damek (anak sumpit) - https://www.wisatapedia.net

Sumpit sering pula disebut sipet, merupakan senjata tradisional Masyarakat Dayak, memiliki bentuk bulat dengan panjang sekitar 1,5 sampai 2 meter. Keunggulannya adalah bisa digunakan sebagai senjata jarak jauh dengan tingkat akurasi atau ketepatan menembak mencapai 200 m dan tidak menimbulkan suara. Sumpit biasanya digunakan untuk berburu binatang dan bisa juga dijadikan mas kawin.

Sumpit di lombakan seperti di Festival Erau (https://www.indonesiakaya.com)

Di Kalimantan sendiri, sumpit dijadikan sebagai ajang perlombaan. Seperti di Festival Erau, Tenggarong, Kalimantan Timur, terdapat lomba sumpit yang membuat festival ini tambah meriah.

Mandau

Mandau sebagai souvenir (https://www.wisatapedia.net)

Pada dasarnya, jenis-jenis mandau pada semua Masyarakat Dayak memiliki bentuk yang sama. Tetapi ada sedikit perbedaannya jika dilihat dari sisi kelengkungan bilahnya, yaitu ada bilah yang agak condong ke belakang. Ciri-ciri tersebut membedakan jenis-jenis Mandau Ilang yang hampir lurus, Mandau Langgi Tinggang yang melengkung kebelakang, Mandau Naibur yang memakai semacam pengait, hampir mirip dengan kembang kacang pada keris di dekat pangkalnya. Selain itu, ada pula jenis Mandau Pakagan dan Mandau Bayou yang masing-masing memiliki variasi bentuk tersendiri.

Berdasarkan perbedaan jenis dan bentuk hiasan yang ada pada mandau, akan diketahui bahwa mandau dengan cirri-ciri tertentu adalah milik Masyarakat Dayak Maayan, Dayak Mbalan, Dayak Bahau, Dayak Ngaju, atu sub suku Dayak lainnya.

Keris (*)

Keris koleksi Museum Mulawarman, Kutai Kartanegara (https://budaya-indonesia.org)

Keris adalah sejenis pedang pendek yang berasal dari pulau Jawa, Indonesia. Keris purba telah digunakan antara abad ke-9 dan 14. Selain digunakan sebagai senjata,keris juga sering dianggap memiliki kekuatan supranatural. Keris terbagi menjadi tiga bagian yaitu mata, hulu, dan sarung. Beberapa jenis keris memiliki mata pedang yang berkelok-kelok. Senjata ini sering disebut-sebut dalam berbagai legenda tradisional, seperti keris Mpu Gandring dalam legenda Ken Arok dan Ken Dedes.

Keris sendiri sebenarnya adalah senjata khas yang digunakan oleh daerah-daerah yang memiliki rumpun Melayu atau bangsa Melayu. Pada saat ini, Keberadaan Keris sangat umum dikenal di daerah Indonesia terutama di daerah pulau Jawa dan Sumatra, Malaysia, Brunei, Thailand dan Filipina khususnya di daerah Filipina selatan (Pulau Mindanao). Namun, bila dibandingkan dengan Indonesia dan Malaysia, keberadaan keris dan pembuatnya di Filipina telah menjadi hal yang sangat langka dan bahkan hampir punah.

Koleksi Museum Mulawarman lainnya adalah Keris, yang menjadi benda pusaka Kerajaan Kutai. Keris pula sering digunakan sebagai perlengkapan Upacara Penobatan Sultan Kutai Kartanegara.sebagaian besar keris – keris yang ada di Museum Mulawarman merupakan peninggalan Sultan Kutai kaartanegara XIX. Koleksi keris ini dapat kita jumpai di lantai dua (2) Museum Mulawarman Kutai kartanegara.

(*) Tambahan

Dohong Kalimantan Timur sudah lama dikenal sebagai pulau dengan panorama alam yang menawan, dengan kultur serta budaya yang ramah menjadikan...

Senjata Tradisional Kalimantan Selatan

Sarapang, senjata untuk berburu

Kalimantan Selatan yang beribukota propinsi Banjarmasin dikenal sebagai pusat kerajinan dan juga penghasil batu alam serta intan. Kota ini juga identik dengan pasar tradisionalnya, yakni pasar terapung, hingga masih menjadi daya tarik tersendiri bagi para pelancong.

Keris

Keris Banjar 

Keris adalah salah satu senjata tradisonal di Kalimantan Selatan. Ukurannya paling panjang lebih kurang 30 cm dan matanya terlogam lainnya. Senjata terbuat dari besi dicampur logam lainnya.

Keris Bujang Beliung (https://budaya-indonesia.org)

Mandau (*)

Mandau 

Mandau, yang disebut juga Parang Ilang merupakan senjata tajam jenis parang yang bertangkai pendek. Mandau menjadi identitas dan senjata utama masyarakat Dayak di samping senjata jenis parang yang lain.

Secara umum Suku Dayak yang menghuni pulau Kalimantan mempunyai beberapa jenis senjata tajam berjenis parang yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu senjata Dayak pedalaman dan Dayak pesisir (Anonim, 2007, dalam: https://old.blades.free.fr/index.htm)

Jenis pertama adalah parang Dayak pedalaman, yaitu Parang Ilang atau mandau, Parang Pandat, dan Parang Latok. Cirinya, ujung bilah lebih lebar dibanding bagian dekat hulu. Bilah parang berbentuk lurus, condong ke depan, dan membentuk sudut antara 30-45 derajat pada titik pertemuan antara hulu dan bilah. Ciri yang demikian hanya terlihat pada Parang Pandat dan Parang Latok, tidak pada Mandau.

Jenis kedua adalah parang Dayak pesisir yang terbagi ke dalam empat tipe yang berbeda, yaitu Naibor, Langgai Tinggang, Jimpul, dan Pakayun. Parang jenis ini berbeda dengan parang Dayak pedalaman. Ciri umum parang ini adalah, bentuk bilahnya melengkung ke depan. Pada bagian hulu terdapat sangkutan yang membentuk huruf “L” dengan beragam variasi. Fungsi adalah untuk menahan pegangan agar parang tidak terlepas ketika diayunkan.

Bilah mandau terbuat dari baja yang dipasang pada pegangan atau hulu dari tanduk atau pun kayu. Bilah mandau mempunyai panjang sekitar 22 inci. Mandau hanya mempunyai satu sisi bagian yang tajam, yaitu bagian depan yang berbentuk agak bengkok. Sedangkan bagian punggung tumpul dan sedikit cekung.

Parang

Parang Lais 

Biasanya terbuat dari kayu atau akar bambu, besi atau baja, kuningan dan gala-gala (sejenis dammar). Kegunaan parang bermacam-macam. Selain berfungsi sebagai senjata, parang juga digunakan sebagai alat rumah tangga, alat pertanian, alat perburuan dan sebagainya.

Sarapang

Sarapang (https://archive.kaskus.co.id)

Senjata atau alat yang biasanya juga digunakan untuk berburu ini terbuat dari sepotong baja yang dibelah menjadi 5 bagian dan pada sebagian ujungnya diruncingkan, sebatang bambu, serta sebuah salut dari kuningan atau besi. Selain itu serapang sering kali dimanfaatkan pula dalam penangkapan ikan-ikan besar.

Sarapang (https://archive.kaskus.co.id)

Riwayang

Berbentuk seperti tombak, hanya mata riwayang dilengkapi juga dengan bait. Pada riwayang juga terdapat lubang tempat mengikatkan tali. Cara menggunakannya adalah dengan dilemparkan seperti melempar lembing kearah sasaran, sedangkan talinya tetap dipegang. Selain sebagai senjata dan alat berburu binatang, ada sejenis riwayang yang juga digunakan untuk menangkap ikan, yaitu riwayang tauman.

Wasi

Wasi (https://rendrawikiped.wordpress.com)

Sejenis belati yang sering digunakan masyarakat Banjar Kalimantan Selatan. Masyarakat etnis banjar sendiri pada umumnya memang senang dengan berbagai macam jenis wasi, dari berbagai macam bentuknya, bahkan ada beberapa jenis bentuk wasi yang populer di kalangan masyarakat kalimantan selatan sendiri seperti jenis, Raja Tumpang, Belitung, Asu, Belati (herder), pisau, parang lantik, parang bungkul, parang lais, dan masih banyak lagi.

Sungga (**)

Sungga di Museum Banjar, Kalimantan Selatan (https://budaya-indonesia.org)

Sungga merupakan salah satu senjata yang digunakan pada Perang Banjar di daerah Benteng Gunung Madang, Kandangan, Hulu Sungai Selatan. Senjata ini dipasang di bawah jembatan yang dibuat sebagai jebakan, sehingga apabila dilalui oleh musuh (tentara Belanda), maka jembatan tersebut akan runtuh dan musuh yang jatuh tertancap pada sungga tersebut.

Sungga di Museum Banjar, Kalimantan Selatan (https://budaya-indonesia.org)

Lanting Kotamara (**)

Gambar Lanting Kotamara di Museum Banjar, Kalimantan Selatan (http://budaya-indonesia.org)

Lanting Kotamara atau Kotta-mara atau Katamaran merupakan benteng terapung yang digunakan untuk melawan kapal perang Belanda di perairan Sungai Barito. Suatu kearifan lokal luar biasa yang memanfaatkan kayu hutan Kalimantan sebagai sumber kekuatan perang. Dindingnya berlapis-lapis sehingga sukar ditembus peluru pistol, bedil, ataupun peluru meriam Belanda.

Gambar Lanting Kotamara ada di Museum Banjar, Kalimantan Selatan (https://budaya-indonesia.org)

Bentuk Kotta-mara ini sangat unik karena dibuat dari susunan bambu yang membentuk sebuah benteng terapung. Kotta-mara dilengkapi dengan beberapa pucuk meriam dan lila. Selain kapal perang Onrust yang berhasil ditenggelamkan pada 26 Desember 1859, sebelumnya yaitu pada bulan Juli 1859 juga ditenggelamkan kapal perang Cipanas dalam pertempuran di sepanjang Barito di sekitar Pulau Kanamit.

(*) Melayuonline
(**) Tambahan

Sarapang, senjata untuk berburu Kalimantan Selatan yang beribukota propinsi Banjarmasin dikenal sebagai pusat kerajinan dan juga penghasil b...

Tarian Tradisional Bandung Jawa Barat

Tari Kursus (Tari Keurseus)

Kota Bandung juga merupakan kota terbesar di wilayah Pulau Jawa bagian selatan. Sedangkan wilayah Bandung Raya (Wilayah Metropolitan Bandung) merupakan metropolitan terbesar ketiga di Indonesia setelah Jabodetabek dan Gerbangkertosusila.

Bandung Raya atau disebut juga Wilayah Metropolitan Bandung adalah salah satu wilayah metropolitan yang meliputi, Kota Bandung, Kabupaten Bandung, Kabupaten Bandung Barat dan Kota Cimahi, yang ada di Provinsi Jawa Barat, Indonesia.

Tari Jaipong

Tari Jaipong (https://m.radarpena.com)

Kemunculan tari jaipongan 1980 an yang lahir dari kekreatifitasan para seniman Bandung yang dikenal dengan Gugum Gumbira , pada awalnya tarian tersebut pengembangan dari ketuk tilu apabila dilihat dari perkembangannya dan dasar koreografernya. Kata jaipong bersal dari masyarakat Karawang yang bersal dari bunyi kendang sebagai iringan tari rakyat yang menurut mereka berbunyi jaipong yang secara onomotofe, tepak kendang tersebut sebagai iringan tari pergaulan dalam kesenian banjidoran yang berasal dari Subang dan Karawang yang akhirnya menjadi populer dengan istilah jaipongan.

Karya jaipongan pertama yang diciptakan oleh Gugum Gumbira adalah tari daun pulus keser bojong dan tari Raden Bojong yang berpasangan putra- putri. Tarian tersebut sangat digemari dan populer di seluruh Jawa Barat termasuk Kabupaten Bandung karya lain yang diciptakan oleh Gugum diantaranya toka-toka, setra sari, sonteng, pencug, kuntul mangut, iring-iring daun puring , rawayan, kaum anten dll. juga para penari yang populer diantaranya seperti Iceu Efendi, Yumiati Mandiri, Mimin Mintarsih, Nani, Erna, Mira Tejaningrum, Ine Diar, Asep Safat.

Penari jaipongan terdiri dari Tunggal, rampak atau kolosal

a. Rampak sejenis
b. Rampak berpasangan
c. Tunggal laki-laki dan tunggal perempuan
d. Berpasangan laki- laki atau perempuan

Tari Merak Priangan

Tari Merak Priangan (https://astyulianti.wordpress.com)

Tari Merak merupakan tarian kreasi baru dari daerah Pasundan, Jawa Barat. Tarian ini diciptakan oleh Raden Tjetjep Somantri, seorang koreografer tari Sunda pada tahun 1950-an. Pada tahun 1965, tarian ini kembali diperkenalkan dengan kreasi gerak baru oleh Irawati Urban, seorang wanita pecinta seni tari yang berasal dari daerah Bandung, Jawa Barat. Di daerah Pasundan, tari Merak seringkali dimainkan ketika menyambut kedatangan tamu kehormatan dalam sebuah acara. Dalam sebuah pesta pernikahan adat Sunda, Tari Merak seringkali menjadi tari menyambut kehadiran pengantin lelaki yang hendak berjalan menuju pelaminan.

Dalam sebuah pertunjukan, tari Merak umumnya dimainkan oleh seorang atau beberapa orang penari wanita. Ketika pertunjukan, mereka mengenakan kostum yang penuh warna, seperti merah, kuning, serta hijau. Konon, warna itu menggambarkan pesona warna dari burung merak.

Untuk menambah kesan menarik, mereka juga mengenakan selendang yang warnanya senada dengan kostum penari. Selendang itu terikat pada pinggang penari Merak. Ketika dibentangkan, selendang itu tampak seperti sepasang sayap dari seekor burung Merak. Tak pernah terlewatkan, penari Merak juga menggunakan mahkota yang berhiaskan replika kepala burung merak.

Dengan diiringi seperangkat alat musik gamelan Sunda, pertunjukan tari Merak dimulai. Gerakan lemah gemulai dari sang penari Merak menjadi ciri khas tersendiri dari pertunjukan tari Merak. Sesekali, mereka menampilkan gerakan layaknya seekor burung yang sedang melompat. Gerakan tari Merak semakin terkesan mempesona ketika penari Merak menari sambil membentang sepasang sayap yang penuh warna.

Dari awal hingga pertunjukan itu usai, penari Merak memainkan gerak yang menggambarkan keanggunan, keindahan serta kelincahan seekor burung Merak. Menurut ceritanya, keseluruhan gerak dalam pertunjukan tari Merak ini menggambarkan seekor merak jantan yang berusaha menarik hati sang merak betina.

Tari Kursus (Tari Keurseus)

Tari Kursus (https://www.disparbud.jabarprov.go.id)

Berdasarkans etimologinya, arti kata khusus berasal dari Bahasa Belanda Keurseus yaitu belajar secara teratur. Tari Kursus merupakan perkembangan dari tari Tayub yang tumbuh dan berkembang pada masa keemasan kaum bangsawan tempo dulu.

Tari kursus berdiri pada 1927 yang dikenal dengan nama perkumpulan Wirahmasari pimpinan R. Sambas Wirakusumah dari Ranca Ekek Bandung. Tari Kursus merupakan salah satu tarian yang diajarkan secara sistematis dan mempunyai patokan atau aturan tertentu dalam cara membawakannya. Disamping itu tari kursus juga mempunyai nilai estetis yang cukup tinggi dan kaya akan pokabuler gerak.

Tari Kursus (https://www.disparbud.jabarprov.go.id)

Berdasarkan bentuk penyajiannya tari kursus dibagi kedalam 5 tahapan yakni :

1. Tari Lenyepan : karakternya lembut, halus, selaras dengan Satrias Lungguh.
2. Tari Gawil : karakternya lanyap atau ladak selaras dengan Satria Dangah
3. Tari Kawitan : karakternya lenyep atau lanyap dan Ponggawa.
4. Tari Gunungsari : karakternya ponggawa lungguh
5. Tari Kastawa : karakternya agung Tatanan gerak tari kursus dapat dibagi kedalam lima kelompok yang terdiri dari :
  • Gerak Pokok : rangkaian dari gerak unsur, penghubung dan peralihan 
  • Gerak Unsur : sikap-sikap yang terdiri dari kesatuan bentuk-bentuk yang terdapat pada kaki, lengan, kepala, leher, bahu, badan dan mata 
  • Gerak Penghubung : menghubungkan bentuk sikap yang satu untuk mencapai bentuk atau sikap lainnya 
  • Gerak Peralihan : menyangkut perpindahan adegan terutama pada gerak-gerak pokok yang satu kepada yang lain 
  • Gerak Pelengkap : gerak sisipan yang memperindah gerak dan sikap.

Karawitan

Karawitan yang digunakan dalam penyajian tari kursus adalah gamelan pelengkap dengan laras Salendro atau Pelog. Waditranya terdiri dari saron satu dan dua, seperangkat kendang, demung, kenong, rebab, gambang, bonang, rincik, penerus, peking, kecrek, selentem, kempul dan gong besar. Pada umumnya jenis lagu yang dibawakan yaitu lagu ageung, opat wilet naek lagu kering dua dan tiga dengan tempo 4 gurudugan.

Tari Topeng Priangan

Tari Topeng Priangan (https://budayacenters.blogspot.co.id)

Tari Topeng Priangan adalah tari topeng yang menyebar di wilayah Jawa Barat sekarang ini. Dalam gerak dbanyak gerakan yang sedikit mirip dengan tari Topeng Cirebon namun dalam Topeng Priangan ini lebih difokuskan pada gerak tari puteri. Dalam tata kostum pun biasanya tari ini memakai kain kebat atau samping, dengan tekes yang menggunung tinggi.

Karya Topeng Priangan bersumber dari Topeng Cirebon gaya Palimanan yang penyebarannya ke wilayah Priangan dilakukan oleh dalang (penari) Topeng Wentar serta putri-putrinya yaitu Ami, Dasih, dan Suji. Nugraha mulai memperdalam Topeng Cirebon pada 9September 1959 bersama Enoch Atmadibrata dan Soosman kerabat dekat R. SambasWirakusumah yang pernah belajar Topeng Cirebon kepada Wentar. Tari Topeng Priangan karya Nugraha, merupakan reinterpretasi, improvisasi, modifikasi atau inovasi serta seleksi terhadap Topeng Cirebon sehingga terjadi transformasi budaya meliputi aspek gerak, tata busana, iringan,dan konsep estetik yang digunakannya.

Tari buyung

Tari Buyung (https://www.tradisikita.my.id)

Merupakan tarian tradisional yang biasanya dilakukan pada acara puncak pada upacara seren taun yang dilakukan masyarakat Jawa Barat. Tarian ini merupakan kreasi dari Emalia Djatikusumah, istri dari Pangeran Djatikusumah salah seorang sesepuh adat. 

Tarian ini menggambarkan para gadis desa yang mandi dan mengambil air bersama-sama dicurug (air terjun) Ciereng dengan menggunakan buyung (tempat air dari logam/tanah liat).

Tari Kursus (Tari Keurseus) Kota Bandung juga merupakan kota terbesar di wilayah Pulau Jawa bagian selatan. Sedangkan wilayah Bandung Raya (...