Mendaki Gunung Purba Nglanggeran Gunung Kidul DIY


Mendaki puncak gunung merupakan salah satu kegiatan berwisata yang banyak digemari, pemandangan dan panorama yang indah dipuncak gunung maupun disepanjang perjalanan menjadi alasan banyak orang melakukannya, merupakan wisata sekaligus olahraga. Namun untuk sebagian besar orang, mendaki gunung tampaknya sangat berat untuk dilakukan, fisik yang prima serta waktu yang tidak sebentar membuat sebagian orang enggan melakukan wisata alam yang satu ini. Di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, tepatnya di kabupaten Gunung Kidul terdapat alternatif wisata mendaki ini, Kawasan Ekowisata Gunung Api purba Langgeran Namanya.

Gunung Purba Nglanggeran dengan ketinggian 700 mdpl, terletak di Desa Nglanggeran, Kecamatan Patuk, Kabupaten Gunung Kidul, Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. Lokasinya sekitar 45 menit dari Kota Yogyakarta dengan menggunakan kendaraan bermotor, anda harus membayar tiket masuk sebesar Rp.7.000,- per orang untuk pendakian siang hari dan Rp. 9.000,- per orang untuk malam hari. Di Kabupaten Gunung Kidul memang kaya wisata alam berupa susur tebing, gua, pendakian gunung ataupun menelusuri 15 (lima belas) pantai yang sangat molek, mungkin nanti akan GWI Indonesia kemukakan, tunggu dan sabar ya... 

Sejarah 

Gunung Api Purba Nglanggeran (https://www.visitingjogja.com)

Gunung Api Purba Nglanggeran merupakan satu-satunya gunung api purba di Yogyakarta yang terbentuk dari pembekuan magma yang terjadi kurang lebih 60 juta tahun yang lalu. Gunung Nglanggeran tersusun oleh batuan beku berupa andesit, lava dan breksi andesit.

Gunung Api Purba Nglanggeran (https://www.visitingjogja.com)

Gunung Nglanggeran berasal dari Gunung api dasar laut yang terangkat dan kemudian menjadi daratan jutaan tahun lalu. Gunung ini memiliki bebatuan besar yang menjulang tinggi sehingga biasanya digunakan sebagai jalur pendakian dan tempat untuk pertapaan warga. Puncak gunung tersebut adalah Gunung Gedhe di ketinggian sekitar 700 meter dari permukaan laut, dengan luas kawasan pegunungan mencapai 48 hektar.

Gunung Api Purba Nglanggeran (https://www.visitingjogja.com)

Asal kata nglanggeran adalah nglanggar yang mempunyai arti melanggar. Pada ratusan tahun yang lalu, penduduk desa sekitar mengundang seorang dalang untuk mengadakan pesta syukuran hasil panen. Akan tetapi para warga desa melakukan hal ceroboh. Mereka mencoba merusak wayang si dalang. Dalang murka dan mengutuk warga desa menjadi sosok wayang dan dibuang ke Bukit Nglanggeran.

Rute pendakian

Menuju lorong sempit (https://travel.kompas.com)

Gunung Nglanggeran memiliki beberapa alternatif jalur pendakian dengan berbagai tingkat kesulitan. Memilih jalur yang tingkat kesulitannya tergolong sedang dan memanfaatkan bantuan pemuda karang taruna sebagai pemandu pendakian menjadi pilihan terbaik bagi pendaki pemula karena gunung ini memiliki jurang dan lembah cukup dalam. Kalaupun tidak menggunakan jasa pemuda karang taruna, ada papan petunjuk yang membuat wisatawan tidak mudah tersesat.

Ada dua puncak gunung yang dapat Anda daki. Yang pertama adalah gunung dengan ketinggian sedang. Untuk mencapai puncak gunung yang pertama Anda cukup berjalan kaki melewati rute yang terjal selama 30-45 menit. Di rute pertama Anda akan melewati celah diantara dua bukit batu yang sempit menggunakan tangga kayu. Meskipun jalurnya pendek dan tidak memakan waktu yang lama, rute ini cukup menantang untuk dicoba.

Menuju Pos I (https://www.kompasiana.com) 

Sedangkan puncak kedua adalah puncak Gunung Gede yang merupakan gunung tertinggi. Untuk mendaki gunung ini Anda akan memerlukan waktu yang lebih lama karena lebih jauh dan medannya lumayan sulit. Namun, semua keletihan Anda akan terbayar saat Anda menjejakkan kaki di puncak Gunung Gede. Pemandangan yang terlihat dari puncak sangat memesona. Dari tempat ini Anda dapat menyaksikan tenggelamnya matahari maupun munculnya bulan. Taburan kerlip bintang di langit yang cerah akan menambah romantis suasana.

Bahkan jika tidak sanggup mencapai puncak, wisatawan bisa berhenti di beberapa pos dengan pemandangan yang tak kalah menarik dari pemandangan di puncak. Di pos-pos tersebut sudah berdiri gazebo yang bisa dijadikan tempat beristirahat.Pada pos pertama yang berada 300 meter diatas permukaan laut, sudah terlihat gambaran keelokan Kota Jogja.

Goa Jepang

Pendakian harus merambat perlahan di antara dua celah batuan ini. Jika tidak ada bantuan berupa goresan tapak-tapak kaki pada dinding batuan, tak mungkin bisa menembus celah. Tapak-tapak tersebut merupakan buatan zaman Jepang. Jepang yang dikejar tentara Sekutu pada Perang Dunia II memilih bersembunyi di antara ceruk batuan Gunung Api Purba Nglanggeran.

28 Mata Air

Gunung Nglanggeran memang cocok sebagai tempat persembunyian karena memiliki lebih dari 28 mata air. Tepat di samping Goa Jepang, terdapat sumber mata air yang tak pernah kering sepanjang masa. Warga meyakini sumber berupa rembesan air itu berasal dari telaga mistis yang dijuluki Telaga Wungu. Konon, hanya orang berhati bersih yang mampu melihat keberadaan telaga itu.

Flora dan Fauna

Beberapa spesies Anggrek yang tumbuh di sepanjang jalur pendakian Gunung Api Purba Nglanggeran  (https://www.kompasiana.com) 

Pengunjung pun disuguhi hijaunya alam pegunungan. Gunung Nglanggeran juga menjadi rumah bagi aneka flora dan fauna langka, mulai dari kijang, kera, hingga cendana liar.

Tips

Peraturan harus ditaati (https://www.yukpiknik.com)

Bila mendaki gunung nglanggeran ini adalah :
  • Pakailah sandal gunung atau sandal jepit, lebih baik lagi pakai sepatu. 
  • Membawa mantel karena diatas tak ada tempat berteduh bila sewaktu-waktu turun hujan. 
  • Sediakan minuman, camilan dan kantong plastik (tas kresek) untuk tempat sampah 
  • Jangan membawa barang bawaan yang berat-berat
  • Mengikuti petunjuk yang ada dan mentaati aturan yang ada 
Peta menuju Gunung Api Purba Nglanggeran

ARTIKEL TERBARU

learning marketer
learning marketer

This is a short biography of the post author. Maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec vitae sapien ut libero venenatis faucibus nullam quis ante maecenas nec odio et ante tincidunt tempus donec.

No comments:

Post a Comment